Prolog

"Hello, Perkenalkan nama gue Argani Stephanie W. Sering di panggil Ara, sama orang-orang spesial atau teman dekat gue. Gue berwajah blasteran. Karena nyokap asli Indonesia dan bokap Belanda, kita sekeluarga sudah lama tinggal di Indonesia. Jadi, jika ditanya lebih fasih berbahasa Indonesia atau Belanda? maka jawabannya! Indonesia. Gue anak yang paling kecil, gue punya seorang abang. Nama nya Alexander William. Kita anak dari pengusaha tambang, dan property yang terbesar di Indonesia yaitu William Group."

"Hello, Perkenalkan nama gue, Tommy Dirgantara. Kedua orang tua gue asli berdarah paman sam, hanya saja kedua orang tua gue lebih memilih tinggal di Indonesia, ketimbang di negara sendiri, Menurut mereka, Indonesia dianggap menjadi serpihan surga yang jatuh ke bumi. Kedua orang tua gue juga pertama kali bertemu di tanah air ini, sehingga negara ini menjadi negara yang tidak terlupakan.

Gue CEO di Perusahaan terbesar selain perusahaan William Group. Mulai dari SMA, gue udah bantu orang tua gue, buat ngurus perusahaan jadi tidak diragukan lagi dengan kemampuan yang gue punya."

***

Kediaman Keluarga William

"Ara..... turun," teriak mama.

Yang di panggil-panggil masih di alam bawah sadar, sembari memeluk boneka kesayangan nya (Tingkerbell Besar) sambil berguman tidak jelas.

"Araaaaa," Teriak mama menggedor pintu kamar anak nya dengan kelembutan eh kekasaran.

Ara kaget langsung terbangun, dirinya duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawanya sembari mengucek mata "Yaelah, emak gue berisik dah," gumamnya

"Buruan Araa... sedari tadi abang udah menunggu adek," kesal mama.

"Iya ma, ini mau turun," menurunkan kaki nya kelantai berjalan menuju pintu.

"Oh my God, turun apaan? mandi aja belum," kaget mama menarik tangan Ara masuk ke kamar mandi.

Selesai mandi dan bersiap-siap, Ara menyusul semua orang di ruang makan.

"Sekali lagi dilamain ya dek! soalnya, abang selalu pengen jitak jidat kamu kalau udah buat kesal," sindir Alex.

"Apaan! doyan amat bang nyinyirin aku." Ara yang menggerutu menarik kursi duduk yang ada di sebelah Alex.

"Ampun deh, cuma punya anak dua tapi akur melulu, gak pernah ribut," sindir mama Ara menyendokkan nasi goreng ke piring suaminya.

"Et dah, mama gue bisa banget," ucap Ara dalam hati.

"Ya sudah, di habiskan sarapan nya, biar kalian bertiga minggat dari rumah," ujar mama Ara tanpa dosa.

"Berangkat maksud nya ma?" tanya papa memperbaiki perkataan sang istri.

"Iya pa," jawab mama cengengesan.

"Gak sayang anak ini namanya! belum juga apa-apa udah disuruh minggat." protes Ara yang tidak terima.

Mama Ara memutar bola mata malas memilih menikmati sarapan yang ada di depannya.

Usai sarapan pagi, keluarga william melakukan rutinitas seperti biasa.

Perempatan Jalan dekat kampus

menghentikan kendaraan nya ditempat biasa dirinya mengantarkan sang adik. "Adek turun disini aja ya! abang buru-buru ada rapat dadakan.

Adik tercinta nya mendengus kesal, membuka seat belt. "Santai aja bang, kan udah biasa nganterin nya sampe sini mulu," kesal Ara.

"Pintar bangat sih adek abang, pasti pacarnya panda ya!" sambil mengacak rambut Ara.

Merapikan rambutnya "Ish kebiasaan, yaudah deh bang, adek pamit ya!" pamit ara mencium punggung tangan Alex, jadi dari dulu Ara selalu diajarkan oleh kedua orang tua nya, selalu bersikap sopan sama orang yang ada diatas nya. Tetapi tidak berlaku untuk seseorang dimasa lalu nya.

Ketika menyebrang tiba-tiba ada sebuah kendaraan ultilitas sport (SUV) hampir menabrak Ara.

"Untung langsung direm," ungkapnya dalam hati, mengelus-elus dada yang hampir terbang ke wahana ancol.

Ketika melihat ke arah mobil Ara terkejut, ternyata mobil yang hampir menabrak dirinya seorang pria "Busett dah, ganteng bangat anak orang," gumamnya memperhatikan pria asing yang hampir menabraknya.

Pria itu berjalan ke arah orang yang hampir di tabrak nya. "Woy nyebrang pake dengkul, kalau gak bisa pake mata," hardik pria asing, sembari melepaskan kacamata hitam yang bertender dihidung mancung nya.

Ara terpana melihat ketampanan pria asing itu. "Hah?"

Kesal melihat orang yang ada di depannya, sedari tadi tidak berkedip karena memperhatikan dirinya. "Woy."

Sadar akan bentakkan pria asing. "Iya ganteng." keceplosan sembari menutup mulut, malu akan perkataanya yang terlalu polos.

Pria asing itu mengernyitkan keningnya. "Gadis aneh minta maaf," bentaknya.

Tidak terima mendengar suara bentakkan pria asing yang ada didepannya, Ara berkacak pinggang dengan muka menantang. "Enak aja. Lo yang hampir menabrak gue! kok gue yang minta maaf, siapa lo? lee min ho bukan eh malah suruh anak gadis orang lo," menatap tajam pria asing tersebut.

Menggeleng kepala. "Ck, kalau bukan karena terburu-buru, udah habis lo." berbalik badan menuju mobil meninggalkan Ara ditengah jalan.

Ara menghela nafas. "Untung ganteng, kalok enggak! udah gue laporin lo ke kak seto" gerutunya sembari berjalan menuju kampus.

Pekarangan Kampus

Memperhatikan wajah temannya yang tidak bersahabat. "Woy anak ayam. tuh muka kusut amat, kayak gak di setrika aja." menyenggol lengan sahabatnya.

Liz terkekeh mendengar ucapan nyeleneh temannya. "Berarti lo, teman nya ayam dong!" goda Liz.

Melihat ke arah sahabatnya. "Bete gue, pengen jitak kepala orang, lo mau gak! gue jitak sekali!" tanya Ara.

"Kalok sekali gue nolak. Tapi, dua kali gue terima," tutur Jel dengan wajah jahilnya.

"Boleh dong gue ikutan jitak kepala lo!" sambungLiz.

Menggeleng kepala, mengangkat salah satu jari telunjuknya digoyangkan ke kanan dan ke kiri. "Gak boleh, tawaran ini hanya berlaku untuk Ara seorang," tuturnya.

"Pilih kasih loe." Liz mengerucutkan bibirnya.

Jel tertawa melihat wajah lucu temannya. "Yang penting gue gak pilih cinta."

"Sudah, jangan berteman. Biar adil, gue aja yang jitak kepala lo berdua!" ucap Ara.

"Enak aja lo," protes mereka serempak.

Ara mengangkat salah satu alisnya. "Enak itu makanan."

Menoyor kepala Ara. "Di otak lo isi nya makanan doang, pantas lo gendut," goda Jel.

Liz mengangguk kepala menyetujui perkataan temannya. "Melebihi ibu hamil," sambung Liz.

Melambaikan tangan nya "Hello, body gue kayak artis-artis ya!"

"Apaan! gentong minyak iya!" kata Liz

"Hahahaha," tawa mereka serempak.

Yah begitu lah persahabatan kita, walaupun rada-rada gesrek tapi kita bahagia pakai bahasa bebas tanpa ada yang tersinggung. Karena didalam pertemanan itu menurut kita apa ada nya.

Melihat ponselnya membuka aplikasi whatsapp. "Temani gue bimbingan sebentar yuk! ada mau gue tanyakan sama doping (dosen pembimbing) gue."

Seperti biasa, mereka bertiga kalau mau bimbingan pasti minta di temani. Ya, walaupun orang yang menemani menunggu di luar ruang dosen. Ara dan Liz menunggu di kursi mahasiswa yang di sediakan di depan ruang dosen, hampir satu jam mereka menunggu hingga membuat Ara gelisah.

Ara juga sebenarnya mau bimbingan tetapi waktu nya di undur. Bebarapa kali Ara mengirim pesan kepada Jel, tetapi tidak ada balasan sama sekali. Ara menitipkan pesan kepada Liz, untuk memberitahu bahwa dirinya juga mau bimbingan.

Ara terburu-buru karena dosen nya berpesan supaya Ara secepatnya untuk bimbingan, karena hari ini dosen nya ada praktek, Ara berlari kecil sehingga tidak memperhatikan jalan dan ketika hampir mau sampai di ruang sang dosen! Ara menabrak seorang pria berkulit putih bersih dengan tinggi badan yang sempurna menurut para perempuan.

Belum melihat orang yang di tabrak nya. "Sorry, gue buru-buru," melangkah kan kakinya untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Hei, gadis ceroboh," ucapnya menarik lengan Ara.

"Rio.... sorry gue gak sengaja," ungkap Ara.

Lelaki yang di tabrak Ara ternyata sahabat nya Rio, pahlawan diantara mereka bertiga Ara, Jel dan Liz. mereka sudah menganggap Rio seperti abang sendiri, karena kebaikan nya terhadap mereka bertiga atau lebih tepat nya, orang yang selalu mengejar Ara. ketika sedang nongkrong atau berbelanja Rio selalu menemani mereka, walaupun Rio menyukai Ara, tetapi dia tidak pernah pilih kasih untuk memberi perhatian kepada ketiga perempuan itu.

"Kebiasaan lo ya! kalau terburu-buru suka bangat berlarian," omel Rio.

"Gue request, omelan nya nanti aja disambung ya! gue buru-buru mau bimbingan," ungkap Ara ingin pergi tetapi di tahan kembali oleh Rio.

"Jalan biasa aja gak perlu lari-lari, nanti kalau lo jatuh gimana?"

"Nanti aja lo omelin gue sepuasnya," ujar Ara melepaskan diri lalu berlari ke arah ruang dosennya.

Rio yang melihat Ara seperti bocah hanya bisa geleng kepala. "Ara, ara," gumamnya tersenyum.

Terpopuler

Comments

Dania

Dania

Favorit ♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️

2021-09-16

0

Itoh Masitoh

Itoh Masitoh

bagus kk

2020-10-02

1

Boru Tanjung

Boru Tanjung

like kak

2020-10-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!