PH - Pujian Ny. Amira
Seluruh peserta rapat berdiri, menatap bingung
kepergian Ny. Amira yang diikuti Meri. Setelah puluhan tahun bekerja pada
perusahaan itu, deretan manager menggumamkan kalau baru kali ini Ny. Amira
pergi di tengah-tengah meeting dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
Ny. Amira berjalan cepat masuk ke ruangannya dan
membuka pintu kamar pribadinya. Delina mendongakkan kepalanya dan mengangguk
pada Ny. Amira.
“Ny....”
“Kebayanya sudah selesai?” tanya Ny. Amira sambil
berdiri di depan kebaya yang masih tergeletak di lantai.
“Saya tinggal menjahitnya, Ny. Apa ini sudah sesuai
dengan keinginan Ny.? Saya melakukan beberapa revisi terhadap gambar
sebelumnya.” Jelas Delina sambil menyerahkan buku sketsanya pada Ny. Amira.
Ny. Amira menatap sketsa dan juga kebaya di lantai.
Hasilnya benar-benar sama persis, modelnya dan juga bagaimana warnanya. Seolah
kebaya dilantai itu muncul dari buku sketsa Delina.
“Meri, bantu aku mencoba kebaya itu.” Kata Ny.
Amira sambil membuka jasnya.
“Ny. masih ada jarum pentulnya. Nanti Ny. ketusuk
jarum.” Cegah Delina.
“Aku ambil resiko itu. Aku harus yakin kebaya ini
akan jadi atau aku tidak akan bisa tidur. Cepat.”
Delina dan Meri membantu Ny. Amira memakai kebaya
itu setelah Meri memakaikan korset lagi. Pelan-pelan Delina memasukkan tangan
Ny. Amira ke dalam lengan kebaya dan juga menunjukkan tempat jarum pentul
berada pada Meri.
Ny. Amira sama sekali tidak merasakan tusukan pada
tubuhnya. Untung saja sebagian besar jarum pentul ada di bagian tubuh kebaya
itu. Setelah berkutat dengan kancing yang belum terpasang semuanya, dan
tambahan jarum pentul untuk menahan bagian depan kebaya, Ny. Amira berjalan ke
depan cermin.
“Aku suka ini... Benar-benar sempurna. Coba lihat
belakangnya.” Kata Ny. Amira sambil menunjuk cermin beroda di sudut ruangan.
Meri menarik cermin itu dan meletakkannya di
samping belakang Ny. Amira.
“Oh, aku terlihat lebih langsing. Cepat foto,
ambilkan Hpku.”
Meri sibuk melayani Ny. Amira yang ingin difoto
dengan semua arah, sementara Delina terus memperingatkan Ny. Amira dengan
adanya jarum pentul. Delina juga memperhatikan kebaya yang belum selesai itu.
Ia mengingat letak hiasan tambahan kebaya itu agar sesuai dengan sketsanya.
Sesekali Delina menambahkan catatan pada sketsa gambarnya.
Setelah Ny. Amira puas dengan hasil fotonya, Delina
dan Meri kembali membantu Ny. Amira melepaskan kebaya itu agar tidak tertusuk
jarum pentul. Delina melipat kebaya itu dengan hati-hati agar jarum pentulnya
tidak lepas. Ny. Amira mengamati cara kerja Delina yang memperlakukan kain
dengan hati-hati.
“Delina, sungguh hasil yang luar biasa. Aku harap
jadinya juga akan sesempurna tadi.” Puji Ny. Amira.
“Kalau tidak ada perubahan lagi dari desainnya,
lusa akan saya titipkan pada mbak Meri kebaya ini, Ny.” kata Delina.
“Kenapa harus dititip? Datang sendiri kesini. Meri
akan mengaturnya.”
“Baik, Ny. Kalau begitu, saya permisi dulu. Kain
untuk kebaya yang baru, saya tinggal dulu disini. Lusa saya ambil lagi.” Kata
Delina.
Ia memasukkan kebaya yang akan ia jahit ke dalam
paper bag dan meletakkan kain kebaya biru di atas meja. Delina bangkit dari
sofa dan sedikit membungkuk pada Ny. Amira. Meri mengantar Delina ke pintu
keluar,
“Makasi ya, Del. Kamu udah nolong Ny. Amira.” Kata
Meri dengan tulus.
“Saya yang terima kasih, mbak. Sampai ketemu.”
Delina berjalan melewati lorong dan berbelok ke
kiri. Ia fokus ke lift dan tidak melihat wajah seorang pria yang baru saja
keluar dari lift. Delina baru saja berpapasan dengan Kevin Raditya, putra
tunggal Ny. Amira. Sampai di dalam lift, Delina menekan nomor 1 dan pintu lift
menutup bersamaan dengan Kevin yang menoleh karena mencium aroma wangi di
lorong itu.
*****
Kevin membuka pintu ruangan ibunya. Ny. Amira baru
keluar dari kamar pribadinya.
“Hai, bu.” Sapa Kevin sambil mencium pipi Ny.
Amira.
“Ibu lagi ngapain? Kayaknya lagi seneng banget.”
tanya Kevin lagi.
“Kevin, dear. Ya, dong, ibu lagi happy banget.
Kebaya buat ultah kantor udah beres berkat malaikat penolong.” Kata Ny. Amira
sambil tersenyum senang.
“Malaikat penolong? Mana ada. Ibu halu ya.”
“Eh, memang ada. Cantik lagi. Cuma sayang...”
“Sayang kenapa?” tanya Kevin heran.
“Bajunya itu loh gak banget. Gak fashionable. Tapi
dia pinter bikin kebaya.”
“Sudah, bu. Malah ngomongin yang lain. Kevin kesini
mau tanya nich.”
Hari ini Kevin berkunjung ke kantor ibunya untuk
menanyakan apa hadiah yang bagus untuk ulang tahun ayahnya. Ny. Amira
mengusulkan sebuah dasi, Kevin bilang itu hadiahnya tahun lalu. Jam tangan,
Kevin bilang ayahnya sudah punya semua jam model terbaru.
Ny. Amira putar otak, ia mengamati Kevin dan
menunjuk ponselnya.
“HP ayah kan retak tuch. Kamu ganti yang baru
sekalian pindahin semua data ke HP yang baru. Pasti ayah seneng.” Usul Ny.
Amira.
“Iya juga ya, bu. Ayah kan paling gak suka ganti
HP. Ya, sudah. Kevin beli dulu. Dah, bu.” Kevin kembali mencium pipi ibunya dan
segera keluar dari sana.
Meri menatap kepergian Kevin dengan kening
mengkerut. Ny. Amira melihat itu dan bertanya,
“Kenapa, Meri?” tanya Ny. Amira.
“Tidak, Ny. Saya hanya merasa aneh. Kenapa tuan
muda datang hanya untuk menanyakan kado untuk tuan besar? Kan bisa lewat
telpon.”
“Itu hanya alasannya saja. Kevin selalu dikurung
dalam kantor sama ayahnya. Harus kerja yang bener. Dia pasti alasan mau ketemu
aku, ada perlu penting. Ayahnya mana bisa nglarang. Paling sekarang jalan-jalan
ke mal sama cewek, gak balik ke kantor lagi.”
“Oh, gitu ya Ny. Tapi nanti gak ketahuan sama tuan
besar ya?”
“Biar saja. Ayahnya cuma marah bentar, habis tuch
baik lagi.”
Meri manggut-manggut.
*****
*Author malah geleng-geleng sedih\, mana votenya kk?*
Klik profil author, jangan lupa tinggalkan jejak ya
kk. Vote dong biar saya semangat up setiap hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Rasni 01
baca kembali.......
2022-01-11
0
Radin Zakiyah Musbich
nengok nengok...
keren thor...
ijin promo ya 🙏
jgn lupa mampir jg ke novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" ❤️
kisah cinta beda agama,
ku tunggu jejaknya ya 🤗🙏
2020-09-22
0
Moch Suudi
bagus thor
2020-08-31
0