Bukan Yang Kedua

Bukan Yang Kedua

Dia.. Memperhatikan ku?

Ku langkahkan kakiku yang sehari-hari menggunakan sandal jepit kedalam sebuah rumah mewah yang sangat besar.

Di ujung sana Terlihat mbak ku, Indah namanya datang menghampiri ku.

“Assalamu'alaikum mbak.” Salamku

“Wa'alaikum Salam Ifa. Ayo masuk.. masuk.” Mbak Indah mengajak ku masuk kedalam rumahnya sembari menggandeng tangan ku.

Aku hanya menurut dan mengikuti langkah mbak Indah. Ku edarkan pandanganku kedalam se isi rumah.

Lagi, aku berdecak kagum melihat kemewahan dan keindahan rumah besar ini. Walaupun ini bukan pertama kalinya aku datang kesini namun tetap saja, mataku tidak bisa terbiasa melihat nya.

Maklum lah, aku yang selama ini terbiasa melihat tembok yang catnya sudah rusak dan pagar karatan tentu tak akan bisa langsung terbiasa melihat semua hal mewah di rumah mbak ku.

Sungguh beruntung mbak Indah, satu tahun lalu dia dinikahi seorang direktur di salah satu rumah sakit terbesar di Kota ini. Bukan hanya itu, kakak ipar ku yang satu itu juga dari keluarga terpandang, mana ganteng lagi, belum lagi dia juga seorang dokter.

Beuhh... Paket komplit. Cuman yah manusia Memang tidak ada yang sempurna. Dan menurut ku kakak ipar ku yang gantengnya paripurna juga bukanlah paket komplit yang sebenarnya. Mungkin dalam materi iya, tapi dalam kasih sayang? Hmm entah lah.

Aku dan mbak Indah duduk di kursi ruang keluarga, tak lama seorang pelayan datang membawa minuman dan beberapa cemilan

“Makasih buk.” Ucap ku pada wanita paruh baya yang biasa di panggil buk Santi.

“Semoga anda suka.”

Nah coba lihat, aku sudah seperti orang penting saja bukan?

“Pasti buk.”

Bu Santi hanya mengulas senyum dan pergi dari sana. Aneh ‘kan? Kenapa hanya aku yang ditawarkan, terus mbak Indah? Hmm mungkin karena mbak Indah nyonya dirumah ini.

Ku lihat mbak Indah yang nampak melihat sinis bu Santi. Eh?!

“Mbak?”

“Ada apa dek?”

“enggak.” apa tadi aku salah lihat? Belum pernah aku melihat wajah dan tatapan mbak ku yang sesinis itu melihat orang lain.

Mbak ku adalah orang yang paling lembut, yah dia adalah orang yang paling lembut dan aku sangat menyayangi nya. Bunuh nyamuk saja mbak Indah sampai nangis, tidak mungkin orang selembut mbak Indah berwajah seperti itu.

Mungkin karena bu Santi lupa menawarkan kepada mbak Indah atau mungkin bu Santi ada kesalahan?

Pelayan dirumah ini sudah aku kenal satu persatu. Bukan karena aku juga ingin jadi pelayan, tapi karena sudah sering kesini jadi tau-tau nya sudah kenal saja.

“Gimana kuliah nya?” Seperti biasa, mbak Indah pasti selalu menanyakan hal ini

Ku ambil biskuit menggiurkan di depan ku “Lancar.. lancar ajah, gak ada yang istimewa amat.”Jawabku juga seperti biasa “Kalau mbak gimana? Hubungan nya sama mas Dylan seperti biasa?” Tanyaku, dan yah selalu itu yang aku tanyakan.

Bukan karena apa, tapi kakak ipar ku itu sangat dingin. Bahkan kepada istrinya sendiri, yah setidaknya itulah yang aku lihat. Tapi itu yang hanya terlihat, entah bagaimana kalau mereka sedang berdua.

Mbak Indah terdiam. Ada apa yah? Tidak mungkin ada hal yang tidak.. tidak ‘kan.

Ku lihat mbak Indah tersenyum manis seperti biasa “Yah seperti biasa juga.” Jawabnya, yah jawaban yang seperti biasa.

Kalau mbak Indah sudah bilang seperti itu, apa yang bisa aku lakukan. Jawaban mbak Indah artinya semua baik-baik saja ‘kan? Hm aku harap seperti itu.

Aku juga tidak punya hak untuk ikut campur dalam rumah tangga mbak Indah dan suaminya. Mereka sudah dewasa pasti bisa menyelesaikan masalah mereka masing-masing.

“Mbak baik-baik ajah? Muka mbak pucat, mbak gak kenapa-napa ‘kan?” aku baru sadar, bibir mbak Indah sangat pucat walaupun sudah di lapisi lipstik

Mbak Indah nampak Tersenyum “Gak papa, mungkin karena semalam begadang jadi kurang tidur.”

“oh.. kurang tidur? Emangnya mba..__” ku bekap Mulut ku. Bodoh! Bisa-bisanya aku tidak mengerti, begadang karena itu ‘kan? Uhhh malu nya...

Ku lihat wajah mbak Indah yang biasa-biasa saja. Jiwa jahil ku Langsung keluar “Oh.. begadang? Hmm..” Ku perlihatkan wajah jahilku dengan alis ku naik turunkan setelah bertahun-tahun berlatih.

“Kenapa dengan wajahmu?”

“Yeee... Mbak begadang ‘kan? Hmm be.. ga.. da..ngggggg..”

“Hahahah kepala mu dek. Isinya apa ajah sih, dasar! Sudah ah. Besok libur kan? Nginap disini yah?”

“Hahah mau libur atau enggak kalau udah ditawarin mah gaskan..” Jawabku berkelakar

Kami bercerita banyak hal. Memang aku bukan adik kandung Mbak indah, lebih tepatnya aku anak yatim piatu, orang tuaku pergi saat aku berusia 5 tahun. Dan keluarga mbak Indah yang mengadopsiku. Walau begitu mbak Indah sangat menyayangiku dan aku juga sangat menyayangi nya.

Dari tadi aku tidak melihat mas Dylan. Kemana yah artis kesasar itu? Astagfirullah, nih mulut! Bukannya aku kecentilan cari suami mbak ku sendiri, tapi kan aku juga ingin cuci mata lihat yang bening-bening.

“Ada apa Ifa? Dari tadi kaya cari sesuatu.”

“Itu mbak, mas Dylan kemana? Padahal udah sore. Gak mungkin masih kerja ‘kan?”

“Oh mas Dylan ada di ruang kerjanya. Dari tadi pagi.”

“Hah? Pagi?” yang benar saja! Pagi? Ck dasar tidak sopan! Masa adik iparnya datang dia sama sekali tidak menyambut.

Jujur saja aku kurang suka dengan mas Dylan. Terlalu dingin dan sombong! Walau ganteng sih.

“Nah itu mas Dylan.”

Ku lihat mas Dylan keluar dari ruang kerjanya yang memang dekat dengan ruang keluarga yang sekarang kami tempati.

Lihatlah wajah dinginnya itu! Huh! Ganteng-ganteng tapi dingin kaya gitu mah sama saja.

“Mas mau makan? Maaf aku belum masak, tunggu bentar yah aku masak dulu.” Mbak Indah terlihat gugup. Ia juga Langsung berdiri saat melihat mas Dylan datang.

“Tidak perlu!”

Huh! Ketus bangat! Sumpah aku ingin menyumpal mulut nya.

Eh?! Tadi? Mas Dylan sempat lihat aku yah?..

Tidak... Tidak.. mungkin perasaan doang, atau mungkin karena penasaran siapa gerangan yang datang ke istananya?

“Maaf mas.. aku terlalu asik ngobrol jadi.__”

“Aku tidak lapar!”

Ku lihat mbak Indah yang langsung menunduk. Haaahhhh rupanya menikah dengan orang kaya tidak selalu bawa kebahagiaan. Lihatlah, suami mbak Indah sekarang. Entah bagaimana bisa mbak Indah masih bisa bertahan sampai sekarang.

“Yaudah, kalau mas lapar nanti bilang ajah. Aku buatin kok.”

“hmm.”

Ku perhatikan punggung kekar kakak iparku berlalu begitu saja

“Maaf yah Ifa, kamu pasti udah tau gimana sifat mas Dylan. Jangan diambil hati yah.”

“Lah.. harusnya aku yang bilang gitu mbak. Mbak sabar ajah yah, mbak yang paling kenal sama mas Dylan. Kalau misalkan mbak gak kuat lagi mbak bisa kok lambaikan tangan ke kamera.. hahahah.”

“Hahahha bisa ajah kamu. Udah ayo masak.”

“Lah emang mbak bisa masak?” Yang aku tau mbak memang tidak terlalu bisa memasak. Karena itu bukannya sangat beruntung nasib mbak Indah di nikahi seorang tuan muda kaya? Tidak perlu memasak sendiri karena akan ada banyak pembantu.

“Mbak udah belajar masak. Yah baru-baru ini sih, belum bisa di bilang mahir juga.”

“yeee karena itu aku juga disuruh masak kan? ‘kan, masakan ku yang paling terbaik.”

“Nah itu tau. Ayok.”

Aku hanya pasrah saat mbak Indah menarik lenganku kedapur. Huh! Sama saja dong disini dengan di kosan sama-sama harus masak sendiri. Inginnya di ratukan eh! Malah jadi babu.

Udah! Ngeluh juga tidak guna. Aku juga udah biasa kalau soal masak.

.

.

“Hah? Ini baru jam berapa?” Kulihat jam di dinding. Oh rupanya masih jam 2 pagi.

Lagi-lagi bangun tengah malam. Mana mau buang air lagi. Terpaksa aku turun dari ranjang yang empuk nya paripurna.

“Ahh lega nya.. ck jadi haus kan.” Sekali lagi, aku terpaksa keluar dari kamar.

Hahhhh untuk pertama kalinya aku lebih bersyukur punya kosan yang sempit. Tempat tidurku dekat dengan dapur, jadi lebih gampang mengambil minum. Sedangkan ini? Jauhnya minta ampun

“Gelap lagi. Nakutin juga yah.” aku berlari kecil menuju dapur. Sampai di dapur langsung ku nyalan saklar lampu.

Fyuuuhhh

Gelap yang tadi menguasai langsung berubah jadi terang benderang. Eaaa udah kaya judul bukunya ibu Kartini, habis gelap terbitlah terang. Hahahah cocok kan

Ku ambil gelas dan mulai mengisi nya dengan air minum.

Glek..

“Apa yang kau lakukan.”

“uhuukk.. uhukk.. uhuk.. ahh! Mas Dylan.” Sumpah ini orang gak ada tanda-tanda kehadirannya.

“Apa yang kau lakukan?”

“eh! Emm i.. ini lagi minum.” duhh kenapa jadi gugup kaya gini sih.

Ku lirik mas Dylan yang hanya memperhatikan ku. Apa yang salah dengan ku? Apa bangun jam 2 dini hari dan minum salah di rumahnya?

Loh.. kenapa jadi liatin penampilan ku “Emm.. mas, ada apa? Apa mas Dylan mau ambil sesuatu? Mau ku ambilkan?” ku tutup bagian dadaku dengan pura-pura bersedekap dada

“Ah! Tidak! Masuklah jangan berkeliaran malam-malam.”

Ku lihat mas Dylan jadi gugup! Aneh! Ini pertama kalinya aku melihat nya seperti ini. Apa jangan-jangan dia benar-benar melihat... Ah! Itu tidak mungkin ‘kan!

“Iya mas. Maaf mengganggu, aku kembali dulu.” Cepat-cepat aku pergi dari sana. Entahlah aku merasa ada yang salah dengan kakak ipar ku yang satu itu.

Aku selalu merasa dia... Hmm memperhatikan aku?

.

.

TBC

Terpopuler

Comments

Alghifarrie

Alghifarrie

min. katanya ada lanjutan dari Anaknya Lyza? apakah ini novelnya?

2023-06-04

2

Rita

Rita

hadir

2023-03-15

1

Toko john 125

Toko john 125

Akhirya yg ditunggu2 muncul juga whuuuu... 🤗🤗🤭🤭 Dylan itu jangan2 anaknya ilyas & dian ya kak? Ditunggu lanjutannya...😘

2023-03-15

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 61 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!