Di kampus, tampak Distha duduk di bangku taman seorang diri. Ia menunggu Danisha juga Prasta. Ia melihat jam di tangannya, 09.30. Diambilnya handphone dari dalam tas nya, ada beberapa pesan masuk diantaranya dari Danisha. Lalu dibukanya pesan dari Danisha, sesaat dia tersenyum dan membalas pesan dari sahabatnya itu.
Setelah itu, Distha beranjak menuju ke kantin. Ia memesan makanan dan minuman terlebih dulu. Sambil menunggu pesanannya siap, ia berjalan ke sebuah bangku yang berada di pojok kantin. Ia pun duduk, menunggu pesanan dan juga sahabatnya datang.
Kriiiing..
Nada dering panggilan masuk terdengar dari handphone Distha. Dilihatnya layar handphone nya, Saka memanggil.
" Yes, ada apa Ka ? "
" Kamu di kampus ? " tanya Saka di seberang sana
" Iya, kenapa ? Kamu ga ada kuliah kan hari ini ? " sahut Distha
" Ga ada. Uummm.. Danish udah datang belum ? "
" Belum, ini aku lagi nunggu dia di kantin. Nunggu si Prasta juga, " jawab Distha.
" Kirain Danish udah di kampus. Aku hubungi handphone nya ga diangkat. Mungkin masih di jalan. Eh, entar kalian kelar kuliah, kita jalan yuk, " ajak Saka
" Kemana ? " tanya Distha
" Terserah. "
" Ambigu kamu Ka, ngajak jalan tapi ga tau kemana, " tukas Distha
" Aku lagi pengen banget jalan bareng kalian. Ya udah entar aja ketemu di kampus, bye.." kata Saka menutup sambungan teleponnya.
Distha menarik napas kasar, apa coba maksudnya ni anak, gumamnya.
Tak berapa lama, pesanan Distha datang. Pisang goreng dan es jeruk manis.
Distha menyeruput es jeruk manisnya.
" Wooyyy.. kok sendirian ? Danish mana ? " Prasta tiba-tiba sudah duduk di hadapan Distha sambil mencomot pisang goreng.
" Eeiittss...apaan sih Pras, main comot aja. Cuci tangan dulu lah ! " kata Distha kesal.
" Enak aja, udah kali ! Aku baru dari toilet kok, " sahut Prasta.
" Danish kok belum datang, Dis. Dia siaran pagi kan, mestinya jam 08.00 dah kelar, " ujar Prasta kemudian.
" Udah on the way kemari dia, tunggu aja, " jawab Distha santai.
" Pras, entar pulang kuliah kamu ga ada kerjaan sama Kak Mitha kan ? " Distha bertanya pada Prasta sambil mengunyah pisang goreng.
" Belum tau sih, biasanya kakak kamu suka ngasih kabar mendadak kalo ada kerjaan. Kenapa emangnya ? " Prasta balik bertanya
" Saka ngajak jalan, " singkat Distha.
" Kemana ? "
" Ga tau juga, ambigu, hehehe..." kekeh Distha.
" Keknya tadi pagi dia ngantar Danish ke studio siaran. Dia agak khawatir sama Danish, " ujar Prasta sambil memainkan handphone nya.
" Oh ya ? Khawatir kenapa Pras ? "
" Khawatir kalo Danish pingsan kek dulu, "
" Tapi kemarin Danish terlihat baik-baik aja kan ? " tanya Distha ikut khawatir juga.
" Ini tadi Danish juga bilang kalo dia naik motor dari studio, " kata Distha kemudian.
" Kurang tau juga Dis, " Prasta berkata sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
" Hai ! Kalian nunggu lama ya.. sorry, tadi macet, " tiba-tiba Danisha muncul di hadapan mereka dan langsung duduk di sebelah Distha.
" Danish, kamu ga papa kan ? " tanya Distha sedikit khawatir.
" Aku kenapa emang ? Aku ga papa, " jawab Danisha bingung.
" Syukurlah.. kamu naik motor ? " tanya Prasta
" Ya iyalah Pras, kalian kenapa sih.." Danisha bingung dengan sikap kedua sahabatnya
" Ga.. ga papa kok, " kata Distha tersenyum.
" Bentar, aku mau pesan teh manis panas dulu. Kamu ga minum Pras ? " tanya Danisha pada Prasta. Ia tak melihat gelas minum di hadapan Prasta karena itu ia menawarinya.
" Uumm.. kamu disini aja, biar aku yang pesan, " sahut Prasta.
" Baiklah, makasih Pras, " kata Danisha tersenyum lebar, lagi-lagi memperlihatkan lesung pipinya.
Prasta pun bergegas memesan teh manis panas untuk Danisha dan mengambil air mineral dingin di kulkas yang tersedia di ruangan kantin tersebut.
Sesaat kemudian, penjaga kantin menyerahkan pesanannya pada Prasta dan ia pun langsung membayar minumannya itu.
Prasta bergegas kembali menemui sahabatnya di tempat duduk mereka tadi dan meletakkan teh manis panas di atas meja di hadapan Danisha.
" Makasih Pras, " ucap Danisha.
" Sama-sama " jawab Prasta.
" Entar selesai kuliah, kamu ada acara Danish ? " tanya Distha sambil menyeruput minumannya.
" Saka ngajak kita jalan, " lanjut Distha.
" Kemana ? " Danisha balik bertanya
" Belum tau, si Saka ambigu, ngajak jalan tapi ga tau kemana, " Distha berkata sedikit kesal.
Danisha terkekeh, " Saka selalu begitu, sering ambigu. Kek semalam nih, tiba-tiba dia udah aja di depan studio trus ngeyel ngantar aku pulang. Padahal dia tahu aku bawa motor. Entahlah, akhir-akhir ini dia suka aneh, " cerita Danisha sambil mengedikkan bahu dan menyeruput perlahan teh manis nya yang sudah menghangat.
Prasta dan Distha saling berpandangan mendengar cerita Danisha. Mereka paham apa yang dilakukan Saka. Seperti yang Prasta bilang, Saka khawatir dengan kondisi Danisha. Tapi mereka juga mengerti, Danisha anak yang keras kepala. Ia paling tidak suka jika sahabat-sahabatnya terlalu mengkhawatirkannya.
Seperti saat ini, wajah Danisha terlihat sedikit pucat. Tapi ia mengatakan pada sahabatnya bahwa ia baik-baik saja.
********
Sementara itu di salah satu ruangan kantor sebuah Wedding Organizer, seorang cowok sedang asyik dengan kameranya. Ia sedang melihat hasil jepretan foto pre wedding klien nya, tepatnya klien kakaknya, Sandra.
Setengah jam lagi ia ada janji bertemu dengan kliennya untuk memilah foto yang akan dicetak dan dipajang di acara pernikahan mereka.
Ia pun sudah mempersiapkan hasil jepretannya di laptop miliknya yang selalu ia bawa kemana pun.
" Ka, sudah kamu siapkan foto-foto pre wed beberapa hari yang lalu ? " tiba-tiba Kak Sandra berdiri di pintu ruangan Saka.
" Owh iya Kak, udah siap kok. Mereka udah datang ? " tanya Saka balik.
" Belum, tapi mereka udah on the way ke sini. Mungkin 10 menit lagi mereka sampai, " kata Kak Sandra.
" Ok, Kak. Suruh mereka langsung naik ke sini aja Kak, " ujar Saka.
" Iya iya.. ya udah Kakak turun dulu, " sahut Kak Sandra.
Saka pun mengangguk dan mengacungkan jempolnya pada Kak Sandra tanda mengiyakan.
Sambil menunggu kedatangan klien nya, Saka mengambil handphone nya yang ia letakkan di atas meja kerjanya. Ada pesan dari Prasta yang mengabarkan jika Danisha sudah sampai di kampus. Prasta juga memberitahu kondisi Danisha yang terlihat baik-baik saja namun wajahnya sedikit pucat.
Saka menghela napas sedikit kasar, terlihat kekhawatiran di wajahnya. Entahlah, sejak kejadian Danisha pingsan 2 bulan lalu membuat Saka selalu mengkhawatirkan Danisha.
Saka sendiri tidak tahu mengapa akhir-akhir ini ia begitu mengkhawatirkan Danisha, gadis yang sudah ia kenal dekat sejak di bangku SMA itu. Selain itu, ia sangat nyaman dan bersemangat bila dekat dengan gadis berlesung pipi itu.
Hey, ada apa denganmu Saka ? Apakah Danisha sudah mulai mencuri hatimu ? Ah, entahlah.. batin Saka gelisah.
Tok tok tok..!
Suara ketukan pintu mengagetkan Saka, menyadarkan Saka dari lamunannya. Ia pun tersenyum, berdiri menyambut tamu yang sudah ditunggunya.
" Hello, silahkan masuk Mas Tyo & Mbak Sisy. Maaf, sedikit berantakan, " sapa Saka mempersilahkan kliennya masuk ke ruangannya sambil membereskan beberapa kertas yang ada di mejanya.
" Makasih Mas Saka. Jadi gimana Mas, bisa langsung kita melihat dan memilih hasil foto pre wed kemarin ya.." ucap Tyo
" Tentu bisa Mas Tyo. Mari, silahkan, " kata Saka sambil menunjukkan laptop nya yang didalamnya terdapat foto-foto pre wed mereka.
Mereka pun terlihat asyik melihat dan memilah foto-foto yang bagus untuk dicetak dan dipajang di acara pernikahan mereka yang akan berlangsung dua minggu lagi.
Ketika mereka sedang asyik melihat dan memilah foto-foto, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang di ruangan itu.
" Permisi.."
Seketika ketiga orang yang berada di ruangan itu beralih pandangan ke arah sumber suara.
" Indira... " ucap ketiga orang itu hampir bersamaan.
" Lho, Saka.. ?! " Gadis yang bernama Indira itu terkejut melihat Saka.
Indira berjalan masuk mendekati ketiga orang tersebut.
" Kamu kenal dengan Saka ? " tanya Tyo pada Indira.
" Ya iyalah Mas.. dia ini kan.. "
" Kami teman satu sekolah di SMP, Mas, " tukas Saka memotong perkataan Indira.
" Owh.. jadi kalian teman di SMP ya.. Sorry, sepertinya aku memang ga tau pertemanan kalian. Karena pada waktu adikku ini sekolah SMP, aku pergi ke Singapore melanjutkan kuliah di sana, " kata Mas Tyo kemudian.
" Iya Mas Tyo benar, " jawab Indira sambil melirik ke arah Saka.
Saka terlihat canggung dilirik oleh Indira.
" Jadi, boleh tidak aku ikut duduk disini ? " tanya Indira
" Owh iya, tentu saja. Silahkan, " ucap Saka canggung mempersilahkan Indira duduk.
Indira pun duduk disamping kiri Sisy, calon kakak iparnya.
Tyo dan Sisy kembali serius memilah foto-foto hasil jepretan Saka, dan Saka pun menandai foto-foto yang sudah dipilih oleh kedua calon pengantin itu.
Dan akhirnya setelah 1 jam lebih mereka berkutat dengan foto-foto pre wed dan sedikit berdiskusi, mereka pun mengakhiri pertemuannya dengan kesepakatan foto-foto yang akan dicetak dan dipajang pada saat akad nikah dan resepsi pernikahan.
Tyo dan Sisy terlihat puas dengan hasil jepretan Saka dan mereka pun berpamitan.
" Ayo Indira kita pulang, atau kamu masih mau ngobrol dulu sama Saka ? " tanya Tyo kepada Indira, adiknya.
" Uummm.. Mas Tyo dan Mbak Sisy bisa tunggu di bawah sebentar ? " Indira meminta kakaknya untuk menunggunya di lantai bawah.
" Baiklah, jangan lama-lama ya Dira. Kita mau mengambil cincin pernikahan di toko emas yang tempatnya lumayan jauh dari sini. Nanti keburu macet jalannya, " kata Sisy mengingatkan calon adik iparnya.
" Iya, Mbak. Ga lama kok, " sahut Sisy
Tyo dan Sisy pun beranjak pergi dari ruangan Saka. Setelah mereka pergi, Indira pun menatap Saka yang sedang sibuk membereskan laptop dan kertas-kertas di mejanya.
" Uummm.. apa kabarmu Ka ? " tanya Indira membuka obrolan.
" Baik, seperti yang kamu lihat, " jawab Saka sambil terus sibuk dengan laptop nya, tanpa melihat ke arah Indira.
Sesaat Indira tersenyum, menghela napas perlahan dan berkata, " Ga nyangka ya, ternyata fotografer yang dipakai kakakku untuk foto-foto pre wed nya itu kamu. Mas Tyo hanya bilang kalo dia memakai 'Karunia WO'. Ini... "
" Ini WO punya kakakku. Aku cuma karyawan di sini, " potong Saka sambil menatap Indira tajam.
" Jika sudah tidak ada yang ingin kau katakan, kau boleh pergi. Maaf, aku masih ada urusan lainnya di luar, " sahut Saka masih menatap Indira.
" Owh baiklah, maaf sudah mengganggu waktumu. Mungkin lain waktu kita bisa bertemu kembali untuk ngobrol, jika kamu senggang tentunya, " ujar Indira berharap.
" Maaf, sepertinya aku sibuk. Silahkan, " tolak Saka halus dengan tangan menjulur ke arah pintu mengisyaratkan agar Indira segera keluar ruangan dan pergi dari tempat itu.
" Baiklah, tapi sepertinya kita akan bertemu di hari pernikahan Mas Tyo. See you Saka.." pamit Indira beranjak pergi dari ruangan Saka. Masih terdengar oleh Saka derap langkah sepatu heels milik Indira hingga sayup-sayup tak terdengar lagi.
Tbc
**Hellooww beloved readers 😘😘 thank you masih berkenan membaca karya receh ini.. Jadi, siapakah Indira ? Ada hubungan apakah dengan Saka ? lalu bagaimana dengan Danisha dan sahabat2nya ? sepertinya sayang2kuh musti sabar yaa menanti cerita selanjutnya 🤗🤗**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Momma
indira mantannya Saka ya
2021-06-07
1
Momma
author imoet... 👍 jd inger masa lalu... suka dengerin radio sambil request lg... kirim² lagu... uda lama ga dilakukan lg... uda kasih vote ya... skrg mau nostalgia dulu...
2021-06-07
1
tama fillante 😎
hmmm barisan yang mnyeramkan...
2021-01-26
1