Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Setiap detiknya adalah misteri yang tidak akan ada yang bisa mengetahuinya.
Itulah yang dirasakan Akifa. Gadis itu tengah duduk di atas ranjang sambil bersila. Ia sedang ada di rumah kakak iparnya, ralat maksudnya suaminya. Kamar yang ia tempati sekarang adalah kamar yang memang selalu ia gunakan saat datang berkunjung.
Ia sedang merenungi apa yang akan terjadi padanya. Mengusap setetes keringat yang jatuh dari dahi. Ia baru saja selesai mandi dan sekarang ia masih menggunakan piyama
Suara pintu kamar mandi terbuka Menampilkan Dylan yang juga sedang memakai jubah mandi, namun tidak memperlihatkan dada.
Akifa menatap datar kepada kakak iparnya yang beberapa jam lalu sudah resmi menjadi suaminya.
“Pakai baju dulu mas.” Menunjuk piyama bergambar Doraemon yang couple dengan nya di atas ranjang. Akifa sengaja mengambil piyama yang tidak di sukai Dylan agar Dylan membenci nya, yah itulah rencana Akifa.
Indah pernah mengatakan bahwa Dylan tidak menyukai sesuatu yang kekanak-kanakan. Dan pakaian yang sekarang di tunjuk Akifa adalah pakaian yang sangat kekanak-kanakan apalagi couple dengan nya
Dylan terdiam, ia menatap lamat-lamat wajah Akifa yang dibalas tatapan datar dari istrinya. Di luar dugaan, Dylan mengambil piyama tersebut dan membawa nya masuk kedalam kamar mandi.
Akifa menatap punggung Dylan dengan tatapan kesal. Huh! Menghembuskan Nafas kasar “Tenanglah Ifa. Jangan membenci mas Dylan, walau bagaimanapun mas Dylan juga korban keegoisan mbak Indah.”
Ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur menatap langit-langit kamar yang sudah tak asing. Tak lama Dylan keluar dari dalam kamar mandi lengkap sudah dengan piyama bergambar Doraemon couple dongan Akifa.
Dylan tersenyum tipis melihat piyama yang ia pakai serasi dengan sang istri.
Mendengar pintu kamar mandi terbuka, sontak Akifa terduduk“Pffhh..” Membekap mulut. Hampir saja ia kelepasan tertawa melihat pakaian Dylan
Ia berdehem beberapa kali, lalu kembali menampilkan wajah datar “Duduklah mas, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu.”
Dengan wajah khas, Dylan duduk di hadapan Akifa “Tertawalah, jangan ditahan.”
“Pfhh e.. ehem..” Akifa mencoba menahan tawa “Maaf mas, tapi sekarang aku serius.” Memperlihatkan wajah serius nya
Dylan menatap datar ‘Menggemaskan’ Batinnya meronta-ronta tatkala melihat wajah serius Akifa yang terkesan menggemaskan di matanya.
“Ada apa?”
Meremaas-remaas tangan yang ada di pangkuan “Aku setuju menikah dengan mas Dylan karena pernikahan ini hanya berjalan selama satu tahun. Hamil atau enggak, aku tetap akan menuntut cerai.”
Perkataan Akifa membuat air wajah Dylan menggelap. Ia geram dengan perkataan istri barunya. Namun, ia mencoba untuk menahan diri agar tidak meledak
“Jadi?”
Menghembuskan nafas panjang “Aku menerima pernikahan ini dengan beberapa syarat.” Akifa menjeda ucapannya lalu menatap Dylan. Tatapan Dylan seakan-akan menantikan kelanjutan ucapan nya
“Jadi, aku menuntut agar syarat yang aku tawarkan harus diterima. Yang pertama, kita tidur dalam kamar yang berbeda, kedua gak ada hubungan intim sebelum aku siap.”
Terdengar helaan nafas dari mulut Dylan “Yang pertama bisa aku terima, tapi yang kedua seperti nya harus di revisi. Bukannya pernikahan ini terjadi untuk mendapatkan keturunan. Jadi yang kedua aku tidak terima.” Tegasnya
‘Pria brengsek! Bilang ajah pengen nikmat nya doang’ Gerutu dalam hati. Namun lagi, ia tidak bisa menyalahkan Dylan karena apa yang dikatakannya benar adanya.
“Baiklah, mas bisa datang kapan saja kalau mas mau.” Ia pasrah. Akifa ingin mempercepat semuanya, kalau ia hamil bukankah akan lebih mudah untuk lepas dari kekangan pernikahan yang tidak ia inginkan ini?
Dylan mengangguk “Aku pegang kata-kata mu.” Menatap Akifa dengan tatapan tajam
Glek..
‘Kok aku ngerasa jatuh kedalam perangkap harimau’
Akifa mengangguk ragu “Hari ini keluarlah mas. Kita tidak akan melakukan apapun hari ini.”
“Kenapa?”
“Aku lagi dapet... Ah! Aku lupa bilang. Kalau mbak Indah ada, kita tidak akan melakukan hubungan intim.”
“Kenapa?” Lagi, pertanyaan yang sama keluar dari bibir Dylan
Kening Akifa mengerut. Bukankah sangat canggung melakukan hal ‘itu’ jika ada istri pertama. Pikirnya
“Gak ada alasan lain. Itu keputusan ku, dan ku harap mas Dylan bisa mengerti.” Jawabnya
Dylan nampak terdiam, ia menghela nafas lalu mengangguk “Terserah kamu. Malam ini aku akan tidur di sofa.”
“Ya? Gak perlu mas, mas bisa cari kamar lain.” Bukannya masih banyak kamar di rumah ini? Begitulah kira-kira pikiran Akifa
“Kita pengantin baru, sudah pasti harus tidur satu kamar. Setidaknya hanya untuk malam ini, malam-malam selanjutnya kita akan melakukan sesuai kesepakatan.” Mengambil bantal dan juga selimut lalu membawanya ke sofa yang cukup besar didalam kamar
Akifa mengangguk. Ia menarik selimut lalu memilih untuk tidur “Selamat malam.” Lirihnya
Berbeda dengan Dylan, pria yang baru saja telah menikah kembali tersebut masih duduk diatas sofa sembari memandangi seenggok bulatan diatas ranjang
‘Sabar Lan, sabar. Sebentar lagi’ Ia mengambil ponsel dan laptop untuk mengerjakan pekerjaannya.
Dylan tersentak, ia melirik Istri nya yang sedang tertidur pulas. Senyuman tipis terulas di bibir “Dia benar-benar pulas. Sampai ngorok.” menggeleng tak percaya lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
“Tidak ada kewaspadaan sedikit pun.”
Saat masih fokus dengan laporan dari bawahannya, tiba-tiba ponselnya berdering menampilkan nama seseorang yang sangat ia rindukan.
“Assalamu'alaikum, bu.”
“Wa'alaikum salam. Gimana kabar mu nak?” Suara lembut dari seberang menghantam telinga Dylan membawa kedamaian hati yang menenangkan
“Alhamdulillah, baik bu. Ibu sama ayah gimana? Baik ‘kan?”
“Hahaha Alhamdulillah baik, baik bangat. Tapi, apa maksud Lan gak bilang-bilang kalau nikah lagi. Hmm?” Suara yang ditekan membuat suara lembut tersebut menjadi mengerikan ditelinga
Glek..
“I.. ibu Lan bisa jelasin.”
“Jelaskan apa! Dasar bocah. Kau kembali menikah tapi tidak mengundang kami!” Sembur yang diseberang
“A.. ayah? Apa kabar?”
“Pala mu pa kabar! kamu nikah lagi tapi gak ngundang-ngundang!”
“Il? Hai Ilmy, adikku yang lemah lembut. Pa kabar?” Rupanya suadara kembarnya juga ada disana bersama ibu dan ayahnya
“Bang Dylan! Bang Dylan keterlaluan. Kenapa tidak mengabari kami.” Suara dingin dari seberang kembali menghantam telinga
“Loh? Ilya? Pa kabar adik abang yang sangat pendiam. Delon ada disana? Jangan bilang sekarang kalian semua kumpul tanpa aku? Hah! Jahat bangat kalian. Hiks...” Ia mendramatisir. Yah beginilah Dylan yang sebenarnya. Hangat, lembut dan sedikit jahil
“sudah.. sudah.. sekarang jelaskan apa maksudnya kamu menikah lagi tanpa mengatakan nya dengan jelas!” Suara Delon, kakak kembarnya terdengar datar dari seberang
Dylan menceritakan semuanya. Semuanya tak ada yang ia tutup-tutupi
“Yah begitulah. Tenang ajah, Lan tau batasan kok.”
Terdengar helaan nafas panjang di seberang “Yang penting jangan maksain diri. Kalau udah gak kuat, Lan bisa jujur saja.” Nasehat, Dian. Ibu Dylan
“Iya bu, tenang saja. Oh yah kapan kalian datang berkunjung? Aku kangen..” Rengeknya
“Yee... Udah punya istri baru masih kangen-kangenan ke kami. Jangan bohong.” Tukas Ilmy, adik kembar Dylan. Dylan memang memiliki dua saudara kembar lainnya. Bisa dibilang ia adalah triple saat masih didalam perut sang ibu
“Heheh tau ajah lu. Udah yah semua, Lan lagi sibuk nih.”
“Iya, Assalamu'alaikum.”
“Wa'alaikum salam.” Dylan kembali menaruh ponsel diatas meja lalu kembali mengerjakan pekerjaannya.
Muhammad Dylan Sam, anak kedua dari empat bersaudara. Ia mempunyai dua saudara kembar, yang sulung bernama Delon sedangkan adiknya bernama Ilmy. Ia juga mempunyai adik bungsu perempuan bernama Ilya yang berbeda 6 tahun dengan nya.
Keluarga besar Dylan berada di pulau Kalimantan, sedangkan Dylan sekarang tinggal di pulau Jawa untuk meneruskan pekerjaannya.
Jam menunjukkan pukul 11.30 malam, Dylan yang baru selesai memeriksa laporan mengenai keadaan rumah sakit meregangkan otot-otot tubuhnya.
Ia merapikan barang-barang yang ada diatas meja, melirik sekilas kearah sang istri. Ada senyuman tipis terulas saat melihat betapa pulasnya Akifa tidur.
“Kalau aku orang jahat, sudah aku mangsa dia.” Gerutunya.
Ia keluar kamar Karena merasa haus. Dengan langkah yang hati-hati ia menuju ke dapur.
Sesampainya di dapur, Dylan segera menyalakan saklar lampu lalu mengambil air minum didalam kulkass.
Glek.. glek ...
“Tidak baik minum air dingin tengah malam.”
Dylan melirik sumber suara, meletakkan botol air minum di atas meja “Aku lebih tau dari mu.”
“Kamu sangat sombong tapi tetap melakukan nya.”
“Terserah aku.” Mengedikkan bahu
Indah duduk di kursi bar dapur “Emm ba.. bagaimana malam pertama mu?”
Dylan menatap datar kearah Indah “Kau tidak akan membayangkan betapa nikmatnya hal itu.” Sembari tersenyum tipis
Raut wajah Indah berubah pucat “Be.. begitu yah, kamu pasti sangat bersenang-senang. Hoaamm aku ngantuk, aku pergi duu.” Ia segera beranjak dari sana dengan buru-buru.
Dylan tersenyum miring memandang kepergian Indah “Dasar bodoh!” Gumamnya
***
Sayup-sayup, Akifa membuka mata. Ia mengedarkan pandangannya pada kamar yang sudah tak asing baginya
“Hmm jam berapa sekarang?” Tanyanya dengan nada serak
Akifa mengambil ponsel yang ada di atas nakas “Baru jam 5 rupanya.” Ia mengucek mata lalu merubah posisinya menjadi duduk.
Kembali, ia mengucek mata tatkala melihat pemandangan asing di depannya “Tunggu, itu mas Dylan? Tapi kenapa dia ada disini?” Mencoba menggali ingatannya tentang kemarin
Menepuk dahi “Bego! Aku kan udah nikah sama mas Dylan.” Gerutunya.
.
.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian like komen and vote ya 🙃
...subscribe woi 🙂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
aku mampir Thor,
2023-11-11
0
Aida Murni
seperti nya ada rahasia yg tersimpan mengenai hubungan Dylan dan Indah.
2023-10-24
0
Mustarika
bingung ni thor, suka ceritanya tapi ngambang dan membingungkan
2023-03-24
2