Preman Kepentok Cinta Sholeha
...****...
Malam itu disebuah jalanan, terlihat banyak orang-orang yang bersorak-sorai kepada 5 orang pria yang mengendarai motor sport dan ditengah jalanan. Suara motor itu saling beradu kekuatan, siapa yang paling hebat disana.
Brum...Brum...
"GARA! GARA! GARA!"
"VINO! VINO!"
"GARA! GARA!"
Hampir semua orang disana meneriaki nama Gara, disana Gara adalah bintangnya. Dia dikenal sebagai 'anak jalanan' yang menguasai jalanan motor. Gara juga adalah ketua dari sebuah geng bernama geng Black Dragon.
"Lo harus siap-siap kehilangan motor sport lo, Gar!" seru seorang pria yang mengendarai motor berwarna biru kepada pria yang mengendarai motor berwarna hitam.
"Lo yang harusnya takut kehilangan motor lo. Gue sih nggak bakal kalah dari lo." cetus pria bernama Gara itu sambil memakai helmnya dengan angkuh. Pria itu memiliki wajah yang rupawan, dia adalah Muhamad Ilham Sagara, putra dari seorang pemuka agama di daerah itu. Namanya ustad Zaki, namun Gara adalah kebalikan dari ayahnya. Gara seorang preman.
Di arena balapan liar, Gara sangat percaya diri bahwa kali ini dia akan memenangkan motor sport milik Vino, musuh bebuyutannya yang juga sudah merebut pacarnya. Dengan semangat menggebu, ia langsung tancap gas begitu bendera dikibarkan oleh seorang wanita di tengah jalan.
Kelima motor itu melaju sangat kencang, namun motor yang dikendarai oleh Gara melaju lebih kencang dari yang lainnya. Gara yang terdepan berada diposisi pertama, setiap tikungan bisa dia lewati dengan mudah.
'Sial lo Gara! Gue gak bakal biarin lo menang dari gue!' batin Vino yang menaikan kecepatan motornya untuk menyusul Gara. Sementara disisi lain, semua orang masih tampak bersorak sorai meneriakkan nama idola mereka, Gara, Vino dan tiga nama lainnya.
Vino kini berada di tempat kedua dan kecepatannya hampir mengimbangi Gara. "Lo mau nyusul gue? Gak semudah itu Ferguson! Gue Sagara, gak akan kalah dari lo." gumam Gara dari balik helmnya.
"Sial! Gue gak mau kehilangan motor gue!" umpat Vino kesal saat melihat Gara akan mencapai garis finish dan ia masih berada dibelakang Gara.
Saat akan mencapai garis finish, tiba-tiba saja ada seorang anak kecil muncul entah dari mana menyebrang tepat didepan Gara. Tepat saat itu juga, ada seorang wanita berhijab merah muda menarik tangan anak perempuan itu ke pinggir.
"JIRR! SIALAN!" teriak Gara emosi, dia banting stir menghindar dari wanita berhijab anak perempuan itu ke sisi kiri, hingga Vino lah pemenangnya. Dan Gara sendiri jatuh ke aspal bersama dengan motornya.
BRUGH!
"Wuhuyy! Gue menang! Gue menang!" Vino berteriak kegirangan, dia melepaskan helmnya dan disambut kata selamat dari teman-temannya. Sedangkan Gara, dia beranjak berdiri dari motornya yang sudah menempel di aspal. Bersamaan dengan itu, seorang wanita berhijab dan seorang anak perempuan datang menghampirinya.
"Maaf, kamu nggak apa-apa?" tanya wanita berhijab merah muda itu pada Gara. Pria itu menatap tajam pada si wanita berhijab, tatapan yang begitu menghunus.
"Gara-gara lo, gue kehilangan motor gue! Lagian lo jalan gak lihat-lihat hah? LO GAK PUNYA MATA APA?" murka Gara pada wanita berhijab yang membawa sajadah dan kantong mukena ditangannya
"Maaf, kenapa mas malah marah-marah sama saya? Emang jalanan ini punya mas doang? Ini jalanan umum kali. Dan Mas gak ada hak marah sama saya, mas yang udah naik motor ugal-ugalan." oceh wanita berhijab merah muda itu kepada Gara. Dia menegur Gara yang naik motor ugal-ugalan dan hampir menabrak anak perempuan yang baru saja ditolongnya itu.
"Bacot lo!" teriak Gara murka.
"Dih! Bukannya minta maaf, malah marah-marah. Lagian orang lain lagi tarawih, ini malah balapan motor." gerutu wanita berhijab merah muda itu dengan kesal.
"Apa lo bilang?!" sentak Gara dengan tatapan tajamnya pada gadis itu.
Namun gadis itu memilih pergi dari sana dan menuntun anak perempuan yang tadi bersamanya. Sementara Gara bersumpah jika dia bertemu lagi dengan gadis berhijab merah muda itu, dia akan membalasnya.
Akhirnya pada malam itu Gara yang suka cari gara-gara, kehilangan motor sportnya karena taruhan yang dia buat sendiri. Gara diantar pulang oleh salah seorang temannya, bernama Nico. "Gar, lo nggak bakal kenapa-napa kan sama bokap lo? Udah 5 kali lo kehilangan motor sport lo!" seru Nico yang tau betapa galaknya Papa Gara.
"Alah...palingan gue cuma di hukum gak boleh keluar rumah, terus gue suruh baca Qur'an. Males sih, tapi paling gitu doang. Tenang aja bro, gue pastikan gue masih bisa lihat matahari besok hari." kata Gara dengan santainya. Bukan sekali dua kali, pria itu membuat masalah.
"Oke deh, kalau kayak gitu mah. Gue balik dulu. Semoga besok gue masih bisa lihat lo. Gue cabut bro!" Nico segera menyalakan mesin motornya Setelah dia berpamitan dengan Gara.
Tak lama kemudian, Gara berjalan masuk dengan mengendap-endap ke rumahnya. Lampu tengah rumah itu tampak padam, Gara pikir semua orang sudah tidur.
Namun alangkah kagetnya Gara, saat tiba-tiba lampu ruang tengah menyala. Dan Gara lebih kaget lagi saat melihat kedua orang tuanya tengah berdiri dengan dua tangan mereka yang menyilang di dada. Tak hanya itu, tatapan mereka seakan bisa membunuh Gara saat itu juga.
"Anjirr! Mommy, Daddy, kalian ngagetin aku aja!" Gara memegang dadanya, dia masih terlihat kaget.
Plak, plak, plak!
"Dasar anak tidak sopan! Bukannya bilang salam, malah bilang anjir?Terus kamu bilang apa barusan? Mommy? Daddy? Siapa yang Mommy Daddy?" Zaki memukul punggung putranya dengan sapu ijuk tanpa ampun.
"Aduh! Ampun dad! Ampun!" pekik Gara kesakitan, lalu dia pun berlindung di belakang tubuh ibunya. Seorang wanita berhijab dengan wajahnya yang tampak cantik, dia adalah Asiyah, ibu Gara.
"Mom, tolongin aku." rengek Gara kepada ibunya, tak heran jika Gara tumbuh menjadi anak yang manja. Ia adalah anak bungsu dan anak laki-laki satu-satunya di dalam keluarga itu.
"Abi, udah dong. Kasihan Gara jangan dipukulin terus." Asiyah berusaha untuk meredakan emosi suaminya. "Ini bulan suci ramadhan Abi, tolong jangan emosi begini bi." bujuk Asiyah lagi.
"Umi diem aja deh! Ini anak bener-bener gak bisa dilembutin! Kesabaran Abi udah habis umi....udah HABIS. Jangan tahan Abi, untuk mendidik anak laki-laki kita. Anak laki-laki harus dididik dengan keras, sebab anak laki-laki memiliki tanggung jawab besar kelak sebagai imam keluarga! Dan Abi tidak mau kalau sampai anak laki-laki kita satu-satunya, semakin salah dalam melangkah." tutur ustad Zaki yang tidak tahan lagi dengan kelakuan anaknya. Sungguh Gara sangat tidak dewasa, usianya sudah 24 tahun, dia juga sudah menamatkan pendidikan yang di luar negeri. Tapi percuma saja berpendidikan tinggi kalau akhlak tidak baik dan tidak mau pergi bekerja. Gara hanya bisa berfoya-foya menghabiskan uang dari kakeknya.
Asiyah terdiam, dia tidak dapat mengatakan apapun lagi tentang Gara. Sebab apa yang dikatakan oleh suaminya memang benar. Sikap Gara sudah keterlaluan dan suaminya tidak tahan lagi. Mungkin karena Gara terlalu lama tinggal di luar negeri, jadilah dia terbawa pergaulan disana.
"Motor kamu mana Gara? Kalah taruhan lagi?" tanya ustadz Zaki para putranya dengan sarkas.
"A-apa maksud Daddy? Motorku?"
"Jawab jujur Gara!" murka Zaki.
"Mo-motornya ilang, dad." dusta Gara sambil menelan salivanya.
Untuk kesekian kalinya, ustad Zaki memukuli putranya dengan sapu ijuk itu. Zaki tau benar putranya berbohong saat ini. "ASTAGFIRULLAH! MUHAMMAD ILHAM SAGARA! JANGAN BOHONG KAMU!"
"Iya-iya, aku emang kalah taruhan!" Gara akhirnya mengaku, dia benar-benar takut dengan kemarahan abinya kali ini.
"Muhammad Ilham Sagara! Abi dan Umimu sudah memutuskan bahwa mulai besok kamu harus belajar di pesantren Ar-Rahman!" putus Zaki dengan nafas yang naik turun karena menghadapi Gara.
"APA?" teriak Gara dengan wajah memerah. "Nggak dad, aku gak mau!"
Ustad Zaki berdecak geram."Oh-jadi kamu nggak mau? Kalau kamu nggak mau, Abi akan adukan kelakuan kamu sama kakek kamu. Biar kakek kamu tau, bagaimana kelakuan cucu kesayangannya ini. Dan kamu tau apa yang akan dikatakan kakek kamu? Dia pasti akan mencabut semua fasilitas kamu dan dia tidak akan menyerahkan bagian warisannya kelak untuk kamu!"
Deg!
Gara terdiam membeku, jantungnya seakan berhenti berdetak saat Zaki membahas masalah warisan yang pernah dikatakan kakeknya. Gara merasa terancam, dia tidak mau kalau itu sampai terjadi. Tanpa kekayaan kakeknya, Gara bukanlah apa-apa.
Maaf Gara, Abi tidak menuntut kamu untuk sekolah tinggi-tinggi atau mencetak prestasi yang bagus, tapi akhlak kamu nol buat apa?Abi cuma ingin kamu memiliki akhlak baik.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
abdan syakura
Assalamu'alaikum
Nyimak ya Kak..
seru nih...😉🥰💪
2023-04-21
1
Uyhull01
Mampir kak,
2023-04-11
1
Aini
wow..... smngt gara, smngt menimba ilmu agama.
2023-03-22
1