PH - Menarik perhatian
Setelah Ny. Amira siap, Delina mulai mengukur
detail lekuk tubuh Ny. Amira tanpa ada yang ketinggalan. Delina mencatat
semuanya dengan detail dan menanyakan beberapa hal yang diinginkan Ny. Amira
dari kebaya yang akan ia jahit.
“Simpel dan elegan. Ingat dua kata itu. Aku gak mau
di gambarnya terlihat simpel dan elegan, tapi hasilnya ribet dan kampungan.
Meri, kasi lihat kebaya yang hancur itu.”
Meri memberikan kebaya yang tadi dilempar Ny.
Amira.
“Apa kau bisa memperbaikinya?” tanya Meri. Bahan
kebaya itu cukup mahal dan sayang sekali kalau Ny. Amira harus membuangnya.
“Bisa saja, mbak. Tapi aku perlu waktu lebih lama.
Bisa aku lihat bagaimana seharusnya modelnya?”
“Sebentar aku ambil dulu ya.” Kata Meri sambil
berjalan cepat keluar ruangan dan mengambil kertas desain diatas meja Ny.
Amira.
“Ini, Delina. Gambarnya bagus, kan? Tapi hasilnya
begini. Penjahit sebelumnya bilang hasilnya akan luar biasa. Tapi hancur gini.”
Jelas Meri sambil menunjukkan gambar di tangannya. Delina mengambil kertas itu
dan mengamati desainnya.
“Apa bisa diselamatkan, kebaya itu?” tanya Ny.
Amira yang mulai tertarik pada Delina.
“Saya bisa melakukan beberapa perubahan, hanya
sedikit. Ibu mau memakai kebaya ini atau saya jahitkan yang baru?”
Ny. Amira menimbang sesuatu menghitung waktu yang
tersisa dan tidak yakin kalau kebaya barunya akan jadi dengan bagus kalau
dijahit dengan terburu-buru.
“Tetap jahitkan yang baru. Meri, ambilkan bahan
kebaya berwarna biru di lemari. Untuk pesta dua minggu lagi.” Perintah Ny.
Amira pada Meri. Pandangannya berpindah pada Delina yang masih menunggu
kata-kata Ny. Amira selanjutnya. Meri membuka lemari di dekat meja rias dan
mengambil kebaya yang dimaksud Ny. Amira, kemudian memberikan kebaya itu pada
Delina.
“Aku mau pakai kebaya itu. Kau boleh melakukan
apapun yang diperlukan, tapi kebaya itu harus sudah siap 5 jam sebelum acara
dimulai. Mengerti?”
“Baik, bu. Saya akan tiba disini tepat waktu.”
Jawab Delina dengan tenang. Di dalam kepalanya sudah terbentuk hasil revisi
kebaya di tangannya.
“Bagus, berapa aku harus bayar? Meri, ambilkan dompetku.”
Kata Ny. Amira sambil melepas korsetnya.
“Untuk memperbaiki kebaya ini 300rb, lalu untuk
menjahit kebaya baru 400rb. Ibu bisa DP dulu 50%.” Kata Delina sambil menulis
di bukunya mengenai harga dan kapan kebaya itu harus selesai.
Meri datang membawa dompet Ny. Amira, Ny. Amira
mengeluarkan uang 500rb dan memberikannya pada Delina.
“Terima kasih, Ny. Perlu saya buatkan notanya?”
tanya Delina.
“Meri kan sudah kenal kamu. Tidak perlu lah. Tolong
selesaikan saja kebaya itu.”
“Baik, Ny. Boleh saya bongkar kebaya ini disini?
Hanya untuk memastikan langkah saya selanjutnya.” Tanya Delina sambil menunjuk
peralatan menjahitnya.
“Waktumu disini sampai jam 5 sore. Ayo, Meri. Kita
harus meeting kan?” tanya Ny. Amira sambil memakai kembali pakaiannya.
“Baik, Ny. Amira. Delina, aku tinggal dulu ya.”
Pamit Meri pada Delina.
“Iya, mbak.” Delina mengangguk dan kembali
berkonsentrasi pada kebaya di tangannya. Teringat sesuatu, Delina memanggil
Meri yang hampir keluar dari ruangan itu.
“Mbak Meri, keluar kantor ini lewat lift tadi ya?
Saya pencet nomor berapa nanti?” tanya Delina.
“Iya. Keluar ruangan ini, jalan lurus dikit trus
belok kiri ada lift kan, pencet tanda panah di samping lift dulu, trus masuk
pencet nomor 1. Kamu akan sampai di lobby. Kamu bisa pulang sendiri, kan?”
tanya Meri di depan pintu.
“Iya, bisa mbak. Makasih ya, mbak.”
“Baik-baik disini, jangan sentuh apapun ya. Ny.
Amira gak suka barangnya dipegang-pegang.”
“Iya, mbak. Aku cuma mau bongkar kebaya ini
bentar.”
Sepeninggalan Ny. Amira dan Meri, Delina menggelar
kebaya itu di karpet tebal di bawah tempat tidur. Ia juga melihat gambar sketsa
kebaya yang sangat berbeda hasilnya. Delina memejamkan matanya sebentar, ia
mengambil buku sketsanya dan mulai menggambar model baru berdasarkan kebaya
yang tergelar di karpet.
Sebuah sketsa kebaya setengah jadi sudah selesai di
tangan Delina. Ia beranjak ke atas karpet dan mulai membuka satu persatu benang
yang terjahit disana. Ia melakukannya dengan sangat hati-hati untuk menjaga
bahan kebaya tetap utuh dan bagus.
Tanpa Delina sadari, CCTV rahasia di kamar itu
terus memantau gerak-geriknya. Ny. Amira sesekali melirik ponselnya yang
menunjukkan apa yang sedang dilakukan Delina di kamar pribadinya. Ia sedang
meeting dengan staf-nya, tapi tetap memperhatikan cara kerja Delina.
Setelah berkutat dengan benang dan payet yang cukup
banyak, Delina akhirnya melihat dasar kebaya itu. Sejak awal itu adalah kebaya
biasa yang ditambahkan dengan payet dan kain-kain tambahan yang membuat kebaya
itu tambah hancur.
Delina mengukur dasar kebaya itu dan memastikan
ukurannya sesuai dengan ukuran tubuh Ny. Amira. Ia memberi tanda ukuran yang
sudah sesuai dan membuka benang untuk ukuran yang masih salah. Meteran
menggantung di leher Delina, sementara kapur khusus untuk kain dan jarum pentul
tampak di sampingnya.
Ny. Amira melihat Delina duduk kembali ke atas sofa
dan mengambil buku sketsanya sambil mengusap keningnya dengan kerudungnya. Ia
memberi tanda pada Meri untuk mendekat,
“Suruh OB kesana, bawakan minum.” Perintah Ny.
Amira.
“Baik, Ny.” jawab Meri sambil menunduk.
Delina menoleh dari buku sketsanya saat OB masuk ke
ruangan itu membawakan minuman untuknya. Ny. Amira melihat Delina berdiri dan
sedikit membungkuk pada OB yang sudah cukup tua itu. Ia juga membukakan pintu
lebih lebar agar OB itu bisa masuk dan melakukan tugasnya.
“Cukup sopan. Tapi apa dia jujur?” gumam Ny. Amira.
Delina melanjutkan menggambar sketsa kebaya dan
ketika selesai, ia mendekat lagi ke kebaya itu dan menarik satu persatu kain
yang tadi dilepaskannya. Sesekali Delina melihat buku sketsanya, ia memasang
kembali satu persatu kain yang berserakan di lantai.
Saat Delina menyingkir dari depan kebaya itu, Ny.
Amira bisa melihat kebayanya sudah berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Ny. Amira memberi tanda untuk menghentikan meeting.
“Saya benar-benar minta maaf, saya harus pergi
sekarang. Kalian bisa lanjutkan dan laporkan hasilnya pada Meri. Saya permisi.”
Seluruh peserta rapat berdiri, menatap bingung
kepergian Ny. Amira yang diikuti Meri. Setelah puluhan tahun bekerja pada
perusahaan itu, deretan manager menggumamkan kalau baru kali ini Ny. Amira
pergi di tengah-tengah meeting dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
Makin penasaran, lanjut terus scroll ya kk. Jangan
lupa meninggalkan jejak, like, komen, vote... agar saya semangat up setiap hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Anaata Sya
Delina berbakat....❤️❤️
Fighting terus thor..💪🏻💪🏻
Salam karyaku JTK.🙏🙏
2020-09-30
0
Ira Maya
dipengenalan pemain katanya delina memakai jilbab kog digambar profil ngak pakai jilbab🤔🤔🤔🤔
2020-09-21
0
Radin Zakiyah Musbich
saya mampir,
sekalian ijin promo ya thor.... 😁
jangan lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama....
tinggalkan jejak ya 🥰🥰🥰
2020-09-11
0