PH - Melayani tuan muda
Kevin berjalan ke kamarnya tanpa berkata apa-apa lagi.
Seminggu kemudian,
Delina sudah menyelesaikan semua pekerjaan yang
diberikan Ny. Amira padanya. Ia sedang mengetik SMS untuk dikirimkan ke Meri
dan menanyakan apa ia bisa bertemu Ny. Amira untuk mencoba kebayanya.
Meri yang saat itu sedang sibuk di kantor Ny.
Amira, tidak memperhatikan ponselnya. Cukup lama Delina menunggu balasan dari
Meri. Ia menunggu sambil menyelesaikan pesanan kebaya lainnya.
Saat Meri akhirnya membalas pesannya, Meri malah
mengirimkan sebuah alamat padanya dan minta Delina datang ke alamat itu.
“Apa itu alamat rumah Ny. Amira?” balas Delina.
“Iya.” jawab Meri.
“Jam berapa aku bisa datang, mbak?” tanya Delina
lagi.
“Jam 4 sore.” Balas Meri lagi.
“Ok, mbak.”
Delina melihat jam dindingnya masih menunjukkan
pukul 10 pagi. Ia memutuskan melanjutkan pekerjaannya menyelesaikan jahitan
kebaya yang belum selesai.
*****
Jam 3.30 sore, Delina menghentikan ojek yang ia
tumpangi di depan sebuah rumah yang sesuai dengan alamat yang dikirimkan Meri
padanya. Setelah membayar ojek itu, Delina memberanikan diri mendekati pintu
gerbang rumah yang ia kira sebagai rumah Ny. Amira. Ia melihat penjaga sedang
duduk di pos jaga dan mengucapkan salam.
“Selamat sore, pak. Maaf, boleh nanya, ini benar
rumah Ny. Amira?” tanya Delina pada penjaga.
“Mbak siapa ya?” tanya penjaga itu.
“Maaf, saya Delina, saya penjahit yang diminta Ny.
Amira untuk datang mengantar kebayanya.” Kata Delina sambil memperlihatkan
paper bag yang dibawanya.
“Tunggu sebentar ya, mbak. Tunggu disini jangan
kemana-mana.” Kata penjaga itu sambil mengecek sesuatu lewat telpon di posnya.
Delina mengangguk dan tetap berdiri di luar gerbang
samping pos jaga itu. Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah.
Suara klakson yang tidak sabaran keluar dari mobil itu saat pintu gerbang mulai
terbuka.
Delina mengacuhkan keberadaan mobil itu, ia tetap
menunggu sambil sesekali memeriksa isi paper bag di tangannya. Seorang pria
tampan keluar dari mobil mewah yang sudah berhenti di tempat parkir di dalam
rumah itu.
Ia memanggil penjaga yang masih bersiap di pos-nya,
“Pak, sini!” Kevin menurunkan kacamata hitamnya dan
melempar kacamata itu ke dalam mobilnya.
“Siap, tuan muda.” sahut penjaga itu pada Kevin
sambil berlari mendekat.
“Siapa dia?” tunjuk Kevin pada Delina yang bahkan
tidak menatapnya.
“Mbak itu mau ketemu Ny., tuan muda.” Jelas
penjaga.
“Pasti itu pembantu yang disiapkan ibu untukku.
Suruh dia masuk, aku tunggu di ruang tamu.” Ucap Kevin sambil berjalan masuk ke
dalam rumah.
“Baik, tuan muda.”
Penjaga berlari cepat mendekati Delina dan meminta
ikut dengannya. Delina mengikuti penjaga itu tanpa mencurigai apapun yang akan
terjadi padanya. Sampai di dalam ruang tamu, Delina tidak melihat Ny. Amira
dimanapun. Ia hanya melihat seorang pria muda duduk di sofa, menatapnya dingin.
Delina menatap pria itu, matanya yang bulat hitam menatapnya dengan sangat tajam. Kulit wajahnya terlihat sangat halus tanpa rambut yang biasanya menghiasi wajah pria pada umumnya. Hidungnya mancung dengan bibir tipis berwarna merah yang lembab. Alisnya yang tebal terlihat dari balik rambutnya yang menutupi dahinya, melengkapi ketampanan wajah yang dimiliki pria itu.
Tanpa tersenyum saja pria itu terlihat sangat tampan, apalagi kalau ia tersenyum. Delina hanya beberapa kali melihat pria setampan itu. Itupun di televisi yang menayangkan acara fashion show dengan pria tampan sebagai modelnya. Sempat terbersit dalam pikiran Delina mungkin pria di hadapannya itu adalah seorang model.
“Maaf, pak. Dimana Ny. Amira?” tanya Delina pada penjaga yang membawanya itu.
“Beliau belum datang. Ini tuan muda Kevin. Mbak
bisa bicara dengan tuan muda dulu. Saya permisi.” Jelas penjaga itu sambil
berbalik hendak keluar dari rumah besar itu.
“Tapi...” cegah Delina mencoba mencegah penjaga itu
keluar, tapi suara Kevin membuatnya berhenti bergerak.
“Duduk.” perintah Kevin dingin dan sedikit galak.
Kevin mengamati sosok gadis di hadapannya. Pakaian yang dikenakannya terlihat kampungan dan kebesaran di tubuhnya. Pakaian itu menutup seluruh tubuhnya sampai hanya terlihat sedikit bagian tangan dan sepatu
saja. Kevin merasa pernah melihat pakaian yang lebih mirip seprai itu, tapi ia tidak bisa mengingatnya.
Kerudung yang dipakainya juga terlihat kampungan. Kevin menghela nafas, ibunya bahkan menyediakan pembantu yang tidak berkelas seperti ini untuk melayaninya. Sekali lagi ia mengamati wajah gadis di hadapannya. Matanya berwarna coklat tua dengan alis yang rapi. Hidungnya cukup mancung, terlihat imut. Bibirnya sedikit tebal berwarna pink alami. Rambutnya panjang sampai pinggang sedikit berwarna coklat dan tampak sangat lembut.
“Tuan muda, saya...” kata-kata Delina terhenti bahkan sebelum selesai.
“Ibu belum pulang. Tapi aku akan memberimu beberapa tugas dulu. Sekarang duduk.” Tunjuk Kevin dengan dagunya ke arah sofa.
Delina melirik sofa yang terlihat sangat mahal dan
bersih. Ia merasa pakaian yang dipakainya sedikit kotor setelah naik ojek tadi.
“Saya berdiri saja, tuan muda.” Ujar Delina tetap
diam di tempatnya berdiri.
“Mau kerja disini, kau harus menuruti perintah.
Kalau kau lebih suka berdiri, berdiri saja terus. Aturannya, kau harus menuruti
semua perintahku tanpa kecuali.” Kata Kevin dengan dingin. Ia jelas sekali
mulai kesal melihat penampilan Delina yang membuatnya makin stress.
Delina hanya diam mendengar kata-kata Kevin.
“Sekarang siapkan air mandi untukku. Kamarku di
lantai dua, pintu kedua setelah tangga. Tinggalkan barang-barangmu disini.
Tidak ada yang akan mencurinya.” Perintah Kevin dengan arogannya.
“Tapi, tuan muda...” kata Delina mencoba
menjelaskan tapi Kevin kembali memotong ucapannya.
“Kau benar-benar menguji kesabaranku ya. Cepat
kerjakan!” ketus Kevin mulai marah. Matanya sudah melotot galak, membuat Delina
sedikit ciut.
”Tuan muda ini kenapa galak sekali, kita bahkan
baru bertemu dan aku tidak diijinkan menjelaskan apapun. Aku ikuti saja dulu,
sambil menunggu Ny. Amira datang.” Batin Delina dengan sabar.
Delina menarik nafas panjang, ia meletakkan tas dan
paperbagnya di atas sofa dan berjalan perlahan ke lantai 2. Hembusan angin
kencang dari jendela yang terbuka, menyibak kerudung yang menutupi kepala
Delina. Kerudung itu terbang dan jatuh di samping Kevin.
Delina berlari dengan cepat menuruni tangga, ia
menghampiri Kevin yang sedang memperhatikan corak di kerudungnya.
“Tuan muda, kerudung saya...” Delina mencoba
mengambil kerudung itu dari tangan Kevin.
“Kerudung jelek begini, dimana kau membelinya?”
ejek Kevin sambil membolak-balik kerundung Delina di tangannya.
“Saya membuatnya sendiri, tuan muda.” Jelas Delina
masih mengulurkan tangannya meminta kerudungnya kembali.
“Kenapa kerudung ini wangi sekali? Apa wangi ini
dari dia?” batin Kevin sambil tetap memegang kerudung itu.
Padahal kerudung itu hanya berjarak beberapa centi
dari hidungnya tapi wanginya tetap tercium. Kevin kembali merasakan pernah
mencium wangi ini entah dimana.
“Tuan muda... kembalikan...” ujar Delina sambil
mengulurkan tangannya ingin mengambil kerudungnya.
“Nich, ambil. Kerudung jelek gini, lebih bagus
dijadikan lap saja. Cepat kerjakan perintahku!” bentak Kevin dengan galak.
Delina memakai kembali kerudungnya, ia bahkan tidak
mengatakan apa-apa lagi. Delina berjalan ke lantai 2 kembali dan masuk ke kamar
yang tadi dikatakan Kevin. Delina menatap dua pintu yang ada di dalam kamar
itu.
*****
Jangan lupa tinggalkan jejak kk. Like, vote, komen.
Beri semangat untuk saya agar bisa up tiap hari ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
annisa
katanya pake kerudung? brarti ga perlu jelasin soal rambut, Krn kan ga keliatan
2023-07-31
0
amalia
kata nya pakek hijab kok bs jelasin detail rambut nyaa..mgkn cm kerudung aja kali ya yg kyk kalo artis2 takziah gitu cm di selampirkan aja
2022-01-08
0
Radin Zakiyah Musbich
crazy up thor....
ijin promo ya 🙏🙏🙏
jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍔🍔🍔
kisah cinta beda agama 🥰
jgn lupa tinggalkan jejak ya 🙏☺️
2020-10-20
0