PH - Seprai berjalan
“Baik, Ny.” kata Delina.
Delina mengambil buku catatannya dan meteran. Ia
mulai mengukur bagian bawah tubuh Ny. Amira dan mencatat dengan teliti. Setelah
selesai mengambil ukuran itu, Delina mulai mengukur rok yang tadi ia sodorkan
pada Ny. Amira. Memang benar rok itu tidak muat pada Ny. Amira. Ada sedikit
perbedaan ukurannya.
“Gimana? Gak muat kan? Kau bisa merombaknya juga?”
tanya Ny. Amira.
Ny. Amira memanggil Meri untuk membantunya melepas
kebaya yang baru saja dipakainya lagi itu. Ia kembali duduk di depan meja
riasnya dan MUA bisa melanjutkan pekerjaannya. Delina belum menjawab pertanyaan
Ny. Amira.
Ia membalik rok dan melihat jahitan di pinggir rok
masih tersisa beberapa centi lagi. Delina kembali melepas jahitan rok itu dan
memasang jarum pentul di kedua sisi yang benangnya sudah lepas.
“Untung saja ada sisa kain di pinggirnya, Ny. Ny.
bisa memakainya setelah saya jahit.” Jelas Delina sambil menunjukkan deretan
jarum pentul di rok itu.
“Apa aku bisa mencobanya dulu?”
“Sebaiknya saya jahit dulu, Ny. Atau...” kata
Delina tapi dipotong Ny. Amira.
“Ya, ya. Atau aku akan ketusuk jarum. Jahit itu dan
tulis semua pekerjaanmu. Aku akan membayarnya sekalian.”
“Baik, Ny.”
Delina menambahkan catatan dibawah catatan
pekerjaan dari Ny. Amira sebelumnya tapi tidak menambahkan harga pada ujung
tulisannya. Menjahit rok itu tidak seberapa pekerjaannya. Delina memperhatikan
catatan itu lagi. Rombak kebaya krem 300rb, jahit kebaya biru 400rb, total
700rb. DP 500rb, sisa 200rb. Dibawahnya rombak kebaya biru 150rb, jahit rok
batik -. Total 350rb.
MUA akhirnya selesai dengan pekerjaannya merias dan
menata rambut Ny. Amira. Ny. Amira kembali memakai kebaya krem itu dan melihat
penampilannya di depan cermin.
“Fantastis. Simpel dan elegan. I love it.” Puji Ny.
Amira entah untuk siapa.
MUA mengambil kesempatan dengan memuji-muji Ny.
Amira, sementara Delina mengambil pensilnya dan melengkapi gambar sketsa kebaya
itu dengan menambahkan kepala, tangan, dan kaki. Sketsa itu benar-benar mirip
dengan Ny. Amira saat itu.
Delina melirik jam di dinding ruangan itu, sudah
jam 7 malam. Entah sampai kapan ia harus menunggu Ny. Amira mengijinkannya
pulang. Bahkan MUA sudah pulang selesai memuji-muji Ny. Amira dan Meri
membayarnya.
“Seharusnya kita melakukan foto shoot sekarang.
Cepat kita ke studio foto, telpon mereka untuk bersiap.” Perintah Ny. Amira.
Delina yang tidak ingin menunggu lagi, memberanikan
diri untuk meminja ijin pulang.
“Maaf, Ny. Boleh saya pulang sekarang? Saya bawa
kebaya dan rok ini.” Kata Delina sambil menunjukkan kebaya dan rok yang perlu
dijahit.
“Ach, sudah malam ya. Dimana rumahmu?” tanya Ny.
Amira.
“Dekat dengan rumah mbak Meri, Ny.” jawab Delina.
“Kita mau ke studio foto, kan? Bisa kita lewat
dekat rumah Delina, Meri?” tanya Ny. Amira lagi.
“Bisa, Ny. Tapi hanya sampai depan jalan.” jawab
Meri.
“Ny. saya bisa pulang sendiri. Terima kasih.” kata
Delina merasa tidak enak.
“Tidak apa. Kita kebetulan lewat. Ayo cepat.” ajak
Ny. Amira.
Delina terpaksa mengikuti Ny. Amira bersama Meri
setelah mereka selesai berkemas. Meri menelpon studio foto dan minta disiapkan
fotografer untuk melakukan pemotretan malam itu juga.
Delina diturunkan di depan jalan dekat dengan
rumahnya. Ia hanya perlu berjalan sebentar dan sampai di rumahnya. Tak lupa
Delina mengucapkan terima kasih atas tumpangan Ny. Amira.
*****
Kevin baru pulang dari kantor papanya, ia
melonggarkan dasi yang mencekik lehernya sejak pagi. Menjadi wakil direktur
benar-benar berat. Meskipun perusahaan itu milik papanya, Kevin tetap harus
disiplin dalam pekerjaan dan penampilannya. Satu-satunya cara untuk
mempertahankan mobil mewah dan black card tetap di tangannya.
Padahal Kevin lebih suka kelayapan bersama
wanita-wanita yang memujanya dimana-mana. Meski belum memiliki pacar, Kevin
tidak kekurangan stok wanita sekalipun. Ia hanya perlu memilih wanita yang ia
inginkan dan wanita itu akan muncul dihadapannya siap melakukan apa saja.
Lampu merah menghentikan laju mobil Kevin. Ia
mengedarkan pandangan ke sekitar jalanan yang ramai. Matanya tertuju pada
sekelebat bayangan putih yang sekilas tampak seperti seprai berjalan. Kevin
sedang menatap Delina yang berjalan di pinggir jalan setelah turun dari mobil
Ny. Amira.
Kevin mengernyitkan keningnya, siapa juga manusia
yang masih memakai pakaian seperti itu jaman sekarang.
”Kampungan sekali. Itu pakaian atau seprai? Apa dia
tidak tahu mode?” batin Kevin heran.
Tin! Klakson mobil dibelakangnya membuat Kevin
sadar kalau lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau kembali. Ia melajukan
mobilnya menuju rumahnya.
Mobil mewah milik Kevin berhenti di depan gerbang
sebuah rumah mewah yang sangat besar. Security langsung membukakan pintu dan
Kevin mengendarai mobilnya masuk ke garasi. Ia keluar dari dalam mobil, melihat
ke kanan dan ke kiri. Garasi di sebelahnya kosong. Artinya papa dan mamanya
belum pulang.
Kevin mengingat kalau papanya sudah pulang duluan
tadi sekalian meeting di luar. Sedangkan mamanya, sepertinya masih sibuk di
kantornya. Kevin berjalan masuk ke dalam rumah. Suasana hening, ia memanggil
Sri, salah satu pelayan setia di rumah itu.
“Mbak Sri! Mbak?” panggil Kevin dengan ketus.
“Ya, tuan muda.” Sahut Sri sambil berlari menemui
Kevin.
“Mbak, buatin sirup ya. Bawa ke kamarku.” Perintah
Kevin.
“Baik, tuan. Tapi agak terlambat ya, tuan muda.
Saya masih membuat cemilan untuk tuan besar.” jelas Sri jujur. Ia tahu kalau
Kevin akan marah kalau perintahnya terlambat dijalankan.
“Papa sudah pulang? Kenapa mobilnya gak ada?” tanya
Kevin sambil melirik ke pintu ruang kerja Alvin, papa Kevin.
“Sudah, tuan muda. Saya tidak tahu mengenai mobil.”
“Ya sudah sana. Huh! Kapan ibu akan mencarikan
pelayan untukku!” omel Kevin sambil berjalan ke lantai 2.
Kevin membuka pintu kamarnya dengan kesal. Ia
menghempaskan tubuhnya ke sofa dan melemparkan dasi dan jasnya sembarangan.
Kevin juga melepas sepatunya dan kaos kakinya dengan berantakan. Menaikkan kakinya ke atas sofa, Kevin
mengambil ponsel dan menelpon ibunya.
Ny. Amira masih melakukan foto shot saat ponselnya
berdering. Meri mengangkat telpon itu dan mengucapkan salam pada Kevin.
“Selamat malam, tuan muda. Ny. Amira sedang sibuk
saat ini. Ada yang bisa saya bantu?” sapa Meri ramah.
“Kasi telponnya, cepat! Sekarang!” bentak Kevin.
Meri memberi tanda pada Ny. Amira yang langsung
mengerti siapa yang menelpon. Hanya Kevin yang tidak sabaran kalau sudah
menelponnya.
“Ada apa, nak?” tanya Ny. Amira dengan sabar.
“Bu, mana pelayan untukku? Mbak Sri sibuk, aku
perlu pelayan pribadi, bu.” adu Kevin dengan wajah cemberut pastinya.
“Ibu masih cari yang cocok, nak. Katamu harus yang
profesional. Susah loh nyarinya.” bujuk Ny. Amira lembut.
“Aku mau secepatnya, bu!” rengek Kevin.
“Seminggu ya, nak. Ibu besok harus keluar kota
seminggu. Minggu depan pasti ada. Sabar ya.” pinta Ny. Amira.
“Ya, bu. Kapan ibu pulang?” tanya Kevin lagi.
“Sebentar lagi ya. Ibu masih di studio foto. Kamu
makan saja duluan.”
“Ya, bu. Dah.”
Ny. Amira memberikan ponselnya pada Meri dan minta
dicarikan pelayan secepatnya untuk Kevin. Meri mencatat di bukunya yang berisi
semua tugas yang harus ia kerjakan. Ny. Amira kembali melakukan foto shot
sampai ia benar-benar puas dengan hasilnya.
*****
Ditunggu up-nya kk. Jangan lupa tinggalkan
jejakmu. Like, vote, komen. Beri semangat pada saya untuk bisa up tiap hari ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
uwuw.... keren... ❤️
aq mampir...
jgn lupa jg mampir dikaryaku dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama 🍰🍰🍰
ku tunggu jejaknya ya 🍰🍰🍰
2020-10-10
0
Devi Trisnawati
upssss terkesan gedubrakan kalau benar saya jadi meri .. ughhh okegh lanjut thor tetap semangat ... semoga saja tak cerita kejam didalam nya ya thor kurang suka kalau ada part yg kejam ..
2020-09-21
0
Ilham Rasya
like like
pernikahanku 😅🙏
2020-09-03
0