Pagi yang baru

Akifa terbangun dari tidur, di samping sudah tidak ada Dylan. Sayup-sayup ia mendengar suara shower dari dalam kamar mandi. Setelah sholat subuh tadi, mereka kembali melanjutkan olahraga ranjang nya.

Akifa sampai geleng-geleng mengingat nafsu dan tenaga Dylan yang tak habis-habis. Tapi, jujur saja ia juga menyukainya.

Setelah memakai kembali piyama, Akifa perlahan berjalan kearah lemari. Ia menyiapkan kemeja serta celana bahan untuk sang suami

“Ckckck... Aku beneran udah jadi istri yah. Aplus untuk mu Akifa, Istri yang Sholeha.” Ia merasa bangga saat mendapati dirinya tengah menyiapkan pakaian untuk suaminya

Kembali merapikan kemeja berwarna putih yang ada di atas ranjang. Tak lama terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, lantas Akifa menoleh.

Akifa menggeleng pelan, bukannya terpesona dengan roti sobek berlapis delapan milik suaminya ia malah salah fokus dengan Dylan yang keluar masih dalam keadaan basah membuat lantai kamar menjadi basah

“Astagfirullah mas.., badannya di keringin dulu baru keluar dari kamar mandi.” Pagi-pagi ia harus mengomel sungguh membuat nya pusing tujuh keliling.

“Pokoknya jangan gerak dari sana!” Titah Akifa sembari mengangkat tangannya

Mengangkat sebelah alis, lalu melihat keadaan tubuhnya yang basah. Niat hati ingin menggoda Akifa dengan bentuk tubuhnya, namun hal itu gagal akibat kesalahan nya sendiri. Dylan mengedikkan bahu, acuh. Lalu tetap melanjutkan langkah mendekati Istri nya

“Stop.. jangan gerak!” Pekikan Akifa berhasil membuat langkah Dylan berhenti

“Ada apa?”

“Ada apa.. ada apa..! Malah pake tanya! Liat tuh kelakuan mu, mas!!!” Dengan langkah buru-buru Akifa mendekati Dylan dengan membawa handuk. Ia mengeringkan tubuh sang Suami menggunakan handuk tersebut

“Tidak perlu, nanti ada pelayan yang.._”

“Diam deh mas, jangan gerak-gerak. Walau ada pelayan pun seenggaknya untuk hal sekecil ini, kita gak perlu merepotkan pelayan yang masih punya banyak kerjaan.” Mulut dan tangan Akifa sama-sama bekerja, sangking kesalnya ia bahkan melupakan jarak diantara mereka

Dylan tersenyum tipis “Iya maaf, mas yang salah. Sudah yah, jangan ngomel terus. Masa pagi-pagi harus dengar omelan sih.” Menangkap tangan istrinya lalu menggenggam erat tangan mungil tersebut

Akifa mendengus “Salah sendiri. Makanya kalau di bilangin nurut.”

“Iya.. iya.. mau disini terus? Lama-lama mas tidak jadi kerja nih karena masuk angin.”

Menepuk jidat “Astaga, maaf mas. Ayo, pakai bajunya dulu. Udah aku siapin di atas ranjang. Aku mau mandi dulu.”

“Tidak sekalian di pakaikan?” Menaik turunkan alis

“Isshh pakai sendiri. Aku mau kuliah nanti.”

“Yakin? Tidak mau pegang-pegang ini.” Mengulurkan tangan Akifa menyentuh dadanya

Blushh..

Akhirnya ia sadar juga “A.. apa ma.. maksud mu mas, udah ah aku mau mandi.” Cepat-cepat mrlepas tangannya dan berlari masuk kedalam kamar mandi

Dylan terkekeh “Hati-hati, jangan lari-lari.” Lalu menggeleng pelan saat mendengar pintu kamar mandi yang ditutup secara kasar.

Dylan mengambil kemeja serta celana yang sudah di siapkan sang istri. Setelah memakainya, ia pun mengambil ponsel untuk melihat jadwal hari ini

“Tidak terlalu sibuk.”

Ceklek..

Akifa Keluar sudah lengkap dengan kemeja kotak-kotak yang ia pakai.

“Udah siap mas? Kita sarapan dulu yuk.”

Menaruh ponsel didalam saku “Ayo.”

Akifa menghentikan langkah saat melihat penampilan Suaminya “Gak pakai dasi mas? Biasanya juga pakai. Terus jasnya kemana mas?”

“Oh iya mas lupa.”

“Astaga masih muda juga udah pikun. Tunggu disini.” Berjalan menuju lemari, ia mulai mencari dasi dan juga jas dokter yang biasa di gunakan Dylan

Dylan tersenyum tipis “Bisa-bisanya aku melupakan jasku.” Lirihnya geleng-geleng kepala. Ia terlalu senang saat melihat Akifa Keluar dari kamar mandi dan mengajak nya sarapan sampai melupakan dasi dan juga jasnya.

“Mas dasinya yang mana nih?” Mengangkat dua dasi dengan gaya bintik-bintik yang nyentrik

“Loh kenapa harus itu? Masih ada yang polos ‘kan.”

“Heheh gak papa, lucu ajah kalau mas pakai yang kaya gini.”

“Yee mas mau taruh dimana muka mas kalau pakai itu. Yang polos ajah Ifa cantik..” Menekankan perkataan di akhir kalimat

“Nah gitu dong, puji dikit juga gak rugi ‘kan.” Mulai mencari dasi polos sesuai perkataan Dylan

Dylan lagi-lagi hanya mengulum senyum. Rupanya sang istri hanya ingin di puji. “Yasudah dengan senang hati aku turuti.” Dengan langkah perlahan ia melangkah mendekati istri nya lalu memeluknya dari belakang

Akifa tersentak “Mas..”

“Terima kasih karena sudah menyiapkan bajuku.” bisik di telinga Akifa

Akifa mengulum senyum “Sudah jadi tugasku.”

“Tetap saja terima kasih.” Membalik tubuh istrinya. Dengan perlahan Dylan memajukan wajah dan menyatukan bibir mereka. Akifa menyambut baik ciuman tersebut.

.........

Dengan aura yang begitu bahagia, Dylan melangkah masuk kedalam rumah sakit. Ia tersenyum saat melewati beberapa pasien dan juga pekerja rumah sakit.

“Selamat pagi dokter Dylan.” Hal yang selalu dilakukan para pekerja rumah sakit walaupun mereka tau sangat jarang mendapatkan balasan.

“Pagi.” Dylan membalas sapaan membuat mereka yang mendengar tercengang ditempat.

Sedangkan Dylan tetap melanjutkan langkah. Di kursi taman rumah sakit, Fer berlari menghampiri Dylan

“Om doktel,” Berlari memeluk kaki Dylan

Dylan berjongkok “Pagi, Fer. Bagaimana? Sehat kan?” Mengusap kepala Fer

Fer mengangguk semangat “Baik. Sehat!” Jawab bersemangat

“Pagi dokter.”

Dylan mendongak, ia lantas berdiri “Pagi, bu Wati pak Ferdi.” Membalas sapaan kedua orang tua Fer

“Wahh aura dokter Dylan beda bangat yah hari ini. Oh jangan-jangan karena masih pengantin baru yah.”

Dylan mengusap tengkuknya yang memerah “Haha begitulah bu. Bu Wati dan pak Ferdi juga pernah merasakan nya, bukan?”

Wati dan Ferdi tertawa “Kamu sih mah. Benar apa yang dibilang dokter Dylan.” merangkul bahu Istrinya

“Oh yah, tapi kapan dokter menikah? Kok gak ada kabar.”

Dylan tersenyum tipis “Belum ada rencana untuk pestanya bu, masih ijab dulu. Nanti kalau sudah tidak sibuk, In Syaa Allah pesatnya nyusul.”

“Wah.. jangan lupa kami di undang yah.” Wati nampak antusias. Ia sangat penasaran wanita cantik mana yang berhasil meluluhkan hati seorang Dylan

“Iya, pasti.” Dalam hati Dylan sudah merencanakan berbagai cara agar ia bisa cepat-cepat mengadakan resepsi.

.

.

Akifa berjalan masuk kedalam perpustakaan. Ia sudah ditunggu oleh sang sahabat.

Setelah mengambil buku yang entah apa judulnya sebagai kamuflase, Akifa pun duduk tepat di depan Wulan yang sedang terlihat serius memandangi buku padahal di balik buku tersebut terdapat ponsel.

Mendongak “Lama bangat.”

“Biasalah, dosen pembimbing nya cerewet minta ampun.”

Mereka berbicara sembari berbisik-bisik agar tidak terdengar orang lain, apalagi didalam perpustakaan memang tidak boleh berisik

“Lu gimana? Udah diterima?” Akifa bertanya sembari membuka ponsel dan meletakkan nya di balik buku yang ia ambil tadi

Tanpa melihat Akifa “Disuruh putar tujuh keliling kali baru naskah gua diterima.”

“Selamat kita senasib, eh.. tapi kayanya enggak deh. Soalnya bahan gue udah diterima, tinggal beberapa yang perlu di koreksi lagi.” Teringat saat Dylan membantunya mengerjakan skripsi membuat wajah memerah

Mendengar perkataan Akifa, sontak Winda mengalihkan pandangannya “Serius?”

Akifa balik menatap lalu mengangguk mantap “Seriburius.” Mengangkat tanda peace

“Ckckckck si pengkhianat. Ahkk tapi selamat deh.”

Akifa terkekeh kecil. Ia kemudian teringat sesuatu, ada yang ingin ia konsultasikan dengan Winda. Terakhir kali ia bercerita tentang pernikahan nya yang ditutupi dengan kedok teman, Akifa akhirnya bisa mengambil tindakan. Kali ini ia juga berharap banyak dengan jawaban yang akam di berikan Winda

“Oh yah Winda, gua pengen cerita tentang teman gue yang pernah gua ceritain.”

Winda melihat Akifa dengan wajah yang berbinar “Aseekkk drama keluarga, gue suka nih. Jadi gimana tuh nasib teman lu?”

Sudut bibir Akifa berkedut mendengar perkataan awal Winda “Gue udah sampein apa yang lu bilang Waktu itu dan dia terima dengan tangan terbuka. Nah masalah nya itu, hubungan teman gua ama lakinya udah bagus bangat. Bahkan mereka udah iya-iya..”

Membungkam mulut nya sendiri “Omg, beneran? Wah gila.. terus.. terus..”

Layaknya menonton drama, Winda terlihat tak sabaran ingin mengetahui kelanjutan nya membuat Akifa sangat ingin memukul wajah penasaran temannya itu

‘Kayanya halal ajah deh nabok muka teman yang kaya ondel-ondel’

.

.

TBC

sabar Fa, lagi puasa😌

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian like komen and vote ya 🙃

...Penjet tombol Subscribe nya...

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

ah Ifa kamu polos banget

2023-11-11

0

Aida Murni

Aida Murni

lama lama ketahuan deh kalau itu dirimu sendiri Akifa, bagus jujur aja udah. entar malu sendiri.

2023-10-24

0

Dini Anjarwati

Dini Anjarwati

lanjut thorr

2023-03-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!