Mundur

"Terima... Terima...." sorak mereka serempak.

Ara hanya menampilkan wajah yang tidak terbaca.

"Ra, jawab dong pegal nih," goda Tommy pura-pura merujak jambu eh kesal untuk menghilangkan ketegangannya karena saat ini jantungnya bergetar hebat.

"Adek," panggil mama menyentuh pundak Ara.

"Mama hiks... hiks...." seketika Ara langsung memeluk erat mamanya.

Mereka semua menyaksikan Ara menangis sampai senggugukan mereka menjadi terharu dan tidak terasa air mata mereka juga ikut mengalir, apalagi sahabat-sahabat nya sangat terharu melihat pertahanan Ara runtuh, mereka saksi bisu ketika Ara sangat antusias mengejar Tommy di masa lalu. Kedua orang tua Ara sangat mengetahui gimana perasaan putri kecil nya saat ini.

*Flashback On*

Ara membawa bekal dari rumah, seperti biasa untuk di berikan kepada sang pujaan hati. Walaupun sudah dilarang berkali-kali oleh Tommy tetap saja Ara tidak pantang menyerah untuk membawakan bekal, apalah daya cinta Ara sudah berkarat dan melekat ke pada Tommy, sekuat apapun Tommy melarang nya hal itu diabaikannya saja.

Bel berbunyi pertanda sudah istirhat, Ara buru-buru menyusul Tommy ke lapangan basket. Ara yang sangat mengetahui setiap kegiatan Tommy akhirnya menyusul ke lapangan. Ya bisa di bilang jika Ara bucin akut sehingga setiap apa pun yang di lakukan Tommy, Ara langsung mengetahuinya.

Kala itu, Ara melihat Tommy duduk di pinggiran lapangan, menyaksikan teman-teman nya sedang latihan. Ara semangat ingin menghampiri Tommy, tetapi jadi berhenti di tengah jalan karena melihat Ryan sudah menghampiri nya terlebih dahulu, bisa saja Ara ikut bergabung dengan mereka tetapi Ara tidak mau membuat Tommy kesal, pasalnya Tommy sangat tidak suka jika Ara dekat dengan dia pas lagi bersama teman-teman nya. Karena hal itu bisa menjadi bahan olok-olok an teman-teman nya untuk menggoda Tommy.

Ara memilih berdiam diri dibalik punggung Tommy dan Ryan, sehingga Ara masih bisa mendengar setiap percakapan mereka.

"Ara dimana? Tumben Ara gak ikut sama lo?" tanya Ryan.

Tommy hanya menampilkan muka dingin malas menjawab pertanyaan Ryan.

Ryan duduk disebelah Tommy di pinggiran lapangan. "Lo beruntung Tom ada wanita yang benar-benar tulus buat perjuangkan cintanya ke lo," sambung Ryan.

"Rugi gue Hahahhaha," tawa Tommy

"Heran gue sama lo, masa gak ada ketertarikan sedikit pun untuk Ara. Tipe wanita yang lo suka seperti apa? didepan mata udah ada, apalagi coba!"

Nyatanya Ryan sangat penasaran terhadap dengan temannya ini, bagaimana bisa temannya itu tidak tertarik melihat pesona Ara, Ryan juga tidak pernah mengetahui wanita seperti apa yang didambakan temannya tersebut, bahkan Ryan juga tidak pernah mendengar Tommy menyukai seseorang.

"Gue sih simple, yang penting dia anggun dan tidak pecicilan. Mempunyai sosok keibuan biar kelak dia bisa mendidik anak-anak gue, yang pastinya dia harus bijak menjadi seorang wanita," turur Tommy sembari membayangkan seseorang yang mengisi hatinya akhir-akhir ini.

"Wah, bukan Ara bangat dong, karena gue mengetahui sifat Ara dari luar saja," Tawa Ryan karena sifat wanita dambaan yang dikatakan Tommy tidak ada didalam diri Ara, tetapi sebenarnya nya kriteria wanita yang dikatakan Tommy ada dalam diri Ara hanya saja tidak dapat dilihat karena jiwa pecicilannya lebih mendominan sehingga orang beranggapan Ara hanya tukang ribut.

"Ara belum ada apa-apanya." ujarnya tersenyum smirk.

"Jadi.... Lo udah ketemu sama perempuan yang lo maksud?" tanya Ryan semakin penasaran.

"Liz teman nya Ara." melirik Ryan sekilas sehingga Ryan membelalakkan mata.

"Hah.... sejak kapan?" Ryan juga sudah lama menyukai Liz tanpa sepengetahuan Tommy, Ryan selalu berusaha mendekati Liz dan tidak pernah menceritakan kepada Tommy kalau dirinya menyukai seseorang.

"Sejak dia masuk SMA kita, gue pertama kali lihat dia mengobrol bersama teman-teman nya di area parkiran, saat itu juga gue penasaran akan dia dan mencari tahu siapa sebenar nya seseorang yang berhasil membuat gue penasaran pertama kali nya untuk seorang wanita. Saat Ara dekatin gue disaat itu pula gue tahu ternyata Liz teman nya Ara."

"Jangan bilang lo manfaatin Ara?" tebak Ryan.

"Lo benar." mengangguk kepala ia tersenyum sinis.

"Saraf lo man." menggelengkan kepala Ryan tidak percaya dengan temannya tersebut.

Ara yang mendengarkan itu sangat terkejut ia menutup mulut nya dengan salah satu tangannya. Ara tidak menyangka Tommy setega itu bahkan dia juga mengetahui Tommy menyukai teman nya, pantas saja selama ini Tommy menanyakan tentang teman nya dan meminta no Hp teman nya.

"Gak habis pikir gue sama lo, orang lain lo gitukan gue terima man tetapi tidak dengan Ara. Dia cewek imut yang polos yang tidak tahu apa-apa, dia tulus sama lo sanggup bangat lo Tom."

"Biasa aja, la....."

"Terimakasih untuk pengakuannya," celetuk Ara memotong perkataan Tommy.

"Ara," ucap Ryan dan Tommy kaget melihat Ara yang tiba-tiba muncul.

Mata Ara sudah berkaca-kaca, dengan sekuat tenaga di tahannya air mata yang sudah siap meluncur supaya tidak mengalir di pipi mulus nya. Ara tidak ingin terlihat lemah apalagi didepan orang yang berhasil membuat dia kecewa.

"Ara lo dengar?" Tanya Ryan gugup.

Bukannya menjawab pertanyaan Ryan, Ara mangajukan beberapa pertanyaan "Apakah Ara orang yang tepat untuk dimanfaatkan? Apakah Ara perempuan yang tidak bisa menyukai kakak?" tanya Ara dengan suara serak menahan tangis.

Tommy memilih untuk berdiam diri menampilkan wajah santai, ia pura-pura tidak mengerti tentang apa yang dipertanyaan kan Ara untuknya. Sedangkan Ryan sudah kalang kabut melihat reaksi Ara, dia tidak tega melihat wajah sendu Ara.

"Kenapa diam?" tanyanya tersenyum kecut.

"Ra, kita bisa jelaskan. Ini gak seperti yang lo pikirkan." Ryan berusaha menenangkan karena tidak ingin Ara salah paaham.

"Enggak," lirih Ara melirik Ryan.

Sebelum Ara melanjutkan perkataan nya dia menghela nafas.

"Ara tahu selama ini selalu saja mengganggu kakak, sampai-sampai kakak risih sendiri melihat Ara, mengikuti kemana pun kakak pergi, bahkan pernah sewaktu-waktu Ara bolos sekolah. Kakak tahu tidak ? kenapa Ara bolos waktu itu, Ara mendapat kabar dari teman kakak bahwasanya kakak sakit, jadi Ara inisiatif sendiri cari alamat rumah kakak dan datang berkunjung untuk menjenguk kakak."

"Oh iya, Ara kasih tahu rahasia yang sangat lucu sama kakak. Ara tidak tahu menahu soal berdandan tetapi Ara meminta bantuan mama dan teman-teman Ara untuk mengajari Ara, supaya terlihat feminin dimata kakak. Kakak cinta pertama nya Ara tetapi kenapa kakak tega manfaat kan Ara, kalau kakak tidak menyukai Ara tetapi menyukai teman nya Ara, Ara bisa terima kok dan belajar untuk ikhlas. Aku kecewa sama kakak mulai sekarang Ara mundur kak gak ada lagi alasan untuk Ara mendekati kakak. Terimakasih," ungkap Ara senyum kecut lalu pergi meninggalkan Tommy dan Ryan yang hanya diam membeku mendengarkan setiap perkataan Ara.

Sejak kejadian itu, Ara tidak pernah lagi muncul dihadapan Tommy dan ketika mereka berpapasan pun Ara akan pura-pura tidak mengenal Tommy. Hal itu juga membuat kedua sahabat nya bingung karena Ara yang biasa saja ketika melihat Tommy lewat. Ara tidak menceritakan kejadian itu kepada sahabat nya atau pun abang nya, Ara menceritakan nya hanya kepada orang tua nya saja bahkan Ara juga tidak memberitahukan kepada liz kalau Tommy menyukai nya.

*Flashback Off*

"Sudah, Nak tidak baik menangis terlalu lama. Mama tahu apa yang kamu rasakan saat ini," kata mama mengusap punggung Ara.

"Ara, maa......."

Terpopuler

Comments

Fitriyani

Fitriyani

ooh,,pantesan lah jd gt sikap Ara ke Tommy....

2021-05-10

2

Prince SuhoLee ❤

Prince SuhoLee ❤

ooowh karna ini ara kecewa ama tommy, akhirnya gw tau hehe, rasa penasaran gw trjwab sudah

2020-12-06

3

filosofi hati

filosofi hati

udh mampir ya Thor

2020-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!