Bab 13. Feeling seorang ibu

...****...

"GAK BISA! INI BUKAN ZAMAN SITI NURBAYA!" teriak Gara marah. Saat mendengar bahwa Najwa sudah dijodohkan dengan orang lain. Gara juga tidak tau kenapa dia seperti ini. Cemburu Kah? Marah Kah? Yang jelas dia tidak suka bila Najwa ada yang memiliki.

Padahal mereka baru 2 hari bertemu, dua malam bertemu. Belum mengenal lama, tapi rasa aneh sudah muncul didalam hati Gara. Rasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Gara kenapa? Apa dia cemburu Najwa mau dijodohkan? Apa benar dugaanku, Gara suka sama Najwa? Asiyah membatin.

"Gara! Kamu apa-apaan sih?" ustad Zaki lantas memegang tangan putranya dan meminta Gara kembali duduk. Dia malu pada Najwa dan ustad Sholeh karena kelakuan Gara.

"Lagian kenapa sih pake ada jodoh jodohan segala pak ustadz? Ini bukan jaman Siti Nurbaya. Ini zaman modern, semua orang berhak menentukan pasangan hidup mereka sendiri. Sebab mereka punya hak! Nggak boleh dipaksa paksa." kata Gara pada ustad Sholeh yang sontak saja membuat semua orang terkejut, termasuk Najwa yang masih ada disana.

"Gara! Diam kamu!" ujar ustad Zaki pada putranya, disertai dengan lirikan tajam. Namun, Gara tidak mengindahkannya.

"Maaf ya nak Ilham...apa yang nak Ilham katakan memang benar. Tapi, Najwa sendiri sudah setuju untuk saya jodohkan. Jadi, ini bukan pemaksaan," ucap ustad Sholeh yang membuat Gara bungkam, pria itu mengepalkan tangannya dengan kesal.

Semua orang pun bungkam disana, tiba-tiba saja Najwa pamit pada semua orang disana karena dia harus kembali ke sekolah. Dia pulang karena harus mengambil buku tugasnya yang tertinggal. Dan tak lama setelah Najwa pergi, kedua orang tua Gara juga pamit untuk pergi dari pesantren itu.

Mereka berpesan pada Gara untuk selalu taat peraturan pesantren dan bersikap sopan. Jika Gara bisa membuktikan dirinya berubah dalam waktu satu bulan, maka Gara boleh kembali ke rumah. Salah satu pembuktian itu adalah hafal Al Qur'an dan maknanya.

"Mom...apa mommy gak bisa kasih syarat yang lain? Hafal Alquran? Oh God! Iqro 1 aja aku belum tamat, mom!" serka Gara seraya merengek pada ibunya.

"Nak...Umi mohon sama kamu, belajar yang benar dan kamu harus bisa memenuhi persyaratan dari Abi kamu. Umi akan selalu dukung dan doain kamu," ucap Asiyah seraya memeluk putranya.

"Mom...aku pengen pulang aja," rengek Gara lagi.

"Pulang? Jangan dulu Gar, umi yakin kamu pasti akan betah disini!"

"Betah apanya? Baru sehari disini, aku udah kayak di penjara." gerutu pria itu pada mamanya.

"Hem...yakin kayak di penjara? Bukan kayak di surga karena ada putrinya ustad Sholeh? Si beauty?" goda Asiyah pada putranya sambil tersenyum. Sontak saja Gara terkejut dan pipinya memerah.

"Apaan sih, mom? Kenapa jadi si bocah itu yang di omongin?" cetus Gara dengan bibir yang mencebik. Seperti anak kecil yang merajuk.

"Kamu suka kan sama dia? Ayo ngaku! Umi nggak pernah lihat kamu sampe kayak gini," seloroh Asiyah dengan tatapan intens pada putranya.

"Nggak!" sangkal Gara.

"Tenang aja, kalau dia udah dijodohkan...umi sama Abi masih bisa kok bantuin kamu buat dapetin dia.Ya, asalkan kamunya punya niatan serius. Bukankah sebelum janur kuning melengkung, masih ada kesempatan?" tawar Asiyah pada putranya itu.

Gara hanya terdiam, namun dari raut wajahnya. Asiyah bisa tau kalau Gara telah menaruh hati pada Najwa. "Feeling seorang ibu emang gak salah,"

...****...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***