Mantan

Setelah berfikir dengan matang, akhirnya Tommy menuju Univ Y, untuk menjemput seseorang. Dia sudah bertekad untuk mendekati seseorang dimasa lalu nya dulu, tidak lagi memikirkan gengsi melainkan mengikuti kata hatinya.

Sesampainya Tommy di area parkiran kampus, secara tidak sengaja mata elang nya menangkap sosok yang ingin di hampiri nya! bersama lelaki yang pernah berkenanalan dengan dirinya sewaktu menjemput Ara.

"Sial." Tommy segera turun dari mobil, menghampiri mereka. Tidak peduli akan keterkejutan Ara, yang penting misi nya segera terlaksanakan.

Dihadapan Ara ia menampilkan senyuman sebaik mungkin. "Hai Ara."

Ara hanya melihat Tommy dengan sekilas, orang yang selalu dihindari tiba-tiba sudah ada dihadapannnya. "Ngapain sih dia kesini." gumamnya tetapi masih bisa didengar oleh Tommy.

"Hai kak." Rio tersenyum ke arah Tommy.

Tommy hanya menampilkan senyum kecut terhadap orang yang menyapa nya. Berharap Ara yang membalas sapaan nya ternyata malah orang yang bersamanya.

"Mau pulang Ra?" tanyanya.

Memutar bola mata malas, tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Tommy, ia hanya berdehem melirik Rio, berharap membawanya segera pergi dari hadapan Tommy.

Sebenarnya Tommy kecewa melihat reaksi Ara, semenjak bertemu kembali, Ara selalu menampilkan wajah datar. Tetapi dirinya tidak menyerah hanya melihat wajah Ara yang tidak bersahabat. "Aku antar ya!" lirih Tommy.

"Gue bareng Rio," ucapnya datar.

"Kita duluan ya kak," seru Rio sembari memegang tangan Ara meninggalkan Tommy seorang diri.

"Kamu masih marah ya Ra!" Tommy berguman, matanya memperhatikan Rio yang sedang memegang tangan Ara.

Perasaan Tommy sekarang campur aduk, ada rasa marah, cemburu, juga rindu akan sosok Ara yang selalu menempel terhadap dirinya dulu, jikalau Tommy tahu rasanya semenyakitkan ini maka dia akan memilih dimana Ara yang selalu ceria dan hangat terhadap nya dan tidak akan pernah menyia-nyiakan wanita itu. Ara sekarang sudah berubah, menatap dirinya saja sudah tidak mau, setiap Tommy menatap Ara maka Ara akan mengalihkan pandangan nya. Tommy jadi teringat akan perkataan teman nya sewaktu memberikan nasihat. "Penyesalan selalu datang terlambat." Ya, Tommy sadar akan hal itu. Karena tidak mumbuahkan hasil, akhirnya Tommy meninggalkan Univ Y, segera melaju kendaraan nya kembali ke perusahaan.

Ketika membuka pintu ruangan Tommy dibuat terkejut akan sosok seseorang yang pernah mengisi hati nya selama di negara paman sam. Ia pikir tamu yang dibilang sekretarisnya adalah orang penting atau yang mau bekerja sama dengan perusaahannya.

"Lo." mengangkat jari telunjukknya mengarahkan kepada orang yang sedang duduk.

Saat itu wanita yang ada di ruangan Tommy duduk di sofa dekat meja kerjanya, ia beranjak dari duduk nya. "Hai, apa kabar." mengambil tangan Tommy untuk berjabat tangan seperti mengetahui jika Tommy akan menolak untuk berjabat tangan.

Wanita yang berada diruangan Tommy, wanita cantik yang anggung, tetapi keanggunan nya akan hilang ketika dia berbicara. Walaupun wajahnya menampilkan wajah yang angkuh bagi orang yang baru pertama kali melihatnya, ketika sudah akrab akan merasa nyaman. Ia pandai untuk bergaul sehingga tidak susah baginya untuk memiliki teman karena sifatnya hampir sama dengan Ara.

Iren Clarissa, keturunan Indonesia asli tetapi sejak kecil sudah tinggal di luar negeri, karena pekerjaan kedua orang tuanya di negara tersebut, sehingga memilih menetap di luar negeri. Sesekali Iren akan berkunjung ke tanah air untuk melihat kakek dan neneknya.

Sosok yang di dapati diruangan nya adalah mantan kekasih Tommy selama 1 tahun, hanya Iren wanita yang bertahan menjadi kekasih Tommy Dirgantara selama itu, bukan tidak ada alasan Tommy menjalin hubungan selama itu bersama wanita. Sifat Iren yang hampir mirip dengan Ara, mampu membuat seorang Tommy bertahan terhadap wanita selama itu, Walaupun Tommy sudah beberapa kali terciduk jalan dengan wanita lain tetapi Iren cuek saja dan jika bertemu dengan Tommy dia berpura-pura tidak mengetahui apa-apa, sehingga Tommy memanfaat kan sang mantan kekasih.

Visual Cast

Iren yang sudah mengetahui bahwa dirinya hanya dimanfaatkan cuek-cuek bebek saja, ia terpana akan ketampanan Tommy sehingga dia bertahan, tetapi lama kelamaan Iren bosan, karena Tommy selalu mengekang dirinya, jadi dia memilih untuk berpisah dan memilih untuk berteman saja walaupun Iren masih menyimpan sedikit perasaan nya.

Ia kesal melihat wajah mantan kekasih yang tidak ada perubahan, semenjak pacaran kalau bukan di suruh paksa untuk tersenyum Tommy tidak akan mau tersenyum. "Ya elah, smile darling." goda Iren.

"Pulang gih." usir Tommy sembari berjalan membuka pintu ruangannya. "Oh iya, mulai sekarang jangan panggil darling." membalikkan tubuhnya, menatap Iren dengan wajah dingin.

Berkacak pinggang seperti menantang. "Loe ngusir gue?" mendekati Tommy dengan wajah yang kesal.

Tomny yang tidak peduli hanya menganggukkan kepala.

"gue itu dari Airport langsung kesini! tapi sekarang lo malah usir gue, gak berguna bangat lo jadi mantan." matanya tersirat kekecewan akan mantan kekasih yang tiba-tiba mengusirnya.

"Terus." singkat Tommy.

"Sambut gue kek dengan tari-tarian pake kecapi dan rebana." ketus Iren

Menghela nafas melihat kelakuan mantan kekasihnya. "Pulang sana. Gak berubah lo."

"Tommy." ujarnya merengek.

Tommy hanya menampilkan muka datar, tidak peduli akan Iren yang merengek.

"Kulkas, es batu, gue sumpahin gak ada cewek yang mau sama lo." umpat Iren sembari menghentakkan kakinya.

"Terimakasih pujiannya, sekarang lo pulang. Oke." mendorong tubuh Iren pelan

"Kesal gue sama lo." berjalan menuju pintu keluar lalu berhenti sebentar melihat ke arah Tommy, kemudian melangkah kan kaki nya kembali.

Setelah beberapa detik kemudian, Tommy memanggil nya karena tidak sengaja matanya menangkap sebuah ponsel terletak di atas meja dekat sofa meja kerjanya.

"Woy." teriak Tommy.

merasa di panggil Iren menoleh dengan wajah kesal. "Apa? minta balikan?" ucapnya nyeleneh.

menggeleng-gelengkan kepala tidak habis pikir dengan perkataan yang selalu keluar tanpa dipikirkan terlebih dahulu. "Saraf, Hp lo ketinggalan." tunjuk Tommy ke arah meja.

"Oh iya, lupa gue hahaha." tepuk jidat berjalan menghampiri Tommy.

"Masih aja ceroboh." gumamnya.

***

Setelah pertandingan selesai, Ara menghampiri Rio yang sedang berjalan ke arah nya. sebelum nya Ara sempat membeli minuman dikantin kampus sebelum pertandingan dimulai. "Nih, minum dulu." memberikan minuman yang dipegangnya.

"Makasih calon," goda Rio mengedipkan sebelah matanya.

"Calon majikan?" tanya Ara.

"Masa depan dong." ucapnya percaya diri.

"Setelah ini kita pulang ya! udah mau malam."

Rio hanya menganggukan kepala, meneguk minuman yang di berikan Ara.

Hubungan seperti ini sudah membuat seorang Rio nyaman akan kedekatan nya dengan Ara, setiap Rio meminta Ara untuk menemaninya selagi tidak sibuk, Ara akan menyetujuinya. Walaupun berkali-kali sudah ditolak oleh wanita itu, pria tersebut tidak kecewa atau pun sakit hati, Menurutnya dia harus mempersiapkan diri untuk mengejar Argani Stephanie lebih keras lagi.

"Gue langsung pulang aja ya!" ucap Rio setelah sampai didepan rumah.

"Yang nyuruh lo untuk mampir siapa?"

"hahahaha."

"Pulang gih." usir Ara.

Rio terkekeh bukannya ucapan Terimakasih yang didapat malah ucapan disuruh pulang. "Gak pake acara ngegas, berapa?"

"Hm, makasih ya. Pulang nya hati-hati." membuka pintu mobil.

"Titip salam sama keluarga ya. Bye."

Setelah Rio pulang, Ara masuk kerumah kemudian memberi salam kepada orang yang berada di ruang tamu yang sedang menonton televisi.

"Duh anak orang baru pulang." goda mama.

"Anak siapa ma?" tanya Papa.

"Ih apaan sih." ucap nya manja sambil bergelayut di lengan sang papa.

"Anak-anak papa cantik dan ganteng tapi masih jomblo." tawa papa Ara menggoda kedua anaknya.

"Sindiran nya manis amat ya! madu aja sampai kalah." melirik sekilas papa nya.

"Hahahahaha." tawa mereka setelah mendengar perkataan Alex.

***

Kantin Kampus

"Woy, gue punya berita lambe turah nih." heboh Ara.

"Wow, gue deman nih gosip di siang hari mengalah kan terik nya matahari." Jel tak kalah heboh.

"Ratu gosip," ujar Liz.

"Apaan dah, buruan cerita mumpung gue lagi pegang popcorn." menunjuk makanan yang di pegang nya

"Gak nyambung lo," ucap Ara dan Liz sambil menoyor kepala temen gesrek nya.

"Buruan dong, selagi jiwa keingingtahuan gue meronta-ronta nih." Jel tidak sabaran karena penasaran.

"Sebelum gue cerita, benerin dulu posisi duduk lo, gak ada asem-asemnya lo jadi laki," kesal Ara.

"Perempuan Argani Stephanie," kesal Liz.

"Loh, udah ganti rupanya!" goda Jel.

"Dari lahir memang wanita." gemas Liz mencubit pipi temannya.

Liz pun memperbaiki cara duduk Jel, karena teman nya yang satu ini memang paling tomboy diantara mereka bertiga, tetapi masih bisa dikatakan hampir sama dengan Ara. Hanya Liz yang bersikap anggun, jadi diantara mereka bertiga sifat keibuan Liz sangat terlihat.

Ara mentap teman-temanny serius. "Jadi gini . . . ."

Terpopuler

Comments

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

semangat

2020-10-02

1

Silvia Rahma

Silvia Rahma

Mampir lagiii~
Semangat terus kaka💪
Kalo berkenan mampir juga ya ke karya aku 'ANGEL OR DEVIL?'. Yuk kita sama-sama saling dukung😉

2020-09-05

0

zhafa

zhafa

datang membawa bomlike samapai sini dulu dari Zhafira

2020-09-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!