Mas Rendra benar-benar panik. Dengan sigap ia membopong tubuh Danisha dan membawa keluar dari ruangannya.
Ia membaringkan tubuh Danisha di sofa panjang yang ada di ruang tengah. Ia berteriak memanggil Yogi dan Kak Ella yang memang diketahuinya masih ada di studio.
Karena ini hari Sabtu, para staff yang lain hanya bekerja setengah hari. Jadi bisa dipastikan mereka sudah tidak ada di kantor saat ini. Sementara itu Tomi, si office boy pasti saat ini sedang keluar untuk makan siang.
Yogi sedang di ruang siaran menemani Kak Ella yang sedang on air. Mereka tak mendengar teriakan Mas Rendra karena ruang siaran kedap suara. Tiba-tiba Mas Rendra menggedor kaca pembatas ruangan dan membuka pintu ruang siaran sambil berkata, " Yogi, Kak Ella tolong.. Danish pingsan, " ujar Mas Rendra masih dengan wajah paniknya dan napas tersengal.
" Hah ? Kok bisa Mas ? Dimana dia ? " tanya Kak Ella khawatir dan ikut panik.
Mereka bertiga pun berlari menuju ruang tengah tempat Mas Rendra membaringkan Danisha.
" Sini biar aku yang oleskan minyak kayu putih, Mas, " kata Kak Ella dengan membawa sebotol minyak kayu putih dan mendekat pada Danisha yang masih terbaring tak bergeming.
Ia pun mulai mengoleskan minyak kayu putih di sekitar lubang hidung Danisha. Juga mengoleskannya di kedua telapak tangan dan kaki Danisha. Tak lupa, ia mengoleskannya di leher dan dada Danisha dengan hati-hati tanpa membuka hijab yang dipakai Danisha.
Tiba-tiba Tomi muncul dan ikut terkejut melihat Danisha terbaring di sofa.
" Tom, tolong buatkan teh hangat yaa.. buruan, " suruh Kak Ella pada Tomi.
Tomi pun mengangguk dan segera beranjak ke pantry membuatkan teh hangat untuk Danisha.
" Yogi, tolong handle ruang siaran yaa.. " Mas Rendra memerintahkan Yogi untuk handle ruang siaran sementara, karena Kak Ella sedang membantu merawat Danisha.
" Siap Mas, " jawab Yogi singkat dan berlalu menuju ruang siaran.
Tomi kembali dengan membawa segelas teh hangat dari pantry.
" Mbak Danish sepertinya kambuh sakitnya, " kata Tomi.
" Sakit ? Kambuh ? " tanya Mas Rendra menatap Tomi mencari jawaban atas perkataan nya.
" Kalo setahuku, Danish sering mengeluh pusing dan nyeri di kepalanya, Mas, " tutur Kak Ella sambil memijat-mijat lengan dan kaki Danisha.
" Tapi katanya ga papa setelah minum obat. Tomi yang biasa disuruh membelikan obatnya. Iya kan, Tom ? " lanjut Kak Ella.
Tomi mengangguk.
Mas Rendra mengusap wajahnya dan menengadahkan kepalanya sambil membuang napasnya kasar.
Tiba-tiba terdengar erangan lirih Danisha. Ia mulai menggerakkan tangan dan kepalanya.
Dipegangnya kepala dengan kedua tangannya.
" Aaarrrgghhh... aduh sakit banget, " kata Danisha lirih dengan suara parau.
Matanya mengerjap dan dibukanya perlahan.
" Alhamdulillah.. kamu udah sadar, Danish, " ucap Kak Ella dengan raut muka lega.
Mas Rendra bergegas mendekat ke tempat Danisha. Dilihatnya perempuan yang berhasil mencuri hatinya sedang berusaha membuka matanya dan mengumpulkan kesadarannya.
Danisha sudah membuka matanya, diedarkannya pandangannya ke seluruh ruangan dan ia pun perlahan mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Lalu pandangannya berhenti tepat pada laki-laki tegap di sampingnya yang sudah membuat hatinya bergetar.
Dengan wajah sayu namun tetap tersenyum lembut, Mas Rendra pun menatap Danisha. Kemudian Danisha melihat Kak Ella dan Tomi yang ada di hadapannya. Mereka berdua pun menghela napas pelan dan tersenyum melihat Danisha yang baru saja tersadar dari pingsannya.
" Kak Ella, aku pingsan ya ? Duh, maaf ya.. aku merepotkan kalian, " kata Danisha, ia berusaha bangun dari posisi berbaringnya. Namun kepalanya masih terasa nyeri, ia meringis dengan tangan memegang kepalanya.
" Danish, udah jangan bangun dulu kalo masih pusing, " tukas Mas Rendra, tangannya menahan Danisha supaya tetap berbaring. Namun tetap tak dihiraukannya.
Posisi Danisha sekarang sudah duduk dengan kepala menyandar di sandaran sofa.
" Kamu kenapa sih Danish, kok ga bilang sama kakak kalo lagi sakit. Biasanya kamu cerita sama kakak kalo sedang tidak enak badan, " ujar Kak Ella. " Ini diminum dulu teh hangatnya biar badan kamu enakan, " ujar Kak Ella kemudian menyodorkan segelas teh hangat yang sudah dibuat Tomi.
Danisha pun meminum teh hangat tersebut dibantu Kak Ella.
" Maafkan Danish Kak dan terima kasih, " kata Danisha menundukkan kepalanya.
Kak Ella kembali tersenyum menatap Danisha.
" Ga perlu minta maaf dan ga perlu berterima kasih seperti itu. Kami hanya benar-benar panik tadi, terutama Mas Rendra, " tutur Kak Ella sambil melihat ke arah Mas Rendra.
Danisha mendongakkan kepalanya menatap Mas Rendra yang berdiri di hadapannya.
Laki-laki yang sudah mengungkapkan perasaannya itu berjongkok menyamakan posisinya dengan Danisha. Kali ini posisi wajah mereka sejajar. Pandangan mereka bertemu. Danisha dapat melihat dengan jelas ungkapan kekhawatiran pada raut wajah dan kedua mata bening laki-laki yang menjadi manager nya itu.
" Maafkan aku yang tak menyadari jika kamu dalam kondisi tak baik. Mulai sekarang aku janji, aku akan lebih peka dengan apapun dan bagaimanapun keadaan kamu, " ucap Mas Rendra dengan tatapan sayu merasa bersalah. " Masih pusing ? " tanya Mas Rendra kemudian.
" Uummm.. " Danisha melirik ke arah Kak Ella. Ia tak melihat Tomi di ruangan itu.
" Uummm.. aku ga papa kok, sudah mendingan pusingnya. Aku mau pulang sekarang. Maaf dan terima kasih, sudah merepotkan kalian, " Danisha tersenyum dan buru-buru bangkit dari duduknya. Namun, tiba-tiba dia mengerang sambil memegang kepala dengan kedua tangannya.
" Auuwwww.. aarrghhhh...! " Danisha kembali terduduk, ia meringis kesakitan.
" Danish ! " Mas Rendra dan Kak Ella terkejut melihat Danisha yang kesakitan.
" Please Danish, sekali ini saja kamu jangan keras kepala. Istirahat dulu disini, paling tidak setelah nyeri kepalamu mereda. Sebaiknya kamu makan dulu, belum makan siang kan ? " kata Mas Rendra memohon.
Kak Ella berlari ke ruang siaran dan kembali membawa paper bag. Dikeluarkannya beberapa kotak bekal dari dalam paper bag nya.
" Ini, makanlah ini dulu buat mengganjal perutmu yang kosong, " kata Kak Ella memberikan kotak bekalnya yang berisi beberapa potong croissant sandwich ukuran kecil dan sekotak potongan buah melon.
" Ini bekal Kak Ella, nanti Kak Ella gimana makan siang nya.. biar Danish order makanan aja Kak, " ucap Danisha.
" Danish, please.. makanlah ini, Kak Ella tadi udah makan 1 sandwich dan ini masih ada buah pepaya juga di kotak ini. Kamu tenang aja ya.. ayo makanlah. Kakak mau balik on air lagi, " kata Kak Ella memaksa, lalu beranjak menuju ruang siaran.
" Please Danish, makan yaa.. atau perlu aku suapi ? " Mas Rendra pun mengambil potongan buah melon dengan garpu kecil yang ada di dalam kotaknya kemudian diberikan pada Danisha.
" Aaa... buka donk mulutnya, " ucap Mas Rendra, tersenyum meminta Danisha membuka mulutnya.
Danisha pun membuka mulutnya menerima suapan potongan buah melon dari Mas Rendra. Ia tersenyum tersipu atas perlakuan Mas Rendra padanya.
Ada rasa senang, bahagia di hatinya. Ditatapnya Mas Rendra yang selalu tersenyum lembut dengan mata beningnya. Danisha seolah tak ingin kehilangan pesona laki-laki ini, yang selalu membuat hatinya bergetar indah.
Kamu,
Kenapa aku tak bisa menolak apapun permintaanmu
Kenapa aku tak bisa menolak pesonamu
Sungguh,
Bergetar kurasa hatiku
Aku mendengarmu
Saat kau ungkapkan segala rasa hatimu padaku
Haruskah aku berkata bahwa aku mau menjadi takdirmu ?
********
Setelah melalui perdebatan kecil, akhirnya Danisha tidak bisa menolak Mas Rendra yang akan mengantarkannya pulang.
Di dalam mobil, Danisha menyandarkan kepalanya yang masih sedikit nyeri. Ia berusaha memejamkan matanya ingin meredam rasa nyeri di kepalanya dan mengistirahatkan tubuhnya barang sejenak.
Mas Rendra mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia akan mengajak Danisha untuk singgah makan terlebih dulu.
Sekitar 20 menit perjalanan, Mas Rendra menghentikan mobilnya di sebuah rumah makan khas Sunda.
Seketika Danisha membuka matanya saat mobil Mas Rendra berhenti.
" Kita makan dulu ya.. " kata Mas Rendra.
" Uummm..
" Danish, tolong jangan membantah.. aku ga mau kamu kenapa napa, " tukas Mas Rendra memotong perkataan Danisha sambil menatap sayu manik mata indah milik sang gadis berlesung pipi.
Mereka pun turun dari mobil dan berjalan masuk ke rumah makan itu.
Sementara di lain tempat, tepatnya di kantor Kak Mitha. Prasta masih sibuk dengan pekerjaannya, sementara Renata menunggunya duduk di sofa yang ada di ruangan itu sambil memainkan ponsel nya. Sedangkan Distha saat itu berada di ruangan Kak Mitha.
Sesekali Prasta berbicara dengan seseorang di ponsel maupun di telepon kantor yang ada di meja kerjanya.
Renata pun asyik dengan ponsel nya dan sesekali ia memperhatikan Prasta yang lumayan sibuk dengan pekerjaannya.
Dia terlihat keren jika sedang serius dengan pekerjaannya. Dilihat dari samping dan dari depan, kenapa dia seperti tak ada cela, sempurna.. Renata bergumam dalam batinnya sambil terus memperhatikan Prasta dengan senyum manisnya.
Prasta merasa Renata sedang memperhatikannya. Dia tarik kedua sudut bibirnya ke atas membentuk sebuah senyuman. Dihampirinya Renata, sementara Renata yang menyadari Prasta sedang berjalan menghampirinya, terlihat sedikit gugup.
" Camilannya kok ga dimakan, Ren. Ini air mineralnya juga utuh, " kata Prasta sambil duduk di samping Renata.
" Udah aku makan kok. Eh, aku udah habis 1 gelas kemasan air mineral lho.. Udah aku buang di tempat sampah kemasan kosongnya, hehehe.. " ujar Renata.
" Tunggu sebentar ya Ren. Aku sedang nunggu email dari customer, kira-kira 15 menit lagi deh. "
" Santai aja Pras.. lanjutin aja kerjaan kamu. Aku udah ijin ke mamaku kalo aku pulang telat. "
Di ruangan depan kantor Kak Mitha yang berukuran tak terlalu luas itu, hanya ada mereka berdua saat ini. Renata masih asyik dengan ponsel nya. Entah ia sedang chat dengan siapa, sesekali ia tersenyum dan menahan tawanya.
" Asyik banget sih.. lagi chat sama siapa ? " tanya Prasta penasaran.
" Huh ? Oh ini sama sepupu aku yang di luar kota. Ia barusan jadian sama cowoknya, " jawab Renata menahan tawanya.
" Owh.." Prasta mengangguk-anggukkan kepalanya.
" Uummm.. Renata.. " Tiba-tiba Prasta meraih tangan kiri Renata, membuat Renata sedikit terkejut. Sontak ia menatap Prasta yang juga sedang menatapnya. Ya Allah.. kenapa dengan jantungku.. batin Renata. Ia semakin gugup, kedua bibirnya terkunci dan tenggorokannya tercekat.
" Ren, mungkin ini bukan saat yang tepat, tapi aku serius. Maukah kamu menjadi seseorang yang berharga dalam hidupku ? Mungkin ini terlalu cepat, tapi sejak kenal denganmu, aku hanya ingin bersamamu, untuk saat ini, besok dan selamanya, " kata Prasta mengungkapkan perasaannya.
Renata bukan main terkejutnya. Ia tak bisa berkata-kata. Matanya hanya menatap lekat Prasta, laki-laki yang mengesankan baginya. Laki-laki yang menurutnya tak pernah serius, tiba-tiba saat ini begitu teramat serius berkata-kata mengungkapkan perasaannya.
" Renata.. " Prasta memanggil nama Renata sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Renata.
Renata tersentak gugup, ia tersadar dari lamunannya dan sedikit menjauhkan wajahnya.
" Aku mau kita jadian kek sepupumu itu, " ujar Prasta tersenyum simpul.
Renata terkekeh.
" Kamu mau kita jadian ? Jadi apa ? " lontar Renata bercanda.
Prasta pun terkekeh.
" Jadi pacar, kekasih, jodoh, uummm.. apalagi ya ? " ujar Prasta masih terus menggenggam tangan Renata dan menatap gadis manis yang selalu enerjik ini.
" Jodoh ?? " tanya Renata dengan dahi mengernyit.
" Itu doa ku, aku ingin kamu menjadi jodohku, " kata Prasta lugas dan tegas.
Renata terdiam, dalam hati ia berkata, " Tuh kaan.. kenapa kamu sungguh mengesankan di mata ku ? Aku tak sanggup berlama-lama tak mendengar celotehanmu yang selalu menciptakan warna tersendiri hari-hariku. "
Renata terus saja menatap laki-laki berambut gondrong di hadapannya.
" Saat ini, besok dan selamanya, aku juga mau selalu bersamamu. Menjadi pacar, kekasih, dan jodohmu, " jawab Renata pasti, rona bahagia terpancar di wajahnya.
Prasta tersenyum lebar, dikecupnya tangan Renata. Bahagia ia rasakan seketika.
" Thank you, Renata, " ucap Prasta dengan mata yang berbinar dan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya, ia sungguh tak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya.
Pada saat bersamaan, Distha muncul di ruangan itu.
" Ehemm.. ! Mesra banget, keknya ada yang terlewat olehku, " seloroh Distha menghampiri mereka.
" Jadi kapan kita makan-makan buat hari jadi kalian, huh ? " tanya Distha to the point, ia pun terkekeh. " Anyway, congratz yaa.. "
Prasta dan Renata pun terkekeh dengan wajah yang memerah, terutama Renata. Pipi nya yang bersih dan halus merona merah.
Tbc
**Hellooww LOTA Lovers 😘😘
Up juga akhirnyaa.. di sela2 sibuknya RL author ( cieee.. author receh yg sok sibuk 🤭 )
Banyak terima kasih, sayang & cinta buat LOTA Lovers yg masih setia stay tune di lapak LOTA yg receh ini 😘😘
Keep Stay Safe & Healthy 🤗😘💞💞**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
tama fillante 😎
aku team tomy aja lah aman 🤣
2021-01-26
0
Radit Girindrawardhana
aku team Nurita saja ♥️
2020-07-12
1
Sulastri OryzaSativa
mas Rendra sm Prasta sdh gercep kamu kpn Saka?
2020-07-12
1