Buru-buru aku masuk kedalam mobil kakak ipar ku. Aku duduk paling belakang sedangkan didepan mas Dylan dan mbak Indah duduk. Mas Dylan melajukan mobil membelah jalan di penuhi banyaknya kendaraan.
Mas Dylan dan mbak Indah bekerja di rumah sakit yang sama. Yah bisa dibilang mbak Indah yang bekerja di rumah sakit mas Dylan.
Mas Dylan sebagai dokter anak dan direktur utama rumah sakit sedangkan mbak Indah sebagai salah satu perawat disana. Bisa dibilang mereka mempunyai hubungan yang tidak beda jauh dengan kebanyakan novel, itu sih menurut ku.
“Nanti pulangnya jam berapa dek?” Tanya mbak Indah menoleh kebelakang melihat ku
Ku lihat jam tangan ku “Kayanya jam 10 lewat mbak.”
“Oh.. mau di jemput?”
“Eh? Beneran nih? Tapi, mbak Indah gak sibuk?” Tentu saja aku senang jika ada yang jemput. Setidaknya bisa mengurangi biaya transportasi. Maklumlah anak kost harus hemat!
Tapi bekerja sebagai perawat di rumah sakit besar pasti sibuk ‘kan? Setidaknya itulah yang ku tau
Ku lihat mbak Indah melirik kearah mas Dylan lalu kembali melihat ku “Kita lihat saja nanti, kalau mbak gak sibuk nanti mbak jemput.”
“Tumben mbak? Ada apa?”
“Enggak, cuman mau makan siang bareng. Gak salah ‘kan?”
Aku menggeleng pelan “Kalau mbak yang traktir aku mah siap-siap ajah.” Jawabku penuh harap.
“Hahaha tenang ajah, mbak yang ajak pasti mbak yang traktir.”
Senyuman sumringah terukir di bibirku. Asikk makan gratis. Siapa yang tidak suka gratisan? Tentu semuanya suka dengan hal gratis, yang pasti semuanya halal
Tak sengaja mataku bertubrukan dengan mata mas Dylan dibalik spion depan. Segera ku paling ‘kan wajah ku mengarah keluar jendela samping
’Astaga! Kenapa harus pas bangat sih!’ Gerutu ku dalam hati. Melihat matanya saja sudah buah jantung ku ingin lompat dari tempatnya!
Sadar Ifa! Sadar! Dia suami mbak mu! Jangan menginginkan yang tidak-tidak! Huh! Ku hembuskan nafas kasar.
“Ifa, uang bulanan mu masih ada ‘kan?” Mbak indah kembali bertanya
“Ma.. masih kok mbak.” Aku masih terkejut dengan tatapan mas Dylan tadi. Ku coba kembali melihat ke arah spion depan.
Deg..
Lagi, tatapan kami bertemu. Ku lihat mas Dylan cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
Apa ini hanya perasaan ku saja, atau??? Hah! Lagi-lagi jantung ku berdetak cepat. Jangan-jangan aku benar-benar... Huh! Tidak mungkin lah
Siapa juga yang menyukainya! Wajahnya yang dingin tentu tidak masuk dalam kriteria suami yang ku cari
Aku juga tidak terlalu suka pada nya. Punya Istri yang cantik tapi masih lirik sana lirik sini. Minta dicolok matanya! Andaikan aku berani!
“Kalau kurang bilang yah.”
“Apa-apaan sih mbak, aku bisa cari uang sendiri kok.” Gerutuku. Mana mau aku dibilang manja hanya minta-minta uang.
“Bukan gitu, mbak cuman nawarin ajah.” Aku hanya mengangguk menanggapi
Tak berapa lama akhirnya sampai juga di kampusku, aku turun dari mobil lalu mendekati jendela samping mbak Indah, ku tundukkan kepala ku
“Mbak Aku masuk dulu yah.”
Mbak Indah mengangguk “Iya yang semangat kuliahnya.”
“Hehe harusnya aku yang bilang gitu mbak. Semangat kerjanya. Aku masuk dulu yah Assalamu'alaikum.”
“Wa'alaikum salam.”
Sengaja ku lirik mas Dylan yang nampak melirikku juga lalu memalingkan wajah saat bertatapan dengan ku. Aku mendengus dan menjauhi mobil.
Aku masih berdiri sampai mobil mewah yang dikendarai mbak dan mas Dylan pergi
Dor..
Ku lihat teman seperjuangan anak kost datang dari belakang ku. Bukannya kaget ku tatap dengan tatapan datar
“Isshh gak asik ah lu.” Ucap nya menggerutu
“Yee lagian lu, kalau datang tuh salam bukan dar.. dor.. dar.. dor.. Windaaa...” Ku tatap dengan tatapan sebal.
Yap namanya Winda, iya Winda tapi bukan Winda jadi-jadian. Namanya benar-benar Winda loh yah.
“Tadi lu di antar sama kakak ipar lu yah?”
“Iya.”
“Sama mbak mu ‘kan?”
“Ya iyalah, anti bangat gue satu mobil berdua dengan mas Dylan yang dingin nya minta ampun.”
“Yeeee sok-sokan gak sudi, paling-paling nanti kalau di ajak pasti langsung gaskan.”
Ku putar bola mata malas mendengar ucapan Winda “Udah yuk, kita masuk.”
.
.
Yah tentu kita tidak tau bagaimana masa depan akan terjadi. Satu menit bahkan satu detik saja masa depan tidak ada yang tau.
Dan begitulah juga dengan ku. Aku bukan tuhan yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Seandainya.. seandainya aku bisa melihat masa depan tentu ucapan yang aku katakan pada Winda waktu itu ingin aku tarik lagi.
Lihatlah sekarang wajah mengejeknya. Isshhh ingin sekali ku Opera wajahnya itu. Wajah sahabat seperjuangan ku itu seolah-olah mengatakan ‘Si paling anti tapi kalau di ajak Langsung ikut’ Sumpah pengen ku Tabok
Dengannya Setengah hati aku membuka pintu mobil depan samping kursi pengemudi. Setelah terbuka ku masukkan diriku didalam, sudah ada mas Dylan didalam, iyya cuman mas Dylan. Mbak Indah nya tidak ada
Setelah pintu tertutup, mas Dylan langsung tancap gas. Keadaan didalam mobil hening, sepi. Tak ada pembicaraan sepatah kata pun.
Ku lirik mas Dylan yang fokus dengan jalan raya. Tunggu, entah mengapa setiap melihat bagian samping wajah kakak ipar ku, aku selalu merasa tidak asing. Seperti.. pernah melihat sebelumnya?
Hmm mungkin cuman perasaan ku saja.
Aku yang mulai tidak menyukai suasananya pun membuka suara “Mas, mbak Indahnya kemana?”
Ku lihat mas Dylan Melirik ku sekilas lalu kembali fokus ke jalan “Dia sibuk.” singkat nya
Aku ber-oh ria, sudah ku duga jadi perawat di rumah sakit besar pasti sibuk. Untuk jam Makan siang pasti mereka lebih memilih makan di rumah sakit dari pada keluar yang akan membuang waktu.
Haisss gagal deh makan gratisnya!
Eh! Tapi ‘kan, mas Dylan itu dokter plus direktur rumah sakit? Apa tidak apa-apa dia meninggalkan pekerjaan nya begitu saja?
Sekali lagi ku lirik mas Dylan. Jujur saja mas Dylan memang sangat tampan, akan lebih bagus lagi jika dia sering-sering tersenyum. Pasti akan menambah kadar ketampanan nya
“Ada apa?”
“Hah?” Aku terkesiap. Tidak ku sangka mas Dylan memergoki ku curi-curi pandang padanya. Aku berdehem beberapa kali “Gak mas, cuman aku penasaran ajah.”
Mas Dylan nampak melihat ku dengan menaikkan sebelah alisnya, aku yakin dibalik Wajah nya ada pertanyaan ‘Penasaran akan apa?’
Aku yang mengerti pun segera menjawab “Mas gak sibuk? Ah! Maksud aku, kalau perawat seperti mbak Indah ajah sibuk apalagi dokter serta direktur rumah sakit seperti mas.” ku jelaskan pelan-pelan agar dia tidak tersinggung
“Aku bosnya. Terserah aku mau datang atau tidak.” Jawabnya sekenanya
Ku lihat wajah kakak ipar ku dengan wajah malas. Bukan itu Masalahnya! Anda itu direktur utama rumah sakit dan juga seorang dokter!! Setidaknya berilah contoh yang baik untuk bawahanmu! Hahh ingin sekali rasanya aku berteriak seperti itu, tapi sayang semuanya hanya tinggal di tenggorakan ku saja.
Sudahlah aku tidak ingin berbicara lagi! Lama-lama mulut ku bersabun berbicara dengan nya!
Tak lama mobil berhenti. Aku dengan cepat keluar dari dalam mobil, eh! tapi tunggu.. ini.. dimana..?
Ku lihat kami singgah di sebuah restoran bergaya Jepang, tapi... Untuk apa?
“Apa yang kau lihat, ayo masuk.”
“Tunggu dulu mas,” Ujarku membuat langkah kakak ipar ku berhenti. Ia berbalik melihat ku dengan tatapan bertanya-tanya “Kita kok kesini? Mbak Indah nya..?”
“Dia yang menyuruh ku membawamu makan. Jangan banyak tanya! Ayo masuk.” Ajaknya dengan wajah datar
Aku menghela nafas berat. Entah mengapa ada rasa tidak nyaman saat bersama kakak ipar ku, aku merasa dia selalu... Hmm memperhatikan ku?
Ku ikuti langkah kakak ipar ku memasuki sebuah restoran bergaya Jepang. Tak ada tempat kursi yang ada hanya tatami. Kalau orang Indonesia mah bilangnya tikar ajah deh.
Kami duduk saling berhadapan dengan meja yang membatasi. Aku masih canggung jika berdua saja dengan mas Dylan. Karena itu aku memilih untuk diam saja sembari memperhatikan semua hal yang ada di restoran ini.
Sumpah! Ini pertama kalinya aku datang ke restoran mahal bintang lima seperti ini. Beeeuuuhhh tidak sia-sia kecanggungan ku selama ini, kalau ujung-ujungnya dibawa makan ke Restoran bintang lima mah gaskan...
Seorang waiters datang membawa buku menu, aku hanya memilih yang menurut ku namanya bisa dicerna otakku.
Tak lama pesanan kami datang. Tak menunggu waktu lama langsung ku lahap makanan yang ada di depanku. Untunglah aku bisa pakai sumpit setidaknya aku tidak akan membuat diriku malu ditempat elit seperti ini. Tidak sia-sia aku nonton mukbang korea tiap hari, ilmu pakai sumpit akhirnya terpakai tidak hanya untuk mie instan.
Selesai makan, ku taruh sumpit Tersebut diatas meja.
“Wahhh kenyang bangat..” Celetukku tak sadar
“Baguslah.”
“Eh! Hahah terima kasih mas untuk makanan nya.” Ucap ku tersenyum canggung. Malunya.. mana tadi aku sempat ngelus perut buncit ku lagi!
“Asalkan makanannya habis dan kamu kenyang tidak ada yang perlu di beri terima kasih.”
Aku terdiam mendengar penuturan mas Dylan. Entah mengapa walaupun nada suara dan wajahnya datar, Namun seperti ada rasa senang di dalamnya. Dan menurutku mas Dylan cukup... Baik?
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Aida Murni
kayaknya mau dijadikan istri kedua nich. mungkin ada masalah dengan kandungan istrinya Dylan.
2023-10-24
0
Toko john 125
Dylan & lfa 🤔🤔🤔 sepertinya aku mencium sesuatu dibalik curi2 pandangnya Dylan kpd lfa 🤭🤭🤭
2023-03-16
2
Icha Octaviani
penuh teka teki
2023-03-15
0