PH - Pelayan kopi
Delina kembali membuatkan kopi untuk Kevin. Ia
membawanya dengan hati-hati naik ke tangga, tapi baru sampai tangga ke 2,
seseorang menghentikannya lagi. Delina sudah pasrah kalau tuan muda di atas
sana akan marah-marah setelah ini.
“Delina, apa yang kau bawa itu?” tanya Ny.Amira
yang baru pulang.
“Ny. Amira. Ini kopi untuk tuan muda.”
“Baunya enak. Coba aku cicipi.”kata Ny.Amira sambil
berdiri di depan pintu kamarnya.
”Yang benar saja, berapa kali aku harus membuat
kopi kalau begini caranya?”jerit Delina pasrah.
Mau gak mau Delina beranjak mendekati Ny.Amira yang
mengambil cangkir itu dan menyeruput kopi di dalamnya.
“Uhh.. panas. Tapi kok enak ya. Sini cangkirnya,
kau buatkan yang baru untuk Kevin ya.”kata Ny.Amira.
Ceklek! Pintu kamar Ny.Amira terbuka. Delina dan
Ny.Amira menoleh saat Sri hendak keluar dari sana membawa pakaian kotor Alvin
dengan latar belakang Alvin yang bertelanjang dada. Delina langsung berbalik,
tidak berani melihat lagi.
“Ny. Besar. Air mandi sudah siap.”kata Sri sambil
menyingkir dari jalan Ny.Amira.
“Oh, kamu uda pulang. Sri, apa makan malam kita?”tanya
Ny.Amira biasa saja. Ia tidak marah ataupun terlihat kesal melihat pelayan
wanitanya berada di kamar yang sama dengan suaminya.
“Soto ayam, Ny.Besar.”
“Ach, tolong buatkan aku jus jeruk. Dingin ya.”
“Ny. baru saja minum kopi, sebaiknya tunggu satu
atau dua jam lagi. Nanti perut Ny. bisa bermasalah. Silakan mandi dulu untuk
mendinginkan badan.”jelas Sri dengan hormat.
“Kau benar. Aku sampai tidak sadar karena kopi ini
enak sekali.”kata Ny.Amira sambil menyeruput kopi di tangannya.
“Pelayan!! Hei, mana kopiku?!!!”teriakan Kevin
menggelegar sampai ke lantai bawah.
Delina, Sri, dan Ny.Amira yang terkejut menoleh ke
atas tangga. Kevin sudah berdiri disana, berkacak pinggang dengan tubuh hanya
dibalut handuk menutupi pinggang sampai atas lututnya. Delina langsung berbalik
membelakangi Kevin.
“Maaf, tuan muda. Akan segera saya buatkan.”kata
Delina sedikit keras.
“Hei, kau tidak sopan. Lihat aku kalau bicara
padaku!”handik Kevin lagi.
Ny. Amira yang melihat Delina tampak enggan untuk
melihat Kevin dalam keadaan seperti itu, membela Delina.
“Kevin, sayang. Kepala ibu pusing, jadi ibu ambil
kopimu. Ini masih ada sisanya kalau kau tidak sabaran.”kata Ny.Amira sambil
menyodorkan cangkir kopi di tangannya.
“Aku tunggu saja, bu. Hei, cepat buatkan! Gak pake
lama!”ancam Kevin sangar.
“Namanya Delina, Kevin. Panggil Delina.”kata Ny.Amira.
“Aku malas mengingat namanya, bu. Dia juga gak
keberatan kupanggil hei. Cepat buatkan. Masih berdiri disana kamu!!”bentak
Kevin sambil berjalan kembali ke kamarnya.
“Ina, buatkan aku kopi juga!”teriak Alvin dari
dalam kamar.
Delina hanya membungkuk pada Ny.Amira dan beranjak
ke dapur tanpa bicara apa-apa lagi. Sri juga menunduk pada Ny.Amira dan
menyusul Delina ke dapur. Ny.Amira masuk ke dalam kamarnya.
“Sayang, apa kau barusan memanggil Delina, Ina? Kenapa
kau memintanya membuat kopi juga?”tanya Ny.Amira.
“Namanya terlalu panjang, aku malas mengingatnya.
Jadi kusingkat saja. Ina seperti Sri. Dimana kamu ketemu gadis itu?”tanya Alvin
sambil menarik tubuh Ny.Amira ke depannya dan mulai melucuti pakaian istrinya
itu.
“Dia penjahit jenius. Kau tahu, dia memperbaiki
kebayaku yang dirusak penjahit langgananku. Padahal kebaya itu untuk pesta
ultah perusahaanku.”jelas Ny.Amira sambil menghabiskan kopi di tangannya.
Ny.Amira meletakkan cangkir kopi kosong di atas
meja dan Alvin menggendongnya masuk ke kamar mandi. Alvin menurunkan Amira di
dalam bathup dan ikut masuk juga ke dalamnya.
“Oh, kebaya baru itu. Kau terlihat seksi
memakainya, sayang.”puji Alvin.
Mereka berdua saling memijat tubuh pasangannya
sambil tetap mengobrol. Meskipun sudah memiliki seorang anak yang bisa dibilang
hampir kepala tiga, kedua pasutri ini masih saja terlihat mesra. Mereka saling
menjaga keharmonisan keluarga mereka dengan cara melakukan kegiatan sederhana
bersama, seperti mandi dan mengobrol.
Keduanya sangat suka mengobrol tentang segala hal
termasuk apa yang sedang dilakukan Sri di dalam kamar mereka tadi. Karena itu
Ny.Amira selalu merasa tenang dimanapun dia berada. Ia mempercayai suaminya
selalu menjaga kesetiaannya dimanapun mereka berada, begitupun juga dengan
dirinya.
Delina yang sudah membuatkan dua cangkir kopi
tampak ragu-ragu mengetuk pintu kamar Ny.Amira. Padahal tadi Sri mengatakan
kalau Delina bisa langsung mengetuk pintunya saja. Akhirnya Delina berani
mengetuk pintu kamar itu, Alvin membuka pintunya. Ia baru keluar dari kamar
mandi cuma pakai handuk.
Delina menunduk sambil menyodorkan cangkir kopi
pada Alvin yang meminta Delina meletakkannya di atas meja. Delina meletakkan
cangkir itu dan keluar kamar dengan cepat sambil menutup pintu.
“Sayang, dia belum terbiasa melihat pria setengah
telanjang. Jangan memintanya masuk ke dalam kamar kalau kau belum berpakaian.”ujar
Amira yang melihat Delina pergi tanpa bicara dengan Alvin. Memang tidak sopan,
tapi Amira menyadari kalau Delina bukan Sri yang sudah terbiasa dengan Alvin.
“Ya, aku paham. Tapi dia terlalu pemalu. Memangnya
apa yang akan kulakukan.”kata Alvin cuek.
“Kau memang tidak akan melakukan apa-apa. Tapi dia
tidak akan betah kerja disini kalau kau tidak dengarkan kata-kataku.”jelas
Amira sambil mengeringkan rambut Alvin.
“Baiklah, Ny.Alvin Raditya. Sekarang aku mau
melakukan sesuatu sama kamu.”
“Oh, my...”kata Amira sambil pura-pura terkejut.
Delina menaiki tangga perlahan-lahan. Ia masuk ke
kamar Kevin tanpa mengetuk pintu dan meletakkan cangkir kopi di atas meja. Saat
ia mendongakkan kepala sambil tersenyum, Delina spontan balik badan.
”Tuan, kenapa kau tidak pakai baju sich? Ngapain
aja dari tadi!!”jerit Delina kesal karena harus melihat tubuh setengah
telanjang Kevin meski hanya sekilas.
“Silakan minum kopinya, tuan muda. Saya keluar
dulu.”kata Delina sambil berjalan cepat menuju pintu.
“Tunggu! Ambilkan aku baju. Aku mau keluar. Kau
harus belajar pakaian yang mau kupakai.”
“Baju yang mana, tuan?”tanya Delina datar.
“Kau ini, lihat aku kalau bicara denganku!”bentak
Kevin.
“Tuan muda, saya tidak terbiasa melihat badan
laki-laki. Mohon tuan muda maklum dengan itu.”jelas Delina masih kekeh tidak
mau menatap Kevin.
Kevin mendengus sebal, ia berdiri, menarik belakang
pakaian Delina dan membawanya seperti membawa anak kucing ke dalam ruang ganti
bajunya. Mereka berdiri di depan lemari yang sekarang sudah dibuka Kevin. Kevin
berdiri di belakang Delina yang sibuk melihat isi di dalam lemari.
Sejenak perhatiannya teralihkan wangi kerudung
Delina.
“Ini bagian pakaian kerjaku. Aku kerja hari Senin
sampai Jumat dan harus sudah siap jam 7 pagi. Kau siapkan pakaianku waktu aku
mandi. Bagian ini kalau aku mau keluar di malam hari atau jalan-jalan. Lihat,
sudah diatur satu stel, kau tinggal mengambilnya satu. Untuk sekarang aku mau
pakai yang ini.”jelas Kevin sambil menarik satu stel pakaiannya dan memberikannya pada Delina.
Delina terdorong saat Kevin mengambil baju itu,
entah dia sengaja atau tidak. Untuk sesaat tubuh mereka saling bersentuhan saat
itu. Kevin melanjutkan menunjukkan isi lemarinya sampai selesai.
“Silakan pakai baju, tuan muda.”kata Delina sambil
menyerahkan kembali pakaian yang dipegangnya tadi pada Kevin.
“Tunggu.!”
”Jangan bilang kau akan menyuruhku memakaikan
bajumu! Apa kau tidak punya tangan?!”jerit Delina.
“Ya, tuan muda?”tanya Delina tanpa berbalik
menghadap Kevin.
*****
Like, vote, komen dong kk, tinggalkan jejakmu di novel
saya. Beri semangat untuk saya agar bisa up tiap hari ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ilham Rasya
hadir
pernikahanku 🙏😅
2020-09-05
1
Mr😎🇮🇩🇦🇫🇨🇳
apa
2020-08-13
0
Nyonya Larva💫
enak
2020-08-09
0