Bab 14. Bulan puasa banyak setannya?

...🍀🍀🍀...

"Umi! Ayo pulang!" ujar ustadz Zaki pada istrinya yang masih mengobrol dengan Gara. Ustad Zaki sudah berada di dalam mobil, pria itu tampak dingin pada Gara. Ia dingin bukan tanpa alasan, ia hanya ingin menunjukkan ketegasan pada putranya, ia ingin putranya berubah.

"Iya Abi, sebentar!" teriak Asiyah pada suaminya. Lalu ia pun melirik Gara dan memeluk pria itu sebelum dia kembali ke pusat kota besar. Jarak pesantren dan tempat tinggal Gara adalah 1 jam setengah.

"Nak, kamu belajar yang benar! Berubahlah menjadi lebih baik. Insya Allah kalau kamu bisa berubah menjadi lebih baik...Abi dan umi akan melamarkan Najwa putri ustad Sholeh itu untuk kamu!"

"Mom, i don't want to my beauty! I don't want her" begitulah Gara, kadang dia selalu memakai bahasa Inggris.

"Gara, umi tau apa yang ada didalam hati kamu. Jadi, dalam satu bulan ini...kamu harus bisa hafal Alquran dan bisa mengamalkannya. Umi akan mengabulkan 3 permintaan kamu,"

"Mom, aku tidak ingin apa-apa!"

"Nanti kamu pasti akan minta sesuatu sama umi,"kata Asiyah seraya tersenyum lembut pada putranya.

Setelah mengatakan itu Asiyah dan suaminya pergi meninggalkan pesantren Ar-Rahman. Gara terlihat bersedih sebab dia belum bisa pulang ke rumahnya dan kembali kedalam kehidupannya lagi.

"Kang! Ayo lanjutin lagi hukumannya, belum beres!" ujar Azzam yang sudah ada dibelakang Gara. Cowok itu memutar matanya malas.

"Ah! Damnn! Ternyata dia masih ngawasin gue, apa dia gak ada kerjaan?" gerutu Gara kesal sambil mengacak-acak rambutnya.

"Akang! Hayu atuh!" seru Azzam seraya melambaikan tangan pada Gara.

"Oke, gue kesana!" sahut Gara sambil berjalan mendekat ke arah Azzam. Dia benar-benar lelah, bahkan sekarang saja dia sudah lapar. Lihat saja, nanti dia akan membuat Azzam lengah dan dia akan pergi untuk mencari makanan. Dia tidak tahan berpuasa, tak bisa menahan lapar.

****

Di sebuah SMA negeri yang berjarak tak jauh dari pondok pesantren Ar-Rahman, disebuah kelas. Najwa terlihat menyimak apa yang gurunya sampaikan didepan kelas. Dia adalah anak yang cerdas dan selalu juara kelas. Apalagi dalam pelajaran agama. Tak terasa sebentar lagi akan ujian nasional, Najwa akan segera meninggalkan bangku SMA dan pergi kuliah. Abinya tidak pernah membatasi apapun dalam meraih pendidikan. Hanya saja dalam masalah jodoh, Najwa sudah ditentukan oleh abinya. Najwa menurut saja, ia tau bahwa abinya melakukan semua ini demi dirinya dan pastinya itu yang terbaik untuk gadis itu.

Ting!

"Najwa! Kamu teh kenapa ngelamun?" tanya Khodijah pada Najwa yang terlihat melamun setelah bel istirahat berbunyi.

"Yuk ke perpus!" ajak Rahma.

"Eh, udah jam istirahat ya?" tanya Najwa seraya melihat kedua sahabatnya bergantian.

"Kenapa ngelamun hayo? Lagi mikirin si akang Gara ya?" tanya Rahma menggoda Najwa, ia tersenyum lebar.

"Apaan sih? Siapa juga yang mikirin cowok preman kayak dia?"

"Alah...Najwa, ngaku aja deh...kalau kamu mikirin dia kan?" goda Khodijah hingga membuat rona di pipi Najwa. Ketiga gadis itu tertawa-tawa, sambil membicarakan Gara yang sudah mencuri perhatian di hari pertama masuk pesantren. Jujur saja, Najwa memang sedikit tertarik padanya. Ia yang tidak pernah jatuh cinta kepada siapapun juga, merasakan perasaan aneh saat membicarakan tentang Gara. Apalagi saat semalam ,Gara memberikannya permen coklat. Entah dengan tujuan apa ia memberikan coklat tersebut kepadanya.

Hari telah berganti menjadi siang, mentari mulai terik dan menempati titik tengah. Dimana godaan untuk orang-orang yang sedang melaksanakan puasa, muncul. Mungkin, di antara mereka yang tidak kuat iman. Akan merasakan haus, lapar dan tidak tahan untuk berbuka.

Itulah yang dialami Gara saat ini, dia merasa kehausan dan kelaparan. Dia berusaha untuk terlepas dari pengawasan Azzam dan juga dua santri lainnya yang diperintahkan oleh Ustad Sholehudin untuk mengawasi Gara dalam menjalankan hukumannya.

"Akang, akang teh mau kemana? Ini beres beresnya belum selesai?"

"Kenapa? Lo mau ikut gue ke toilet? Gue mau boker! You know?" kata Gara dengan tatapan sengit pada Azzam dan kedua Santri yang menang sudah menjadi penghuni senior di pondok itu karena mereka sudah kuliah, bukan anak SMA atau SMP seperti yang lainnya.

"Ya udah kang, jangan lama-lama! Kita tunggu disini," ucap salah seorang santri, teman Azzam juga.

"Iya-iya, bawel!" decak Gara kesal. Pria itupun membalikkan badannya. Di bibirnya tersungging senyum lebar.

Ide liciknya muncul dan ini saatnya dia menjalankan ide licik itu. Gara diam-diam pergi dari lingkungan pondok pesantren, untuk mencari makanan di luar sana.

"Jirr...haus banget! Gue harus cari supermarket. Warteg juga nggak apa-apa deh, di kampus mana ada supermaket kan? Katanya bukan puasa tapi setannya banyak banget. Katanya bulan puasa setannya di kunci, hah! Tapi ini apaan?" gerutu Gara sambil memegang perutnya.

Tiba-tiba saja mata Gara berbinar-binar saat melihat warung yang ditutupi kain, namun ia bisa melihat ada motor terparkir didepan warung itu. "Minuman! Minuman! Minuman!"

Gara langsung berlari dan ia membeli minuman disana tanpa malu pada si pemilik warung. Ada beberapa orang juga disana yang asyik makan, tanpa peduli itu bulan puasa. Mereka kebanyakan pria yang bekerja sebagai pegawai bangunan disekitar sana.

"Untung gue ada temennya, bukan cuma gue sendirian yang makan tengah hari." celetuk Gara sambil tersenyum. Baru saja makan dua sendok, tiba-tiba saja Gara tersedak saat melihat sosok pria yang dikenalnya.

Anjirr! Mati gue! Kenapa si ustad galak ada disini? Mampus!

Gara skak mat melihat sosok ustad Sholeh berada di warung itu, dia datang kesana untuk memesan ta'jil bagi anak-anak pondok pesantren. Biasanya Najwa yang melakukan itu, tapi Najwa masih ada di sekolah.

"Ilham, kamu ada disini?"

"Hahaha, iya pak ustadz...bulan puasa banyak setannya jadi saya--" Gara menghentikan ucapannya saat ustadz Sholeh mulai berceramah panjang lebar didepan Gara dan beberapa orang yang makan disana.

Bulan Ramadhan tak berarti absennya peluang mengerjakan keburukan. Dalam konteks ini, teringat suatu sabda Rasulullah Muhammad SAW. Yakni, "Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga akan dibukakan, dan pintu-pintu neraka akan ditutup, serta setan-setan akan dibelenggu. Hadis tersebut diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

Maka dari itu, dapat timbul pertanyaan. Mengapa kejahatan dan kemaksiatan masih tampak, sekalipun setan-setan dibelenggu? Terkait itu, para ulama memberikan tafsir atas kata-kata Nabi SAW itu. Maksud belenggu itu tak secara harfiah berarti 'rantai.' Maknanya, setan-setan tak lagi leluasa dalam menggoda manusia selama Ramadhan. Sebab, pada umumnya orang-orang yang beriman sedang sibuk berpuasa seharian di bulan tersebut. Adapun pada malam harinya, mereka gemar berzikir, shalat sunnah, dan membaca Alquran. Kemudian, lanjut pada sahur dan kembali berpuasa keesokan harinya. Rutinitas itu yang membatasi ruang gerak setan bila dibandingkan dengan hari-hari biasa di luar Ramadhan.

Ada pula kalangan ulama lainnya yang memaknai belenggu dalam hadis di atas. Intinya, setan yang dibelenggu hanya setan yang membangkang. Katakanlah, para setan yang "kelas berat" karena begitu mahir dalam menggoda serta menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Adapun setan-setan yang "kelas teri" cenderung lolos.

Penjelasan ini bersesuaian dengan hadis lainnya, yang diriwayatkan Ibnu Huzaimah, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim. Menurut Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Pada malam pertama bulan Ramadhan, setan-setan dibelenggu. Yaitu setan-setan yang membangkang."

Barangsiapa yang gemar maksiat kala Ramadhan berarti mudah terpedaya bahkan oleh setan-setan "kelas teri." Apatah lagi oleh setan-setan "kelas berat" yang begitu profesional dalam menjalankan aksinya?

Oleh karena itu, efek dari dibelenggunya setan-setan cenderung berlaku bagi mereka yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keikhlasan. Lihat surah Shad ayat 82-83. Artinya, "Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan Engkau (Allah), aku akan menyesatkan mereka (manusia) semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis (ikhlas) di antara mereka." Ya, iblis sekalipun angkat tangan menghadapi orang-orang berhati ikhlas, yakni mereka yang hanya mengharap ridha Allah.

Setidaknya, ada empat jawaban terkait mengapa masih ada kemaksiatan kala Ramadhan, sekalipun setan-setan dibelenggu. Pertama, efek dibelenggunya setan hanya terasa bagi mereka--orang beriman--yang melakukan berpuasa dengan penuh keikhlasan. Kedua, tak semua setan dibelenggu. Yang dibelenggu hanya sebagian dari mereka, yakni yang membangkang dan lihai menggoda manusia.

Ketiga, dibelenggunya setan dapat bermakna berkurangnya tindak kejahatan atau perilaku maksiat. Memang, selama Ramadhan akan terasa lebih marak majelis-majelis kebaikan, daripada gelaran publik yang sia-sia. Keempat, dibelenggunya setan tidak berarti hilangnya sama sekali aktivitas yang merusak. Sebab, ada pula sifat jelek manusia yang memang sudah bobrok. Toh setan ada pula yang dari golongan manusia.

Setelah mendengar ceramah panjang lebar dari ustad Sholeh, mereka semua pergi dari sana dengan perasaan malu. Gara juga jadi diam dan menyadari kesalahannya karena tidak kuat iman melawan setan didalam dirinya sendiri.

"Ayo Ilham!"

"Pak ustad gak akan hukum saya kan?" tanya Gara takut, sambil mengusap noda nasi dibibirnya.

"Masalah puasa atau enggak, itu urusan pribadi kamu. Saya tidak bisa memaksa, itu urusan kamu dengan Allah dan amal ibadah. Yang saya herankan, kenapa kamu meninggalkan hukuman kamu?" ucapan dan sorot mata tajam ustad Sholeh membuat Gara tidak bisa bicara apa-apa. Melawan lagi pun sulit.

Lalu ia dan Gara pun pergi dari sana, mereka kembali ke pesantren. Gara bersyukur karena Najwa tidak melihatnya makan di siang bolong. "Untung beauty gak ada disini, huhhh."

****

Didalam perjalanan pulang, Najwa dan ketiga temannya Rahma, Khodijah dan Aini berjalan sambil mendorong sepeda mereka. Mereka selalu berangkat memakai sepeda kalau ke sekolah. Suasana desa itu tampak asri, masih hijau dipenuhi sawah-sawah. Sangat indah dan sayang bilang dilewatkan.

"Oh ya tugas Bu Chica gimana? Kalian dah paham?" tanya Aini pada ketiga temannya.

"Nggak, aku benci MTK! Najwa, ajarin dong!" rengek Khodijah pada Najwa.

"Iya-iya, nanti aku ajarin kalian deh. Tapi--akhhh!!"

Najwa terkejut saat sebuah sepeda motor menyerempetnya, hingga gadis itu jatuh. Ketiga temannya terkejut melihat Najwa jatuh.

"Sorry! Gue kayak sengaja!" seru seorang pria berhelm merah pada Najwa dan ketiga temannya. Pria bermotor itu bersama dengan dua pemotor lainnya. Mereka mengendarai motor dengan kencang, tanpa mempedulikan Najwa.

"Siapa sih nyebelin banget?" gerutu Rahma geram.

"Tapi keren! Kayak si boy di film anak jalantah!" kata Khodijah terkagum-kagum melihat tampilan bad boy ketiga pria itu.

"Anak jalanan khod! Anak jalanan!" ujar Aini pada temannya itu.

"Tapi, kok jaket mereka sama kayak jaket si cowok preman itu ya?" tanya Najwa, ia yakin jaket Gara mirip dengan jaket mereka bertiga. Terutama motif naga hitam disana.

****

Sumber ceramah : Https://iqra.republika.co.id/berita/pqqzn6458/apa-maksud-hadis-setan-dibelenggu-saat-ramadhan

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

koq ke kantin?
Tp lg puasa Thor.....

2023-05-05

1

Uyhull01

Uyhull01

nahhh itu teman teman si Gara deh kyanya

2023-04-11

0

Anne Rukpaida

Anne Rukpaida

tmen²y gara tuh kya'y....mau lihat gara

2023-04-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!