"Din"
Lagi-lagi Rima mengagetkan Andini yang terus melamun semenjak jam pelajaran di mulai.
"Ih Rimaaa... Apa sih.... " Andini mengeraskan rahangnya sembari melotot.
"Kamu kenapa juga sih sejak tadi ngelamun muluuu!
Rima membalas melotot menatap wajah Andini sembari mengeraskan rahangnya.
Itulah Rima yang selalu menggoda sahabatnya itu ketika Andini sedang sedih ataupun sedang memikirkan sesuatu hal yang Rima tidak tahu apa sebenarnya yang di fikirkan sahabatnya itu.
"Cerita kek sama aku daripada di fikirin sendiri sambil ngelamun ntar kamu kesambet kan aku juga yang ribet."
Rima nyerocos sembari mengeser-geserkan kakinya ke depan lalu kebelakang. Sesekali tangannya memainkan ballpoint yang dia pegang.
"Pakai koma kek kalau ngomong.. Hem."
Andini melirik ke arah sahabatnya itu sembari menyenggolkan bahunya ke bahu sahabatnya yang terlihat cemberut.
"Cerita!" Rima merapatkan kedua bibirnya dan sedikit memajukannya kedepan.
"Haha...." Andini tertawa lebar dan menujuk bibir Rima.
"Aku minta kamu tuh cerita bukan tertawa."
Masih dengan aksi cemberutnya Rima membelalakan kedua bola matanya kepada sahabatnya yang sudah dia anggap sodara itu.
Andini masih terus tertawa sembari menutupi bibirnya dengan kedua telapak tangannya.
"Eh.... Tapi bagus juga kamu ketawa aja gapapa ga cerita juga."
Rima tersenyum dan ikut tertawa terkekeh-kekeh.
"Udah ah."
Andini menepukan tangannya ke atas meja, lalu menyeka kedua matanya yang mengeluarkan air karena tertawa lumayan cukup lama.
Merekapun terdiam dan saling tersenyum menatap satu sama lain.
...♡♡♡••••••♡♡♡...
"Kalau itu sudah menjadi keputusanmu, aku tidak akan memaksa."
Rangga terus tersenyum dalam setiap kalimat yang diucapkannya tidak menghiraukan kejudesan gadis yang ada di depannya.
"Aku akan mendukung apapun yang sudah kamu rencanakan jika memang itu baik menurutmu."
Gadis yang ada di hadapannya balik menatap wajah Rangga dengan penuh keheranan. Antara percaya dan tidak atas semua perkataan Rangga.
"Tapi kamu harus ingat, aku juga akan selalu menunggu hingga kamu menyelesaikan studymu itu."
Penuh penekanan dari kalimat yang Rangga ucapkan itu.
"Menunggu..."
Rangga kembali tersenyum melihat gadis yang ada dihadapannya yang begitu cantik dimata Rangga.
"Iya.. Aku akan menunggumu bahkan aku akan membantu apa yang kamu perlukan untuk studymu itu."
Gadis itu hanya menatap dalam kedua bola mata Rangga seolah tidak percaya dengan apa yang telah di dengarnya.
Rangga menganggukan kepalanya ketika gadis yang ada dihadapannya itu terus menatap wajahnya dengan penuh keraguan.
"Kenapa kamu mau melakukan itu."
"Karena aku suka sama kamu, dan semoga saja suatu saat nanti kamu pun bisa suka sama aku."
Rangga kembali tersenyum dan menjawab dengan penuh ketegasan sembari menghabiskan kopi yang ada dihadapannya.
TENG... TENG... TENG
Bel tanda istirahat telah usai mengagetkan Andini yang terus melamun mengingat pembicaraannya bersama Rangga.
"Nah tuh kaan keburu masuk lagi."
Rima beranjak dari bangku di depan perpustakaan yang semenjak tadi dia duduki bersama Andini. Tempat favorit kedua sahabat itu ketika menghabiskan jam istirahat.
"Kemarin sepulang sekolah ada cowok kerumah."
Andini melangkah gontay sambil menundukan kepalanya, mengikuti Rima yang sudah berjalan selangkah di depannya.
BUG...
"Awww Rimaaa..."
Andini mengelus keningnya yang menabrak punggung Rima yang mendadak berhenti setelah mendengar apa yang diucapkan Andini.
"Yang bener Andini!"
Rima seketika membalikan badannya sembari memegang kedua bahu sahabatnya itu dan menatap penuh tanya.
"He emh!"
Andini mengangguk sembari cemberut.
"Kenapa ga cerita dari tadiiii..."
"Udah yuk masuk dulu, nanti pulang sekolah aku cerita."
Andini menarik tangan Rima masuk ke dalam kelas.
"Sudah jangan terlalu di fikirkan, yang jelas kamu harus fokus dengan studymu aku juga fokus ngurus usahaku."
"Tapi... " Andini menatap laki-laki yang ada dihadapannya.
"Tapi kenapa...?"
"Tapi kalau aku ga bisa suka sama kamu gimana...."
Andini terus menatap Rangga yang tak henti menatapnya sembari terus menyunggingkan senyum dikedua bibirnya yang sedikit tebal.
Wajahnya yang simetris dan hidungnya yang mancung semakin menambah kesempuranaan sebagai laki-laki yang pasti disukai banyak wanita.
"Ya soal itu sih gimana nanti saja."
Rangga mengernyitkan alisnya yang tebal, rambutnya yang lurus sedikit gondrong menutupi sebagian alisnya. Kulit sawo matangnya semakin menojolkan ketampanannya.
"Di fikirin lagi aja deh yaa..."
TENG... TENG... TENG
Bel kembali berbunyi tanda jam pelajaran telah usai. Andini menundukan kepalanya dan memainkan kedua kakinya.
"Yang harusnya memikirkan semua ini yaitu kamu Din."
"Din... Dini." Rima membereskan lalu memasukan semua buku kedalam tasnya sembari terus memanggil Andini.
"Andini Husein!" Setengah membentak Rima memanggil sahabatnya yang semenjak tadi melamun dan tidak menghiraukannya.
"Iya."
Andini berdiri kaget. Lalu melihat kesekeliling ruang kelas. Barisan sebelah kanan sudah kosong lalu Andini menengok ke barisan bangku sebelah kiri pun sudah tidak ada satupun murid yang duduk disana.
"Hemmmm."
Rima menatap wajah Andini yang kebingungan sembari merapatkan kedua tangannya di dada.
"Hari ini aku juluki kamu ratu pelamun ya."
"Kamu aneh-aneh saja Rim."
Andini membereskan semua buku dan alat tulis yang masih berserakan di atas meja belajarnya.
"Kamu kok ga ngasih tahu aku Rim jam pulang udah sejak kapan ini."
Gerutu Andini sembari memasukan semua buku ke dalam tasnya.
Rima hanya memperhatikan sahabatnya tanpa menjawab sepatah katapun.
"Yuuuk... Aku udah beres."
Andini menggandeng tangan Rima yang maish berdiri mematung dan menatap wajah Andini. Rima tidak bergeming atas ajakan sahabatnya itu.
"Sebaiknya kamu cerita semuanya disini." Rima menjatuhkan badannya ke kursi sembari menarik tangan Andini supaya duduk kembali di sampingnya.
"Tapi sudah ga ada orng Rim."
"Ya gapapa, kalau ada orang mana mau kamu cerita." Sahut Rima lalu meletakan tas punggungnya diatas meja.
"Din, aku ga bisa lagi lihat kamu terus melamun. Aku khawatir. Ceritalah Din sama aku."
Rima menggeser kursinya menghadap kearah sahabatnya itu. Andini menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya sembari menatap langit-langit sekolah.
"Laki-laki itu namanya Rangga Tri Aditama. Usianya duapuluh tahun. Anak ketiga. Paling bontot. Kakanya semuanya cowok. Sudah punya usaha sendiri. Konveksi pakaian. Kemarin sudah ada dirumah ketika aku pulang lagi ngobrol sama Mimih sama Pipih. Orangnya sih baik, ganteng. Bahkan dia tahu kalau aku ga suka di jodoh-jodohin dan belum mau juga buat nikah. Si Rangga ngerti soal ini. Dia malah bilang mau nungguin aku sampe beres study aku. Dia juga bilang mau bantuin semua yang aku butuhkan buat studyku.... Waktu aku tanya kenapa mau lakuin itu. Katanya dia suka sama aku dan berharap suatu hari nanti aku juga suka sama dia.
Gila kan tuh si Rangga masa baru ketemu udah suka. Eeey... Gampang banget bilang suka baru ketemu sehari juga belooom."
Andini nyerocos sembari melipat-lipat ujung baju seragamnya.
"Really..."
Rima melongo mendengar semua yang di ucapkan sahabatnya itu. Sama sekali Rimapun tidak ingin mempercayai apa yang dia dengarnya jika bukan Andini sendiri yang menceritakannya.
"Terus... Kamu setuju dengan apa yang dia bilang?"
Masih dengan wajah tak percaya Rima menatap kedua bola mata Andini seolah mencari kebenaran tentang apa yang telah Rima dengar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments