PH - Wangi menggoda
Delina memakai kembali kerudungnya, ia bahkan tidak
mengatakan apa-apa lagi. Delina berjalan ke lantai 2 kembali dan masuk ke kamar
yang tadi dikatakan Kevin. Delina menatap dua pintu yang ada di dalam kamar
itu.
Ia bingung harus menebak yang mana pintu kamar
mandi. Akhirnya Delina mendekati salah satu pintu dan membukanya. Ada banyak
pakaian tergantung di dalam sana, Delina menutup pintu lagi dan kali ini
berjalan ke pintu sebelah kiri.
Delina melihat kamar mandi dengan fasilitas
lengkap. Kamar mandi yang ukurannya lebih besar dari kamarnya sendiri. Bahkan
mungkin rumah mungilnya akan muat masuk ke dalam kamar tidur itu. Delina
mendekati bathup, ia melihat ada satu kran dengan warna biru dan warna merah di
sebelah kanan dan kirinya.
Delina mencoba menekan kran itu, tidak ada air yang
keluar. Ia mendorong kran ke kanan dan ke kiri, tidak ada air yang keluar.
Delina berpikir apa mungkin Ny. Amira belum membayar tagihan air di
rumahnya. Tanpa sengaja, Delina menarik
kran ke atas dan air yang sangat panas langsung mengalir dari dalam kran itu.
“Aooww...!” pekik Delina sambil mengibaskan
tangannya yang terkena air panas. Kulit tangannya yang putih bersih langsung
kemerahan.
Delina kembali berkutat dengan kran di depannya.
Kali ini ia memutar kran kembali ke tengah dan air hangat mulai mengalir
memenuhi bathup. Sambil menunggu bathup penuh, Delina berjalan mendekati
wastafel dan membuka kran air dingin.
Tangan Delina terasa dingin ketika air mengalir
dari kran di wastafel. Setelah merasa cukup, Delina mematikan kran air di
wastafel. Ia mendekati bathup yang hampir penuh, ketika Delina sedang mematikan
kran air di bathup, seseorang masuk ke kamar mandi.
“Keluar!” bentak Kevin di belakang Delina.
Deg! Delina berbalik sambil menundukkan kepalanya,
dari sudut matanya ia melihat kaki telanjang Kevin berdiri di depannya. Bahkan
kuku kakinya sangat bersih dan mengkilap. Kevin berdiri di depan Delina yang
masih menunduk.
Delina mencari celah untuk keluar dari situasi yang
mengejutkannya ini. Kevin bahkan tidak menunggu Delina keluar dulu dari kamarnya
sebelum membuka pakaiannya dan masuk ke kamar mandi. Tidak ingin sesuatu
terjadi yang lebih gila lagi, Delina berjalan dengan cepat melewati Kevin.
“Tunggu! Buatkan aku kopi. Bawa kesini,” cetus
Kevin sambil melempar handuk yang tadi membalut tubuh bagian bawahnya ke dekat
kaki Delina.
“Baik, tuan muda,” balas Delina lembut sambil
menutup pintu kamar mandi.
Kevin mendudukkan dirinya di dalam bathup, rasa
lelahnya sudah berkurang ketika mencium wangi kerudung Delina tadi. Dan
sekarang wangi itu bahkan memenuhi kamar mandinya.
“Kenapa bisa pas gini? Apa dia menaruh aromatherapi
disini?” Kevin bicara sendiri sambil celingukan mencari botol aromatherapi di
kamar mandi itu.
“Ach, bodoh. Aku melarang semua orang membawa
aromatherapi ke kamarku. Tapi kenapa bisa seharum ini.” Kevin bersandar dengan
nyaman di dalam bathup, untuk sesaat ia seperti tertidur.
Delina melihat pakaian yang tadi dipakai Kevin
berserakan di lantai. Ia merunduk mengambil kemeja Kevin dan menggunakan
kakinya untuk menendang-nendang celana panjang dan celana dalam Kevin ke dekat
keranjang di sudut lemari. Setidaknya pakaian kotor Kevin sudah menumpuk di
satu tempat dan tidak berserakan seperti itu.
*****
Delina yang turun ke lantai bawah, kebingungan
mencari letak dapurnya. Sebelum ia berjalan keluar untuk memanggil penjaga,
seorang berpakaian pelayan lewat di dekatnya.
“Maaf, permisi. Boleh saya bertanya?” tanya Delina
dengan sopan.
“Iya. Mbak siapa ya?” tanya pelayan dengan ramah.
Keduanya saling pandang dan tersenyum satu sama
lain sebelum melanjutkan pembicaraan kembali.
“Saya Delina, tuan muda Kevin minta saya membuatkan
kopi. Bisa saya tahu dimana dapurnya?” tanya Delina lagi.
“Mari saya antar.” Ajak pelayan itu.
“Terima kasih.” Ucap Delina sambil mengikuti
pelayan itu.
Delina diantar ke dapur, pelayan itu menunjukkan
tempat kopi dan gula dan mengambilkan cangkir kopi khusus untuk Kevin. Pelayan
itu juga mengeluarkan teko dari dalam lemari dan mengisinya dengan air. Delina
meletakkan teko air itu diatas kompor untuk memanaskan air.
“Tuan muda selalu memakai cangkir seperti ini. Tuan
muda akan marah kalau cangkirnya berbeda.” Jelas pelayan itu.
“Terima kasih atas bantuannya. Boleh saya tahu nama
kakak?” tanya Delina sambil meracik kopi dan gula ke dalam cangkir Kevin.
“Saya Sri.” Jawab pelayan itu dengan ramah.
Air mulai mendidih dengan cepat. Delina menuangkan
air panas ke dalam cangkir kopi. Aroma kopi merebak memenuhi dapur.
“Mbak Sri, sebaiknya saya cepat mengantarkan kopi
ini sebelum dingin. Sekali lagi terima kasih sudah membantu saya.” Ucap Delina
dengan sopan.
Delina membawa kopi itu ke lantai dua. Ia tidak
mengetuk pintu saat masuk ke dalam kamar Kevin. Fokusnya hanya pada cangkir
kopi agar tidak jatuh. Harum kopi merebak di dalam kamar Kevin saat Delina
meletakkan cangkir kopi itu diatas meja sofa.
Saat Delina berbalik menghadap ke pintu kamar
mandi, ia melihat Kevin berdiri di belakangnya dengan tubuh hanya berbalut
handuk menutupi bawah pinggangnya. Delina langsung menghindar sampai ke pintu
kamar Kevin sambil mengalihkan pandangannya dari tubuh Kevin.
“Ambilkan bajuku.” perintah Kevin dingin. Matanya
fokus pada cangkir kopi di depannya.
“Maaf, tuan muda. Saya tidak tahu selera anda, apa
tidak sebaiknya tuan muda sendiri yang mengambil baju sekalian berpakaian?”
kata Delina sambil berbalik.
“Kau berani membantah lagi!” teriak Kevin, kali ini
Kevin berjalan mendekati Delina yang hampir membuka pintu kamarnya.
Brak! Pintu kamar menutup lagi dengan cepat, hampir
menjepit jemari Delina. Tubuh Delina terkunci di depan pintu, bayangan tubuh
Kevin menutupi seluruh tubuh Delina dari kepala sampai kaki. Lagi, aroma wangi
menggoda indra penciuman Kevin.
Delina melihat bayangan Kevin yang tinggi tegap
tadi mulai merendah, pertanda pemilik bayangan itu mulai menunduk. Tubuh Delina
menegang, bukankah tidak pantas kalau mereka sedekat ini? Berpikir cepat,
Delina mengaduh,
“Aduh...!” pekik Delina sambil memegangi perutnya.
“Kamu kenapa?” tanya Kevin sambil mundur selangkah.
“Saya sakit perut, tuan muda. Permisi.” Kata Delina
sambil membuka pintu kamar dengan cepat dan setengah berlari menuruni tangga
kembali ke ruang tamu. Delina hampir menabrak Ny. Amyra yang baru saja pulang.
“Delina? Kenapa kau terburu-buru?” tegur Ny. Amira
sambil memegang lengan Delina.
“Ny. Amira. Saya dari toilet dan melihat Ny.
datang, jadi saya buru-buru.” Jelas Delina cepat.
“Duduklah dulu. Mana kebayaku?” tanya Ny. Amira.
Delina mengambil paper bag yang masih ada di tempat
ia meninggalkannya tadi. Ny. Amira memperhatikan hasil jahitan Delina,
“Seperti biasanya, hasil jahitanmu selalu halus dan
sempurna.” Puji Ny. Amira.
“Terima kasih, Ny. Amira. Apa Ny. mau mencobanya
dulu? Saya bisa menunggu.” Tawar Delina.
“Oh, baiklah. Ikut aku.” Ajak Ny. Amira.
*****
Like, vote, komen dong kk, tinggalkan jejakmu di novel
saya. Beri semangat untuk saya agar bisa up tiap hari ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
seru thor... 🌮🌮🌮
ijin promo donk,
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama 🌮🌮🌮
ditunggu like and comment nya ya 🙏😊
2020-10-25
0
Eda Sally
lanjut like😍
2020-09-12
0
Ilham Rasya
6 like mendarat Thor
pernikahanku 🙏😅
2020-09-03
0