Saat ini Danisha dan Mas Rendra masih berada di rumah makan khas Sunda. Pesanan makanan dan minuman mereka sudah dihidangkan.
" Kamu harus makan lebih banyak, Danish. Supaya tubuhmu cepat pulih, " kata Mas Rendra memecah keheningan diantara mereka.
" Mau aku suapi lagi ? " tanya Mas Rendra dengan senyuman menggoda.
" Ck.. apaan sih ! aku bisa makan sendiri, Mas, " jawab Danisha dengan memanyunkan bibirnya.
Mas Rendra terkekeh melihat Danisha memanyunkan bibirnya.
" Kali aja mau disuapi lagi kek tadi, " kelakar Mas Rendra.
" Ish.. apaan sih.. " ujar Danisha malu.
Mereka berdua pun menikmati makan siang yang terlambat dengan sedikit obrolan.
" Ga mau cerita soal kamu pingsan tadi ? " tanya Mas Rendra setelah menyelesaikan santap siang mereka.
Danisha menyeruput teh hangat nya. Ia menghela napasnya perlahan, tersenyum menatap Mas Rendra.
" Aku kecapekan aja keknya, trus belum makan juga kali, " jawab Danisha santai.
" Tomi dan Kak Ella bilang kamu sering sakit kepala. Apa sering pingsan kek tadi ? " Mas Rendra kembali bertanya, raut wajahnya serius.
" Ga kok ! Minum obat nanti juga hilang, " sahut Danisha tersenyum manis.
" Danish, aku serius. Udah periksa ke dokter ? "
" Ga papa Mas. Ga usah khawatir gitu, kek Saka deh suka begitu. I'm ok, " kata Danisha meyakinkan.
" Yuk ah, udah selesai kan ? " kata Danisha mengajak untuk menyudahi acara makan mereka.
Mas Rendra menghela napas panjang, ia menatap Danisha dalam dan tersenyum.
" Berjanjilah kamu akan selalu baik-baik saja. Tolong bilang jika kamu dalam keadaan tak baik, ok ? " ujar Mas Rendra serius.
" Baiklah, " jawab Danisha singkat.
Mereka pun beranjak dari tempat itu setelah sebelumnya Mas Rendra membayar semua pesanannya di kasir.
*******
Di dalam mobil dalam perjalanan pulang menuju rumah Danisha, Mas Rendra meminta Danisha untuk istirahat selama 2 hari di rumah. Namun, bukan Danisha bila ia tidak keras kepala dan ngeyel.
" Aku ga papa kok. Nanti minum obat dan istirahat, besok pagi pasti udah sembuh, " kata Danisha yakin.
" Danish, kenapa sih kamu keras kepala begitu. Aku ga mau kamu kenapa kenapa, " lagi Mas Rendra berkata serius. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran.
" Mas Rendra yang kenapa ? Ga perlu mengkhawatirkan aku begitu, " ujar Danisha sekali lagi meyakinkan manager nya.
" Karena aku mengkhawatirkan kamu. Aku takut terjadi apa-apa sama kamu, Danisha, " tukas Mas Rendra dengan nada yang sedikit tinggi.
Danisha seketika terdiam. Dialihkannya pandangannya keluar melalui kaca jendela mobil. Dadanya berdegup, hatinya bergetar. Ada rasa bahagia bergelayut di dalam ruang hatinya atas perhatian Mas Rendra. Namun, ada sedikit ngilu di salah satu sudut ruang hatinya. Ia tak tahu bagaimana sesungguhnya perasaannya. Semua berbaur seolah memporak-porandakan hatinya.
" Apa yang sedang kamu pikirkan ? " tanya Mas Rendra, ia pun menepikan mobilnya ingin berbicara serius dengan Danisha.
" Kenapa berhenti di sini ? " tanya balik Danisha. Dahi nya mengerut, meminta jawaban dari Mas Rendra.
" Ok.. kali ini aku serius dan tolong dengarkan aku. Danish, look at me please.. " Mas Rendra menghadap ke arah Danisha, ia memegang bahu Danisha.
Seketika Danisha menoleh ke arah Mas Rendra. Mata mereka beradu pandang.
" Aku sayang kamu, Danish. Aku mau kamu selalu baik-baik saja, karena aku mau kita bersama selamanya. Aku mau hanya kamu yang selalu ada untukku. Aku mau kamu menjadi yang terakhir dalam hidupku, aku mau kamu menjadi takdirku.." Mas Rendra berkata-kata tanpa jeda, ditatapnya mata bulat Danisha tak berkedip.
Danisha menundukkan kepalanya. Ia tak kuasa menatap mata bening milik Mas Rendra.
Sadar akan sikap Danisha, Mas Rendra melepaskan tangannya dari bahu Danisha.
Ia hela napasnya sambil memalingkan wajahnya ke depan.
" Maafkan aku.. " kata Mas Rendra. Ia kembali pada posisi duduknya. Selanjutnya ia menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya menembus jalanan kota menuju ke rumah Danisha.
Sesampainya di rumah Danisha, Mas Rendra membukakan pintu mobil untuk Danisha.
" Masuk dulu, Mas.." kata Danisha lembut.
Mas Rendra mengangguk. Ia mengikuti Danisha masuk ke dalam rumah asri bergaya minimalis itu.
" Silahkan duduk, Mas. Sebentar ya aku masuk dulu, " ujar Danisha tersenyum lembut.
Mas Rendra balas tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Tak berapa lama, Danisha datang dengan membawa nampan berisi segelas minuman dingin dengan beberapa camilan dalam toples. Di belakangnya, Mas Rendra melihat Ayah Danisha berjalan ke arah ruang tamu dimana Mas Rendra duduk saat ini.
" Assalamualaikum, Pak, " salam Mas Rendra.
" Waalaikumsalam, Nak Rendra. Terima kasih sudah mengantar Danish. Kebetulan, Bapak mau jemput Ibu ke toko dulu. Mari silahkan diminum dan dimakan camilannya. Santai aja, " ujar Ayah Danisha.
" Iya, sama-sama Pak. Silahkan.." jawab Mas Rendra ramah.
" Ayah berangkat dulu ya Danish, assalaamualaikum.. " pamit Ayah.
" Waalaikumsalam, " jawab Danisha dan Mas Rendra bersamaan.
Setelah Ayah pergi, Danisha dan Mas Rendra kembali duduk di sofa ruang tamu.
" Jadi aku minta kamu tidak usah ke studio dulu selama 2 hari ke depan. Please, sekali ini tolong dengerin aku, " tutur Mas Rendra.
" Terima kasih, Mas. Tapi aku udah ga papa kok. Lihatlah, aku dah sehat lho.." kata Danisha, masih keras kepala juga.
" Ck..! aku heran lho sama kamu, tukang ngeyel bener, " ujar Mas Rendra gemas, tanpa sadar menyentil hidung Danisha sambil tersenyum lebar.
Danisha sedikit terhenyak dengan sikap Mas Rendra. Namun kemudian ia tersenyum tipis menatap Mas Rendra. Dan mata keduanya pun beradu. Danisha sangat gugup, ia langsung menundukkan kepalanya malu, begitu tersadar apa yang terjadi.
" Danish, maukah kamu bersamaku, menjadi waktu dan takdirku ? " tanya Mas Rendra lembut menatap Danisha yang tertunduk malu.
Lagi-lagi Danisha dibuat kaget, hatinya kembali bergetar. Ia pun mengangkat wajahnya perlahan dan tepat kedua matanya menatap mata bening laki-laki dengan pesonanya yang teramat susah ia hindari. Entah sejak kapan.
" Danish.. " panggil Mas Rendra.
" Uummm.. i.. iya Mas.. " sahut Danisha gugup.
" Will you ? " tanya Mas Rendra sekali lagi.
Danisha terdiam sesaat, kemudian perlahan ia kembali menatap Mas Rendra.
" Apakah aku harus menjawabnya sekarang ? Tidak bisakah aku memikirkannya terlebih dahulu ? Aku ingin benar-benar memastikan hatiku atas petunjuk Allah, " tutur Danisha lembut.
" Ya tentu, Danish. Aku bisa menunggu dan akan selalu menunggumu, " jawab Mas Rendra lugas dengan senyum mengembang di bibir nya.
" Terima kasih, " jawab Danisha singkat.
*******
Saka saat ini masih berada di kantor Kak Sandra bersama Fian dan Indra. Mereka baru saja selesai meeting dengan Tyo dan Sisy, klien Kak Sandra yang akan menggunakan jasa WO nya pada hari pernikahannya. Semua persiapan sudah beres, tinggal menunggu hari H.
Hari sudah beranjak sore, mereka bersiap akan pulang. Fian dan Indra berpamitan lebih dulu pada Kak Sandra dan Saka.
Sementara itu, sedari tadi Saka melihat ponselnya, seperti ada yang ditunggu.
" Kamu langsung pulang kan dek ? " tanya Kak Sandra, mengagetkan Saka.
" Iya lah, Kak. Kakak ga ke rumah ? Besok kan hari Minggu, nanti Mama ngomel lho kalo Kakak ga ke rumah sama si bocil, " kata Saka sedikit terkekeh.
Kak Sandra ikut terkekeh. Mamanya memang begitu, selalu meminta ia dan juga anaknya yang merupakan cucu satu-satunya untuk menginap di rumah nya bila hari libur.
" Lihat nanti dek. Soalnya besok ada undangan dari teman Papanya Saskia. Mungkin kesana tapi ga menginap, " jawab Kak Sandra sambil berjalan menuju mobilnya setelah Saka menutup dan mengunci pintu kantor.
" Owh.. ok Kak. Ya udah kalo gitu, nanti aku bilang Mama, " sahut Saka, ia pun berjalan menuju mobilnya.
Mobil Kak Sandra melaju perlahan keluar halaman kantor terlebih dulu.
Sementara di dalam mobil, Saka sudah menyalakan mesin mobilnya namun ia masih sibuk dengan ponselnya. Ia sedang chat dengan Distha, menanyakan keberadaan Danisha. Distha memberitahu Saka jika ia dan Prasta ke kantor Kak Mitha, jadi Danisha pulang sendiri.
Lalu Saka mencari nama Danisha di ponselnya, ia pun menekan tombol panggilan telepon setelah nama gadis itu ia temukan.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan area
Sudah 3 kali Saka mendengar kalimat itu dari operator telepon.
" Ck.! ponsel kamu kenapa sih Danish.." gumam Saka kesal. Ia mulai melajukan mobilnya keluar dari halaman kantor.
Sehari tak bertemu dengan Danisha membuat hatinya sepi. Dan tanpa ia sadari ia melajukan mobilnya ke arah rumah Danisha.
Selang 20 menit kemudian, Saka telah sampai di rumah asri Danisha. Ada sebuah mobil terparkir di depan pagar rumah asri itu. Saka pun mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Setelah berhasil memarkirkan mobilnya di tempat yang tepat, ia pun turun dan berjalan masuk ke rumah Danisha.
" Ini mobil Mas Rendra.. " gumam Saka dalam hati.
Ketika Saka akan memasuki halaman rumah Danisha, dilihatnya Danisha dan Mas Rendra keluar dari dalam rumah.
" Eh Saka..! " seru Danisha sedikit kaget.
" Assalamualaikum.. " dengan senyum tipisnya Saka memberi salam.
" waalaikumsalam.." jawab Danisha dan Mas Rendra bersamaan.
Saka mengembangkan senyumnya.
" Mas Rendra udah mau pulang ? " tanya Saka kemudian.
" Iya Ka.. Udah sore juga, pulang dulu ya.." jawab Mas Rendra sambil balas senyuman Saka. Ia berjalan akan melewati Saka, namun tiba-tiba ia berhenti di samping Saka dan membisikkan sesuatu ke telinga Saka.
" Tolong kamu bujuk Danisha, besok dan lusa tidak usah pergi ke studio untuk siaran. Dia tadi pingsan di studio, " bisik Mas Rendra.
Saka sedikit terkejut, ia pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih karena sudah diberitahu mengenai kondisi Danisha.
Setelah itu, Mas Rendra beranjak pergi. Melihat sikap Mas Rendra dan Saka yang saling berbisik, Danisha jadi penasaran. Apa sebenarnya yang dibisikkan Mas Rendra pada Saka ?
Sebelum memasuki mobilnya, Mas Rendra melambaikan tangannya ke arah Danisha dan Saka tanda berpamitan. Mereka berdua pun membalas lambaian tangan Mas Rendra. Mobil yang dikendarai Mas Rendra perlahan beranjak pergi.
" Udah beres kerjaan kamu Ka ? " tanya Danisha tiba-tiba.
" Eh iya. Udah beres. Gimana hari kamu ? " tanya balik Saka sambil mendudukkan pantatnya di kursi teras.
" Aku ? Yaa begitu.. seperti biasanya sih.. " jawab Danisha tersenyum simpul.
" Hey, ayo masuk ! " ajak Danisha kemudian.
" Ga ah disini aja, " jawab Saka singkat.
" Jadi ponsel kamu aku hubungi dari tadi ga bisa karena ada Mas Rendra.. Pulang diantar dia ya ? " selidik Saka dengan nada tak suka.
" Kok tahu ? "
" Yaa awalnya ga tau, ini tadi baru tau kan.. " ucap Saka.
" Kamu kenapa Ka ? Keknya kesel banget gitu, " tanya Danisha menyelidik.
" Kesel aja sih ! Ditelpon dari tadi tapi ponsel ga aktif juga. Eh ga taunya udah di rumah asyik gitu ngobrol ama orang lain, " ujar Saka dengan wajah cemberut mengungkapkan kekesalannya.
" Widih..! jeyeg tauuuu... hahaha...." Danisha tertawa terbahak melihat wajah Saka yang cemberut.
" Maaf deh kalo gitu. Ponsel aku matiin tadi, " Danisha meminta maaf pada Saka.
" Aku khawatir Danisha. Kamu pingsan lagi ya ? Besok ga usah masuk aja, istirahat di rumah. Lihat itu, muka kamu masih pucat. Pokoknya besok ga ada pergi ke studio ya.. titik ga ada koma ! " tukas Saka tegas.
" Eh ? Kok begitu ? Ga ada ga ada.. apaan kok larang-larang aku begitu sih ! "
" Tuh kan keras kepalanya kumat ! ayo donk Danish, kamu habis pingsan lho..! Masa iya besok mau siaran.. Mas Rendra pasti udah ngasih ijin kamu donk " kelit Saka.
" Ok, kalo ga mau istirahat 2 hari, minimal sehari besok lah kamu ga usah siaran. Ok ya Danisha Almanita ? " ujar Saka, ia mulai kesal membujuk Danisha.
" Iyaaah... ok ! " jawab Danisha singkat, ia ingin mengakhiri debat unfaedah itu.
" Haus nih ! gini amat ya.. ga dikasih minum, " kelakar Saka.
" Eh iya lupa ! Mau minum apa ? Panas, dingin, air putih, kopi, teh, susu,... " tanya Danisha berkelakar juga.
" Hilih..! keluarin semua aja Neng ! " jawab Saka dengan tawa nya yang keras.
" Males ah ! Capek ! Katanya aku harus istirahat.. ya kan ?! " tukas Danisha mengerucutkan kedua bibirnya.
" Ish ! jeyeg nya.. hahaha... " Saka tertawa makin keras, gemas. Dan tanpa sadar ia menyentuh bibir Danisha yang mengerucut. Pada saat itu juga, tawanya berhenti dengan kedua manik mata hitamnya yang menatap Danisha lekat-lekat.
Kemudian... dengan lirih, Saka pun berucap
" Aku menyayangimu, Danish. Ijinkan aku untuk selalu menjagamu. Ijinkan aku untuk menjadi pelindungmu, mulai saat ini dan selamanya. Aku ingin menjadi langitmu.. "
" Saka... "
Tbc
**Hellooww LOTA Lovers 😘😘
Apa kabarnya kalian..?? Thanks masih setia di sini 😘🤗
Moga slalu setia sama LOTA yaa.. keep stay tune & Love U as always 😘😘💞💞**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
barengan nii nembaknya🤡🤗
2021-07-12
0
Hertika Anri Fajriati
huaaaaaaaa sehari 2 cowok yg nembak
2021-04-25
0
tama fillante 😎
telaaaaatttt broooo
kmana aja luuuuu
danish sini ma gw aja lah dri pada keder milih yg mna 😎
2021-01-26
0