Rima dan Reyhan asik mengobrol dengan akrabnya, mereka saling bercerita tentang acara kelulusan di sekolah mereka. Tak luput Rima pun menceritakan peringkat kelas yang diraihnya juga tentang Andini.
"Tapi aku kena marah Papaku." Reyhan sedikit menundukan kepalanya.
"Lho kenapa...?"
Rima merasa kaget padahal Reyhan juga lulus dan meraih juara umum peringkat kedua. Itu lebih hebat dan berprestasi dibandingkan dirinya hanya peringkat ketiga di kelasnya saja.
"Semenjak Sekolah Dasar sampai kemarin semester satu aku selalu juara umum kesatu. Ini di semester akhir menjelang kelulusan aku malah turun. Makanya Papaku marah banget." Jelas Reyhan panjang lebar.
Rima mengatupkan kedua bibirnya. Begitulah orang kaya jika prestasi anaknya turun sedikit saja di sekolahnya pasti marah. Rima menggumam dalam hatinya sendiri.
"Pahadal masih juara dua umum ya." Akhirnya suara Rima keluar lirih begitu saja.
Reyhan tersenyum mendengar ucapan Rima. "Ah biasa Rim. Tidak perlu dipikirkan juga yang penting sekarang sudah lulus. Sebentar lagi kita masuk SMA aku lebih fokus kesana sekarang."
"SMA" Dalam hatinya Rima sumringah berharap Reyhan akan masuk ke sekolah yang sama dengannya.
"SMA mana Rey?" Tanya Rima sambil menatap wajah Reyhan.
"SMA Negeri satu." jawab Reyhan datar.
"Hem... Kirain SMA disini." ucap Rima seraya menoleh ke arah Rangga.
"Aku berharap sih bisa sekolah disini deket rumah. Tapi Papaku menginginkan aku masuk ke SMA satu Rim." Jelas Rangga sembari tersenyum menatap wajah Rima.
"Kalau Andini mau daftar kemana Rim?" lanjut Reyhan masih terus menatap wajah Rima.
Rima membalas tatapan Reyhan dengan tersenyum. "SMEA Negeri Satu." jawab Rima
"Lebih jauh lagi dari SMA Satu dong. "Sahut Reyhan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pintu gerbang yang sedikit terbuka.
"Kenapa Andini tidak daftar ke SMA?" Lanjutnya.
"Dia pengen masuk SMEA karena nantinya pengen kuliah di kejuruan Ariyanti. Setelah itu cita-citanya Andini langsung ngelamar kerja di bank." Jelas Rima bersemangat.
Reyhan manggut-manggut mendengar penjelasan Rima.
"Rey, jadi tadi itu kita balik bareng Dewi. Dewi cerita semua sama kita." Rima mengalihkan pembicaraan yang menjadi tujuannya dia mampir kerumah Reyhan.
"Hem." sahut Reyhan sembari menatap Rima.
"Jadi kamu benar-benar tidak membuka suratnya Dewi?"
Reyhan menggelengkan kepalanya sembai terus menatap wajah Rima. Reyhan selalu tersenyum ramah terhadap siapapun yang menjadi lawan bicaranya. Wajahnya yang simetris dengan kulit putih keturunan Belanda serta hidung yang mancung semakin menonjolkan wajah Reyhan yang tampan. Badannya tinggi tegap dengan wajah ramahnya diakui Rima kalau Reyhan memang begitu tampan, pintar juga ramah.
"Tidak penting aku harus mengetahui isi surat itu Rim." lanjut Reyhan. "Kamu kan tahu sedikitpun aku tidak menaruh rasa suka sama Dewi. Aku hanya menganggapnya teman biasa tidak lebih" Reyhan kembali menatap wajah Rima yang sedang serius menyimak setiap kata yang di ucapkannya.
"Kamu kan tahu siapa cewek yang aku suka." Rima tersenyum membalas senyuman Reyhan yang selalu tersungging dibibirnya yang sedikit berwarna merah jambu.
Rima menundukan kepalanya sembari tersenyum.
"Kenapa kamu belum mengatakan perasaan kamu?"
Reyhan tersenyum lebar mendengar pertanyaan Rima. "Belum waktunya Rim, nanti aku mau cari waktu yang tepat buat nembak dia." lanjut Reyhan sambil tersenyum lalu mengarahkan pandangannya ke kolam yang di penuhi ikan hias warna warni yang ada tepat di depannya.
"Andai saja cewek itu aku Rey." Gumam Rima dalam hatinya. Sudah lama Rima menaruh rasa suka terhadap Reyhan yang sudah dikenalnya semenjak dari Sekolah Dasar. Selama enam tahun Rima mengenal Reyhan si bule pintar itulah julukan Reyhan ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Mereka terpisah selama tiga tahun. Rima melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama yang menjadi favorit di kecamatan tempat mereka tinggal. Sementara Reyhan meneruskan ke sekolah favorit yang ada di pusat kota dan tinggal bersama neneknya.
Reyhan seminggu sekali selalu pulang ke rumah orangtuanya yang sekarang sedang Rima kunjungi. Setiap kali Reyhan menghabiskan akhir pekan dirumah orangtuanya selalu saja ada gadis yang menitipkan salam bahkan beberapa ada yang berani mengungkapkan rasa sukanya. Tetapi tidak satupun yang Reyhan terima.
Hal itu sudah diketahui Rima dan beberapa teman sebayanya kalau Reyhan selalu menjadi buah bibir di desa dimana mereka tinggal.
Terkecuali Andini. Ya.... Hanya Andini yang sama sekali tidak mengenal Reyhan. Semasa dibangku Sekolah Dasar Andini memang beda sekolah dengan Rima dan Reyhan bahkan rumahnya pun berada jauh dimana rumah Andini lebih ke pelosok kampung dipinggir pegunungan.
Bahkan selama di bangku Sekolah Menengah Pertama pun hanya Andini yang luput dari perbincangan Reyhan si bule ganteng. Itulah julukan yang diberikan pada Reyhan sekarang.
Andini hanya fokus dengan sekolahnya tanpa pernah mau nimbrung ketika teman-temannya bergosip tentang laki-laki. Andini lebih memilih menghabiskan waktu di perpustakaan bersama Rima.
"Rim.."
"Rima!"
Rima terperanjat kaget. Panggilan Reyhan membuyarkan lamunannya yang mengharapkan Reyhan menyukainya. Tapi harapan itu hanyalah harapan saja untuk Rima. Karena Rima tahu betul siapa gadis yang Reyhan suka sehingga Rima memilih memendam perasaannya selama ini.
"Ya Rey." Jawab Rima seraya melirik kearah Reyhan.
"Dewi sudah tahu belum siapa wanita yang aku suka?" Ucap Reyhan.
Rima menggeleng. "Tidak. Kenapa kemarin kamu tidak memberitahunya Rey."
"Aku tidak mau Dewi jadi membenci Andini. Apalagi aku baru tahu kemarin jika mereka saudara sepupu." Jawab Reyhan.
"Tadi Dewi sudah bilang jika wanita yang kamu suka itu salah satu diantara aku dan Andini. Dia sama sekali gak keberatan. Jadi semuanya aman Rey." Jelas Rima meyakinkan Reyhan.
"Hem... Bagus kalau begitu."
Reyhan menunduk sembari mengerak-gerakan kakinya.
"Tapi..."
"Tapi apa Rey?" Sahut Rima penasaran dengan ucapan Reyhan yang kini terdiam seolah ragu akan apa yang ingin di sampaikannya.
"Reyhan!"
Reyhan melirik kearah Rima dengan wajah penuh keraguan.
"Tapi apa sih...." lanjut Rima dengan wajah penasaran.
Reyhan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Mesti mulainya gimana ya Rim..." sahut Reyhan lirih.
Rima menggerakan kedua bahunya karena sungguh Rima tidak tahu apa yang akan disampaikan oleh Reyhan.
"Jika.... Andini menerima cintaku." Reyhan menatap dalam kedua bola mata Rima yang sedikitpun tidak mengalihkan pandangan dari wajahnya.
"Kamu juga gak akan marah sama aku juga Andini kan?" lanjut Reyhan dengan hati-hati.
Sontak penuturan Reyhan itu membuat Rima kaget, sungguh Rima tidak menyangka kalau Reyhan akan mengira dirinya bakalan marah jika Reyhan menjalin cinta dengan sahabatnya.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu Rey?" Tanya Rima dengan rasa penasaran. Reyhan masih terus menatapnya seolah sedang meyakinkan akan sesuatu hal dibalik bola mata Rima.
"Tentu saja aku gak akan marah. Andini itu sahabat baik aku, kamu juga teman aku sejak lama Rey. Tidak ada alasan aku untuk marah sama kalian berdua." Tutur Rima dengan tegas.
Reyhan tersenyum lebar. Dia senang mendengar jawaban Rima yang tegas dan begitu yakin jika semuanya akan baik-baik saja.
Bukan tanpa alasan Reyhan bertanya seperti itu terhadap Rima. Reyhan sudah sejak lama mengetahui jika Rima menaruh hati padanya. Hanya saja Reyhan memilih diam karena dia tidak ingin merusak pertemanannya dengan Rima juga persahabatan Rima dengan Andini.
"Kamu itu memang gadis yang baik Rim. Makanya aku senang berteman sama kamu." Reyhan kembali menebar senyumannya sembari memandang wajah Rima.
Sebenarnya dalam hatinya tidak tega dengan situasi yang terjadi saat ini bahkan semenjak dirinya pertama kali dikenalkan dengan Andini, laki-laki itu langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Tetapi hal itu diluar kuasanya Reyhan. Rima pun menyadari hal itu makanya dia memilih diam.
"Aku tahu apa yang kamu maksud Rey." Ucap Rima lirih tapi hanya dalam hatinya saja.
Rima juga memilih untuk pura-pura tidak tahu kalau Reyhan telah sejak lama menyadari tentang perasaannya. Rima sungguh tidak ingin merusak persahabatannya dengan Andini juga ingin selalu menjaga pertemanannya dengan Reyhan. Apalagi sekarang Reyhan telah jatuh cinta dengan sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments