Menyusul Indah

Winda menghela nafas panjang “Hidup lu gege abis, Fa! Udah kaya di novel-novel.” Celetuk nya

“Yah mau gimana lagi, kita gak tau takdir akan membawa kita ‘kan.” Mengaduk-aduk teh manis nya.

Akifa menghentikan tangan saat ia mengingat sesuatu, lantas ia sedikit memajukan badan “Lu tau dari mana gue punya hubungan sama mas Dylan?” Bisik Akifa

“Udah gue bilang ‘kan tadi, Keliatan oii.. di mobil tadi kalian kissing ‘kan, gak usah ngeles!” Mencebik! Bisa-bisanya Akifa melakukan hal itu dengan pintu mobil yang terbuka

“Loh? Bukannya jendela mobil mas Dylan gelap yah? Gak mungkin bangat kelihatan.”

“Memangnya sejak kapan gue bilang, gue lihatnya di kaca jendela? Oii suketi pintu mobil lu tadi kebuka, untung ajah sepi cuman gue sama satpam doang!”

Perkataan Winda sontak membuat sedotan yang ia pegang jatuh kedalam minuman “Lu gak bercanda ‘kan?”

“Cih! Buat apa coba gue bercanda! Ck tenang ajah sih, kalau pun ada yang lihat yah mereka paling-paling cuman heboh doang lu dapat laki modelan bule. Kan gak ada yang tau kalau mas Dylan itu suaminya mbak Indah.” Seru Winda

Lagi, Akifa terdiam. Ia merasa aneh. Dirinya baru sadar kalau selama ini tidak ada orang di kampus yang tau kalau Indah dan Dylan sudah menikah! Bukan! Bukan itu! Tapi ia kembali teringat dengan kejadian di rumah sakit satu bulan yang lalu.

Mungkin kalau di kampus akan wajar jika tidak ada yang tau pernikahan Indah dan Dylan, karena mereka memang bukan alumni dari kampus yang sekarang Akifa tempati, tapi bagaimana bisa di rumah sakit yang notabene nya adalah tempat kerja kedua orang itu tapi tak ada satupun yang tau mengenai hubungan keduanya?

Ada yang salah!

Apa mungkin ada kaitannya dengan Indah yang tiba-tiba menyuruh nya menikah dengan Dylan?

“Woi.. lu ngelamunin apaan!”

Akifa tersentak, mengelus dada “Astagfirullah Winda... Untung gue gak punya riwayat penyakit jantung! Huh!”

“Hehe sorry.. tapi lu ngelamunin apaan?”

Akifa menggeleng pelan “Gak ada!” Dia tak ingin mengatakan sesuatu yang belum pasti. ”Jangan kasih tau orang lain tentang gue yang udah nikah sama mas Dylan.”

Mengangkat jempol “Tenang ajah, gue gak lambe kok. Rahasia terjaga!” Memberikan gerakan seperti mengancing resleting tepat di depan bibir

.

.

Hari-hari berlalu, dua bulan ini tak ada satu pun kabar dari Indah. Akifa gelisah, dia tidak tau harus bagaimana. Sudah dia coba berulang kali untuk menghubungi kakaknya namun hanya suara operator yang terdengar.

Akifa bahkan sudah bertanya pada Dylan, namun Suaminya hanya diam sembari mengedikkan bahu dan menjawab “Mungkin mbakmu hanya sibuk.” Jawaban yang sama sekali tidak memuaskan bagi Akifa

Tiba-tiba perasaan nya tidak enak saat memikirkan Indah. Ia teringat dengan percakapan mereka terakhir, dimana Indah memberikan beberapa wejangan kepadanya tapi hanya dianggap angin lalu oleh Akifa karena ia sudah biasa mendengar wejangan nya.

Menggigit ujung kuku jempol, sambil sesekali melirik ponsel. Ia menyandarkan badan di pan ranjang

“Mbak, sebenarnya kamu kenapa sih?” Gumam Akifa resah, ia tak tau harus bagaimana. Menghampiri Indah ke Singapura? Yang benar saja, dia tidak punya biaya.

Saat asik melamun tiba-tiba..

Brakk..

Akifa terjengkang kaget saat pintu kamar dibuka kasar “Astagfirullah mas.. ada apa?” Mengelus dada

Dylan dengan ragu berjalan mendekat “Mau ketemu mbak mu?” Tanya Dylan

Mata Akifa berbinar saat mendengar nya “Mau mas!” Jawabnya semangat

Dylan mengulas senyum lantas ia pun berkata “Baiklah. Ayo kita pergi.” Menarik tangan sang istri

Akifa terdiam “Ke Singapura?”

“Kemana lagi Akifa...” Memanjangkan Kalimat

“Lah cuman pakai piyama doang? Terus malam-malam gini? Kenapa gak sekalian besok ajah?” Walaupun ia berkata seperti itu, namun dalam hati Akifa sudah tidak sabar. Untuk pertama kalinya ia akan keluar negeri

“Tidak usah dipikirkan. Kita pakai pesawat pribadi, terus cuman malam ini waktu yang tepat! Ayo, mau pergi atau tidak?”

Sontak Akifa berdiri “Pergilah mas! Ayo!” Ia menarik tangan Dylan bersemangat

“Iya.. iya.. bawa switer, diluar dingin.” Teriak Dylan namun yang diteriaki sudah tak terlihat. Dylan menggeleng pelan lalu mengambil switer nya di dalam lemari.

Menghela nafas panjang, ia tersenyum miris. Detik kemudian, Dylan keluar dari dalam kamar sembari membawa pakaian ganti untuk nya dan juga untuk istrinya.

.........

Mereka berdua turun dari dalam mobil dengan pakaian yang sudah berganti. Hari sudah pagi, setelah mendarat semalam di Singapura, keduanya Langsung ke hotel untuk beristirahat

Akifa berdecak kagum melihat bangunan-bangunan yang dilewati mobil tadi “Foto-foto dulu ahk, terus kasi liat ke Winda biar dia kesedek!” Memgambil ponsel lalu befoto

Dylan geleng-geleng kepala “Ayo, mau ketemu mbak mu ‘kan.”

Menggaruk tengkuk yang tak gatal “Kita mau kemana?”

“Katanya ingin bertemu mbak mu.”

Menepuk jidat “Iya yah. Heheh lupa..” Ia terlalu senang bisa pergi keluar negeri sampai lupa tujuan awalnya “Memangnya mbak Indah dimana?”

Menunjuk sebuah bangunan besar didepan “Didalam sana.”

Akifa mengikuti arah yang ditunjuk oleh Dylan “Rumah sakit? Apa mbak Indah masih kerja? Mending kita jangan ganggu.”

“Jangan banyak tanya. Ayo cepat kita masuk.” tenpa mendengar jawaban istri nya, Dylan sudah lebih dulu menarik tangan Akifa

Akifa hanya diam dan melangkah bersama. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mereka saat sudah masuk kedalam rumah sakit. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing

‘Sebentar lagi aku bakalan ketemu sama mbak Indah. Tapi.. memang nya gak apa-apa kalau mbak Indah lihat kami bergandengan tangan?’ Melirik tangan nya yang digenggam erat oleh sang suami.

Ia membayangkan bagaimana kalau saat masanya tiba, dimana Dylan dan Akifa sudah tak lagi bersama. Tangan yang sedang menggenggamnya pasti akan Menggenggam tangan wanita lain.

Tanpa sadar ia mengeratkan genggaman tangannya. Ada rasa tak rela hanya membayangkan apa yang ia pikirkan

Dylan yang merasa genggaman tangan istrinya tiba-tiba menguat lantas menoleh melihat kedua tangan mereka, lalu melihat istrinya yang tengah melihat kedepan.

Dylan tersenyum tipis. Ia pun mengeratkan genggamannya dan menarik sang istri lebih dekat dengannya. Akifa menurut ia tersenyum melihat suaminya.

Akifa tidak akan memikirkan hal yang belum akan terjadi. Hari ini yah hari ini, masa depan yah masa depan. Biarlah berjalan semestinya, nanti baru ia pikirkan bagaimana harus menyelesaikan masalah yang terjadi di masa depan.

Mereka tiba di depan sebuah ruangan. Terlihat seorang dokter disana “Doctor Dylan... you finally arrived.” (Dokter Dylan.. akhirnya anda tiba). Sapa dokter tersebut

Dylan tersenyum tipis “Sorry doctor William, I just arrived even though you've been calling me since last night.” (Maaf dokter William, saya baru sampai padahal anda sudah menghubungi saya dari semalam)

“It's okay, it's a matter of Indah.” (Tidak apa-apa, ini masalah tentang Indah) Tiba-tiba raut wajahnya terlihat tidak mengenakkan.

Dylan pun sama, raut wajahnya terlihat rumit dan tidak bisa dibaca. Akifa yang sedari tadi diam akhirnya buka suara, begini-begini dia juga bisa bahasa Inggris

“Sorry doc, but what about my sister?” (Maaf dok, tapi ada apa dengan kakak saya?)

Dokter William hanya terdiam, pria berambut pirang itu melihat Dylan. Sedangkan yang dilihat tersenyum “Let me explain later. Thank you for the doctor's help.” (Biar saya yang menjelaskannya nanti. Terima kasih atas bantuan dokter) Menepuk pundak dokter William

Setelah berpamitan, dokter William pun pergi dari sana. Akifa melihat Dylan dengan wajah yang menuntut penjelasan

“Kenapa dokternya dibiarkan pergi mas? Kenapa dengan mbak Indah? Gak ada yang salah ‘kan? Mbak Indah kerjanya lancar-lancar ajah ‘kan?” segala rentetan pertanyaan dilontarkan.

Perasaan Akifa tidak enak, ada yang mengganjal. Ia takut Indah kenapa-napa. Belum ada apa-apa air matanya sudah menggenang di pelupuk mata. Matanya berkaca-kaca

Dengan lembut Dylan memegang pundak Akifa “Dengarkan mas, nanti setelah ketemu Indah jangan buat keributan. Biarkan para dokter Bekerja terlebih dahulu.” Ucapnya Dengan nada lembut

Akifa yang tidak mengeri hanya mengangguk sebagai jawaban. Dylan mengusap mata istri nya yang sudah menggenang air mata “Jangan menangis. Ayo.” Menarik tangan Akifa masuk kedalam ruangan yang ada di depannya

Kening Akifa berkerut saat mereka masuk kedalam “Mana mbak Indah nya mas?”

Dylan hanya tersenyum tanpa menjawab, ia menarik tangan Akifa lalu memakai kan sebuah pakaian khusus.

“Ma.. mas..” Tiba-tiba perasaannya kembali tidak enak. Kenapa tiba-tiba mereka harus memakai pakaian khusus?

Dylan sekali lagi hanya diam tanpa menjawab, pria itu lantas menarik tangan istrinya untuk masuk kedalam ruangan ICU

“Kuatkan hati mu.” Berbisik di telinga Istri nya

Walaupun heran Akifa tetap mengangguk. Mereka pun masuk kedalam

Deg..

“M.. mbak?” Air mata Akifa merembes deras. Ia melepas genggaman tangan Suaminya lalu menuju ke pembaringan

Terlihat Indah disana berbaring sembari menutup mata

“Mbak? Mbak Indah? Ba.. bagaimana bisa?”

Perlahan kelopak mata Indah terbuka dengan sangat lemah “Dek? Ifa..” Lirihnya

“Iya mbak, hiks.. apa maksud nya ini mbak hiks..” Menggenggam tangan Indah

.

.

.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️

...Penjet tombol Subscribe nya...

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

kasihan sekali Indah sakit, tapi suaminya malah cuek malah istri .Ifa selalu yg diperhatikan

2023-11-11

0

Tasya

Tasya

aku jadi penasaran deh tor

2023-04-01

1

Icha Octaviani

Icha Octaviani

indah sakit keras ?
tpi knpa dylan seolah tdak perduli n sllu dingin ?

2023-04-01

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!