Bab 15. Kedatangan Geng Gara

Najwa yakin saat melihatnya jaket yang dikenakan ketiga orang itu, adalah jaket yang sama dengan jaket yang dipakai oleh Gara saat pertama kali masuk ke pesantren. Apa mereka temannya Gara? Pikir Najwa dalam hati.

"Wa, kamu teh nggak apa-apa kan? Eh malah bengong!" kata Khodijah yang menyadarkan Najwa pada lamunannya.

"Iya, aku nggak apa-apa. Yuk, jalan lagi! Panas juga nih," ucap Najwa sambil mengibas ngibaskan tangan ke wajahnya seolah dia kepanasan. Ya, matahari siang itu begitu terik. Belum lagi mereka baru pulang dari sekolah, lelah dan panas pasti ada.

"Iya, yuk buruan balik! Biar bisa ngadem sambil tadarusan di mesjid," ucap Aini seraya tersenyum pada ketiga temannya. Mereka berempat pun berjalan sambil membawa sepeda mereka menuju ke pesantren.

****

Sementara itu di depan pesantren, terlihat keriuhan para santri dan santriwati saat melihat ketiga pria yang baru saja turun dari motor sport mereka. Bahkan mereka memarkirkan motor secara sembarangan. Dan mereka adalah ketiga teman Gara yang berasal dari kota, yaitu anggota inti dari geng black dragon. Nico, Adrian dan Marcel.

"Lo yakin si bos ada disini Nic?" tanya Adrian seraya melihat-lihat suasana pesantren itu. Ada beberapa orang berlalu lalang menatap Nico dan kedua temannya dengan tatapan bingung, tajam dan penuh pertanyaan.

"Gue yakin si bos Gara ada disini, yuk kita masuk ke dalam! Kita cari dia!" ujar Nico pada kedua temannya.

Langkah mereka bertiga tak luput dari perhatian para santriwati dan santri yang ada disana. Lagi-lagi tatapan kagum dan aneh, persis sebagainya mereka menatap kedatangan Gara dulu.

"Ya Allah, eta teh saha meni ganteng pisan!" kata seorang santriwati yang terpesona melihat visual Nico. Pria itu memakai celana jeans robek-robek dan ada kalung terpasang di lehernya. Wajahnya juga tampan.

"Eta nu pake anting siga ciga aktor Kris Epan, anu dina film Avengers!" seru seorang santriwati saat melihat sosok Marcel yang menang memiliki tubuh atletis, dibandingkan teman-temannya yang lain.

"Meni karasep pisan mahluk ciptaan Allah teh, ckckck...Masya Allah." ucap seorang santriwati dengan tatapan mata mengarah pada Nico. Pria dengan kulit putih dan hidung mancung itu. Kemudian mereka pun tersadar bahwa tindakan mereka salah. Buru-buru mereka mengucapkan istighfar dan pergi dari sana.

"Gila! Ini sih antah berantah banget, kayak di planet lain." celetuk Nico.

"Gue ngerasa kayak badut tau gak,guys." celetuk Adrian yang risih dengan tatapan semua orang padanya.

"Kalau gue, gue gerasa kayak orang paling ganteng di muka bumi. Kemanapun gue pergi, gue memang selalu memukau!" canda Nico sambil terkekeh. Dia memang paling lawak diantara semua temannya.

"Ah elu!" Marcel memukul bagian belakang kepala Nico dengan pelan. Karena dia hanya bercanda.

Ketika mereka sedang berjalan mengelilingi pesantren, atensi Nico tertuju pada seorang gadis berjilbab yang tadi hampir ditabrak oleh Marcel. Gadis itu sedang memarkirkan sepedanya di depan jawaban santri putri. Sedangkan ketiga temannya sudah masuk lebih dulu ke dalam asrama.

"Cel, Yan, bulannya itu tadi cewek yang hampir si Marcel tabrak ya?" tunjuk Nico pada sosok Najwa yang saat ini tengah berjalan menuju ke asrama putri.

"Iya tuh, kita tanya dia aja yuk. Dimana si bos!" seru Adrian pada kedua temannya. Mereka berdua setuju lalu berjalan mendekati Najwa.

Najwa menyadari kehadiran ketiga cowok itu yang akan mendekatinya. Buru-buru Najwa mengangkat tangannya, seraya meminta ketiga pria itu untuk berhenti mendekat.

"Astagfirullahaladzim, stop disitu akang!" ujar Najwa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa kita harus berhenti girls?" tanya Nico polos.

"Apa akang akang teh gak lihat? Disini kawasan santri putri, cowok dilarang masuk!" peringat Najwa seraya menunjukkan papan didepan gerbang pembatas bertuliskan, 'kawanan santri putri, santri putra dilarang masuk'

"Kita bisa masuk kok, kita kan bukan santri putra!" balas Adrian dengan konyolnya. Pria itu tersenyum tanpa dosa, lalu memegang gerbang pembatas ke asrama santri putri.

"Astagfirullahaladzim!" gadis itu terperangah, sontak dia berjalan mundur. Dia merasa ketiga pria ini tak jauh beda dengan Gara, sangat berani dan tidak kenal takut.

"Iya benar, kita kan bukan santri. Iya nggak?" kata Nico yang juga ikut-ikutan masuk melewati pembatas itu sama seperti Adrian. Melihat wajah Najwa yang panik dan memerah, Nico dan Adrian jadi semakin ingin mengganggu gadis itu.

"Saya akan laporkan kalian sama--akhhh!" Najwa terkejut saat Nico memegang pergelangan tangannya.

"Astagfirullah! Lepasin--"

"Girls, lo cantik juga ya?" kata Nico seraya menatap gadis yang masih polos itu.

"Lepasin saya--"

"Lepasin beauty, atau tangan lo gua patahin!" sentak seorang pria dengan suara bariton berat yang membuat Nico, Marcel dan Adrian menoleh ke asal suara yang tidak asing ditelinga mereka itu.

"Bos Gar!" Nico melepaskan cekalan tangannya dari Najwa, lalu ia pun berlari menghampiri Gara yang saat ini berdiri dibelakang mereka sambil membawa sapu dan juga ada papan nama di depan dadanya.

"Bos! I Miss you!" celetuk Adrian lalu memeluk Gara dengan gaya lebaynya. Namun, Gara dengan cepat mendorong pria itu dan mendekati Najwa.

"A-apa? Kamu juga mau ganggu aku?" tuduh Najwa pada pria itu dengan mata memicing penuh rasa curiga.

"Nggak boleh suudzan gitu dong. Gue cuma mau tanya, apa lo nggak apa-apa? Lo nggak diapa-apain sama trio cabul ini, kan?" tanya Gara yang membuat ketiga temannya itu tercengang. Mereka dikatai trio cabul? Apa?

Dan mereka lantas berbisik-bisik dibelakang, membicarakan sikap Gara yang begitu lembut pada Najwa. Ini pertama kalinya Gara bersikap baik dan tidak dingin pada wanita. Mereka jadi bertanya-tanya.

"Nggak apa-apa," ucap Najwa.

"Oke, ya udah balik sana!" seru Gara sambil tersenyum, senyum yang membuat Najwa sampai tidak sanggup menatapnya lama-lama. Dia segera menepis pikirannya dengan beristighfar.

"Iya, Aa juga jangan buat masalah terus. Lain kali, puasanya harus tamat...gak boleh makan siang di warteg pas buka puasa," ucap Najwa mengingatkan. Sial! Gara jadi malu karena papan namanya ini, papan hukuman dari ustad Sholeh.

Najwa pun berlari dari sana dengan terburu-buru. Sementara Gara mengacak-acak rambutnya itu dengan kesal. "Damnn!! Semuanya gara-gara papan ini," keluh Gara.

"Cie...cie bos!" ketiga temannya sontak berseru menyoraki Gara.

"Apaan huh?" tanya Gara dengan wajah memerah.

"Kita kangen lo bos!" Marcel, Adrian dan Nico kompak memeluk Gara dengan perasaan rindu. Padahal baru 2 malam mereka berpisah.

...****...

****

Terpopuler

Comments

Ainisha_Shanti

Ainisha_Shanti

memiliki teman sejati adalah salah satu anugrah terindah

2023-05-11

0

Ramadhani Kania

Ramadhani Kania

bnr2 mrk gk pnya tata krama oey....🤦

2023-04-12

0

Uyhull01

Uyhull01

kegundahan terjdi lgi karna geng Gara

2023-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!