" Huh ?! " Prasta melebarkan matanya dengan mulut terbuka mendengar penjelasan Distha selanjutnya.
" Maksudnya apaan sih, topi, payung, amunisi perut dan tenggorokan ?! " tanya Prasta ketus.
Ketiga sahabatnya sontak menarik napas kasar hampir bersamaan.
" Bro, kamu ga sengaja bikin kita emosi kan.. ?! " celetuk Saka berusaha menahan emosi sekaligus tawanya.
" Sebentar, sebenarnya Danish mau ga sih bantu aku dan Kak Mitha ? Huh ? " tanya Prasta mulai tersulut emosinya.
" Eh, kan tadi aku udah bilang kalo aku mau bantu, Pras. Iya kan ? " jawab Danisha jengkel.
" Udah deh buruan, ga enak sama Kak Mitha yang nungguin tuh ! " kata Saka kemudian sedikit emosi melihat kelakuan dan tingkah polah sahabat-sahabatnya.
" Sebentar, aku bayar dulu ya makanan dan minuman kita ke Pak Yadi, " ujar Distha berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Pak Yadi untuk membayar semua yang mereka makan tadi.
Sementara itu, Danisha menghela napas agak panjang. Kemudian terkekeh dengan tangan menutupi mulutnya.
" Lha Sist, kok malah ketawa sih ! " sahut Prasta bengong menatap Danisha yang terkekeh dengan menutup mulutnya.
" Udahan yuk Pras, kita buruan balik. Kak Mitha dah nungguin. Kita ngobrol sama Kak Mitha di kantor aja yuk.. " ujar Danisha akhirnya sambil tersenyum lebar.
" Kalian bener-bener ya ngerjain aku. Apaan coba amunisi perut dan tenggorokan, huh ? " Prasta menggaruk kepala nya yang tidak gatal sambil terkekeh pelan.
Danisha menepuk pundak Prasta dan berkata, " Kamu sih bikin kesal aja, udah dibilang aku mau bantu masih aja nyerocos masalah honor. Kek ga kenal aku aja, huh ? " omel Danisha.
" Hey ! aku juga becanda kali, Nish...hehehe... sorry Sist, ga ada maksud apa-apa kok. Serius ! " sahut Prasta tersenyum lebar.
Danisha dan lainnya pun tertawa.
" Yuk ah balik ke kantor, Kak Mitha nungguin, " ajak Saka.
Mereka pun berjalan masuk ke dalam kantor EO milik Kak Mitha.
Ketika sampai di pintu masuk kantor, tiba-tiba Prasta menghentikan langkahnya dan berkata, " Sebentar, aku kok masih penasaran ya.. yang kalian maksud dengan amunisi perut dan tenggorokan itu apaan sih ? "
Seketika Danisha, Saka dan Distha menepuk dahi mereka sambil mendengus kasar. Mereka berbalik badan menatap Prasta.
" Prasta ! " Distha berteriak menyebut nama Prasta dan merotasikan kedua bola matanya.
" Woooyy...! Distha ! apaan sih teriak di telingaku ! " Prasta pun tak kalah berteriaknya.
" Kamu ini bener-bener ngeselin kok ! Sok polos deh kamu..! " Distha benar-benar kesal dengan Prasta.
" Baiklah..! Pras, amunisi perut itu ya makanan lah.. amunisi tenggorokan jelas temannya makanan alias minuman. Paham brader ?? " jawab Saka menjelaskan dengan nada yang benar-benar kesal.
Prasta pun cengar cengir mendengar penjelasan Saka.
" Hehehe... sorry, aku tadi sih juga mikir kek gitu. Tapi aku cuma mau memastikan sama kalian maksud dari kata-kata itu, " kelakar Prasta dengan senyum kemenangan dan berlari masuk ke dalam kantor Kak Mitha.
" Ish..! dasar ngeselin tuh anak ! " umpat Distha gemas.
******
Danisha sedang melipat mukena dan sajadahnya ketika pintu kamarnya diketuk dan namanya dipanggil.
" Masuk aja dek.. ga dikunci pintunya, " jawab Danisha menyuruh Kirana, adiknya untuk masuk ke kamarnya.
" Kakak udah sholatnya ? Yuk makan, ditunggu Ayah sama Bunda tuh, " ujar Kirana yang duduk di kursi meja rias di kamar Danisha.
" Iya, kamu duluan gih. Kakak nyusul sebentar lagi ya.. "
" Ok, Kak. Jangan lama-lama ya.. "
" Iyaa.." Danisha mengangguk dan tersenyum.
Drrrrttt...
Handphone Danisha dalam mode getar saat itu. Ia mengambil handphone nya di atas meja rias. Panggilan masuk dari Mas Rendra.
" Assalamualaikum, " salam Danish menjawab panggilan telpon tersebut.
" Waalaikumsalam, Danish. Maaf mengganggu, udah sholat Maghrib ? "
" Udah, Mas. Uumm.. gimana ada yang bisa Danish bantu ? "
" Besok aku jemput ke rumah jam 7 pagi. Aku mau mengajak kamu ke suatu tempat, " ujar Mas Rendra di seberang sana.
" Huh ? Ke..kemana Mas ? Pagi amat, Mas " tanya Danisha gugup.
" Temani aku sarapan. Aku lagi pengen sarapan di sana, udah sekitar 3 bulan lebih aku ga pernah sarapan di sana lagi. Ok ya Danish, jam 7 insya Allah aku udah di rumah kamu. Masih tinggal di rumah yang dulu kan ? "
" I..iyaa, Mas. Emang mau tinggal dimana lagi ? Hehehe.. "
" Kali aja udah pindah, sayang.. "
" Eh ? " Jantung Danisha berdetak kencang mendengar perkataan yang baru saja diucapkan Mas Rendra.
Sejenak hening, tak ada percakapan. Keduanya saling diam. Entah apa yang mereka masing-masing pikirkan.
" Hallo ? Danish ? " suara Mas Rendra dari seberang sana mengagetkan Danisha.
" Ah iya, Mas. "
" Ok, sampai ketemu besok ya jam 7 pagi. See ya.. Wassalamu'alaikum, " pamit Mas Rendra
" Iya, Mas. Waalaikumsalam.. " jawab Danisha menutup panggilan telpon itu.
Danisha menarik napasnya perlahan. Jantungnya masih berdetak kencang, entah ada apa dengannya. Akhir-akhir ini perasaannya tak menentu jika berkaitan dengan Mas Rendra. Ia juga merasa aneh dengan sikap Mas Rendra. Apa yang dikatakan Renata itu benar ? Ya Allah.. lalu aku harus bagaimana ? batin Danisha bergejolak menerka-nerka tentang sikap nya dan sikap Mas Rendra.
Tiba-tiba benda pipih yang masih berada di tangan Danisha berbunyi lagi. Tetapi bukan panggilan masuk, melainkan beberapa pesan baru yang masuk. Diantaranya pesan dari Prasta dan Saka.
Danisha membuka pesan dari Prasta.
~ *Prasta ~
Danish, sorry nih. Kamu besok on air jam berapa ?"
~ Me ~
Besok aku on air jam 10 pagi, Pras. Kenapa ?
~ Prasta ~
Renata on air jam berapa ya** ?
Danisha tersenyum membaca pesan balasan dari Prasta, lalu ia mengetik membalasnya
~ *Me ~
Dia on air jam 8 pagi. Kenapa sih ?
~ Prasta ~
Ga papa sih.. pengen ketemu dia aja. Lama ga ketemu soalnya. Dia ga pernah cerita-cerita ke kamu Nish* ?
Danisha makin penasaran dengan hubungan Prasta dan Renata
~ Me ~
Cerita apaan ? Eh dia kemarin sempat nanyain kamu sih.. Jangan-jangan kalian udah jadian ya ?
~ Prasta ~
On process sista.
Ok, aku besok ke studio. Kamu mau berangkat bareng aku ? Aku jemput besok ya..?
Danisha masih tersenyum membaca pesan dari Prasta, namun ia merasa senang bila sahabat nya itu dekat dengan Renata teman sesama penyiar nya. Kemudian ia membalas kembali pesan dari sahabat laki-laki yang hobby menjahili dirinya.
~ Me ~
Oh ga usah Pras. Aku besok ada keperluan pagi-pagi. Jadi kamu langsung berangkat ke studio aja.
~ Prasta ~
Ok kalo begitu, sampai ketemu disana ya..
Selesai membaca pesan terakhir Prasta, Danisha pun keluar dari kamarnya menuju meja makan. Ayah dan Bunda nya rupanya sudah selesai makan. Mereka sedang duduk di ruang tengah sedang menonton acara televisi.
Danisha celingukan mencari Kirana. Kemana tuh anak, gumamnya dalam hati.
" Bunda, Kiran kemana ya ? Kok ga kelihatan batang hidungnya. " tanya Danisha pada Bunda yang masih berada di ruang tengah.
" Kiran keluar ke minimarket. Tadi kamu ditungguin katanya mau makan bareng, kamunya ga keluar-keluar dari kamar, " jawab Bunda dari ruang tengah masih asyik dengan tontonan acara di televisi.
" Tadi Danish lagi terima telpon Bun. Danisha makan dulu ya.." sahut Danisha sambil mengambil makanan ke dalam piringnya.
" Iya sayang. "
Danisha pun menyantap makan malamnya.
Drrrrttt... Danisha melihat handphone yang ia letakkan di atas meja makan berdering tanda ada pesan yang masuk.
Pesan dari Saka. Ah iya, tadi ia belum sempat membuka dan membaca pesan dari sahabat baiknya itu.
~ Saka ~
Hai Danish. Lagi apa ?
Udah makan ?
Senyum mengembang di bibir Danisha. Ia pun membalas dua pesan dari Saka yang baru ia baca
~ Me ~
Hai Ka, ini lagi makan. Kamu sendiri udah makan belum ? Eh, tolong sampaikan ke Tante Dinda ya, maaf belum bisa main ke rumah.
Tak berapa lama, ada balasan pesan dari Saka
~ Saka ~
Udah, barusan selesai makan. Don't worry.. udah aku sampaikan ke Mama kalo kamu belum bisa main ke sini. Besok aku ada kuliah pagi jam 8, gimana mau aku jemput dan antar ke studio ?
Sambil terus menyantap makanannya, Danisha pun membalas pesan Saka kembali
~ Me ~
Ga usah Ka, aku ada keperluan pagi-pagi trus langsung ke studio setelah itu. Kamu pergi ke kampus aja. Siang kita ketemu di kampus ya..
~ Saka ~
Ok kalo gitu. Sampai ketemu di kampus sista 🤗
Danisha membalas pesan Saka hanya dengan emoticon hug
~ Me ~
🤗
*******
Keesokan paginya, jam 06.00 tepat, Danisha sedang bersiap-siap di kamarnya. Jam 7 pagi, ia akan dijemput Mas Rendra. Ia sedikit gugup dan deg-degan karena sepagi ini Mas Rendra akan menjemputnya untuk diajak ke suatu tempat, menemani dia sarapan.
Danisha pagi ini hanya minum susu dan makan selembar roti tawar selai coklat supaya perutnya tidak terlalu kenyang bila nanti benar Mas Rendra mengajaknya sarapan.
Di depan cermin meja riasnya, ia sedang memakai kerudung biru dongker segiempat nya. Ditata dan dirapikan sedemikian rupa. Wajahnya ia poles dengan make up tipis natural dengan lipstik sewarna bibirnya. Selesai sudah. Sekali lagi ia mematut dirinya di depan cermin, tunik berwarna soft blue dan celana legging hitam melekat di tubuhnya. Ia lalu tersenyum sumringah. Kenapa ada rasa senang di hatinya pagi ini ? Hatinya deg-degan menunggu Mas Rendra datang.
Diraihnya tas slempang bodypack yang tergantung di sisi meja riasnya, kemudian ia keluar dari kamar menuju ke bagian belakang rumah tepatnya ruangan kecil sebelah dapur dimana di situ tempat rak sepatu. Diambilnya sneaker abu-abu kesayangannya, lalu dibawanya ke teras. Ia akan memakainya nanti setelah berpamitan dengan Ayah dan Bunda. Ayah sedang libur kerja di hari Sabtu. Sementara Kirana sudah berangkat ke sekolah dengan ojek online .
" Bunda, ayah mana ? " tanya Danisha mencari keberadaan sang ayah.
" Lho, di depan ga ada ? Tadi Bunda lihat Ayah di depan menyiram tanaman, " jawab Bunda.
" Tadi Danish dari teras, tapi ga lihat ada Ayah Bun. "
" Mungkin di samping rumah, coba kamu lihat, " ujar Bunda.
Danisha pun berjalan ke samping rumah. Benar yang dikatakan Bunda, Ayah sedang menyiram tanaman toga yang ada di halaman samping yang tidak terlalu luas, hanya sekitar 1,5 meter lebarnya.
" Ayah.. kirain kemana. Dari tadi Danish cari ga tau nya ada disini, " kata Danisha tersenyum.
" Kamu udah mau berangkat ? Tumben hari Sabtu pagi sekali, " ucap Ayah heran, karena tak biasanya di hari Sabtu putri sulungnya berangkat beraktivitas sepagi ini.
" Iya, Yah. Ada keperluan dengan teman, " jelas Danisha.
Ayah berjalan memasuki teras dan duduk di kursi teras bergaya vintage. Sementara Danisha juga duduk di sana sambil memasang sneaker nya.
Bunda menyusul ke teras sambil tersenyum pada suami dan putrinya.
" Dijemput Saka lagi ? " tanya Bunda.
" Bukan, Bun. Sama Mas Rendra, manager Danish di radio, " jawab Danisha dengan senyum sumringah.
" Owh.. yang waktu itu pernah antar kamu pulang malam-malam itu ya ? " tanya Bunda lagi mengingat-ingat yang bernama Rendra.
" Benar, Bunda, " jawab Danisha singkat.
Saat Danisha melihat jam tangannya, ada sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Danisha mengenali mobil siapa itu. Ia tersenyum, lalu berdiri meraih tas slempangnya.
" Sepertinya itu temanmu ya sayang, " kata Bunda dengan senyum lembutnya.
" Iya Bunda. "
Mas Rendra keluar dari mobilnya, berjalan masuk ke rumah Danisha dengan senyum ramahnya memberi salam kepada sang pemilik rumah.
" Assalamualaikum.. "
" Waalaikumsalam, " jawab Danisha, Ayah dan Bunda bersamaan.
" Mari masuk dulu nak, duduk dan minum teh dulu, " kata Bunda ramah.
" Terima kasih Bu, lain kali saya akan berkunjung ke sini memenuhi tawaran ibu, " jawab laki-laki berbadan tegap dengan senyumnya yang menawan.
" Ayah, Bunda.. Danish berangkat ya.. " pamit Danisha sambil mencium tangan Ayah dan Bundanya.
" Kami tunggu kedatangan nak Rendra kesini lain waktu ya.. kalian hati-hati di jalan, " pesan Ayah.
" Insya Allah, Pak. Terima kasih, kami berangkat. Assalamualaikum, " kata Mas Rendra berpamitan.
Mereka pun berjalan menuju mobil yang terparkir di depan rumah Danisha. Mereka kemudian masuk ke dalam mobil, memasang seat belt. Mas Rendra membuka kaca mobilnya, mereka melambaikan tangan ke arah Ayah dan Bunda Danisha dan mobil pun melaju pergi meninggalkan tempat tinggal Danisha.
Di dalam mobil, Mas Rendra menyalakan radio dan langsung terdengar suara Yogi yang sedang tugas pagi ini.
" Sebenarnya kita mau kemana sih, Mas ? " tanya Danisha penasaran.
" Sarapan, " jawab Mas Rendra singkat.
Danisha tertawa pelan, lesung pipinya terlihat jelas. Mas Rendra seketika menoleh menatap Danisha dan ikut tertawa.
" Kok tertawa ? " tanya Mas Rendra
Hatinya menghangat melihat Danisha tertawa. Pagiku benar-benar cerah dan indah dengan tawa hangatmu Danish, batin Mas Rendra.
" Mas, aku kan nanya kita mau kemana bukan mau ngapain, " kata Danisha menjelaskan maksud pertanyaan nya.
" Cerdas ! Kamu suka bubur ayam ? Aku mau ajak kamu sarapan bubur ayam langganan ku. Tapi kalo kamu ga suka, kita bisa sarapan di tempat lain yang kamu suka, " ujar Mas Rendra kemudian.
" Aku kan diajak, jadi aku ngikut aja deh.. hehehe.. Dan kebetulan, aku juga suka bubur ayam, " kata Danisha. Tiba-tiba ia sedikit gugup, tak berani melihat ke arah Mas Rendra. Pandangannya ia arahkan ke luar jendela mobil.
Mas Rendra menatap Danisha sekilas, ia berusaha tetap fokus dengan kemudinya.
Radio yang masih terdengar suara Yogi memutarkan lagu lama dari Java Jive, Kau Yang Terindah.
Mas Rendra ikut bersenandung mengikuti irama musik lagu itu dan dia begitu menikmatinya.
Tanpa disadari, Danisha pun ikut bersenandung. Jadilah mereka bernyanyi bersama di dalam mobil itu.
🎶🎶🎶
Kau yang disana
Terpisah jarak waktu
Aku disini merindukan bayangmu
Mungkin kita harus bisa
Menahan gejolak
Tapi kita manusia
Yang punya hasrat jiwa
Setiap saat, setiap waktu
Kuingat dirimu
Setiap saat, setiap waktu
Kuingin berjumpa
Kau yang terindah
Hadir dalam mimpiku
Kini bertemu dalam jalinan kisah
Mungkin kita bukan cinta, aku tak peduli
Tapi kita manusia yang punya hasrat jiwa
Setiap saat, setiap waktu
Kuingat dirimu
Setiap saat, setiap waktu
Kuingin berjumpa
Kuingin bercinta
Walau kupendam gejolak namun asmara tetap ada
Tak bisa kutolak karna kau yang terindah
Yang mungkin memuaskan segalanya
Setiap saat, setiap waktu
Kuingat dirimu
Setiap saat, setiap waktu
Kuingin berjumpa
Setiap saat, setiap waktu
Kuingat dirimu
Setiap saat, setiap waktu
Kuingin dirimu
🎶🎶🎶
Begitu lagu itu usai, keduanya tertawa bersama.
" Kamu tau lagu ini ? Ini lagu lama banget lho ! " tanya Mas Rendra heran.
" Hmm.. bukan lama lagi Mas. Aku belum lahir malah, " jawab Danisha sambil tertawa lebar.
" Bunda suka memutar lagu-lagu lama di rumah, jadi aku ga asing dan terbiasa dengar, " lanjut Danisha.
" Ga salah aku menerimamu sebagai penyiar di DG FM, " kata Mas Rendra kemudian.
Mobil Mas Rendra perlahan menepi di sebuah warung kaki lima penjual bubur ayam. Terlihat sangat ramai, banyak motor dan mobil terparkir di sepanjang jalan itu. Selain warung bubur ayam, di tempat itu tepatnya di sepanjang jalan itu, juga ada warung soto ayam dan warung nasi pecel. Ada juga penjual tauwa dan kacang kowa.
" Udah sampai kita, yuk turun, " ajak Mas Rendra.
Mereka berdua pun turun dari mobil dan berjalan menuju warung itu. Mas Rendra mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka berdua.
Setelah mendapatkan tempat duduk, mereka segera memesan bubur ayam dan teh hangat.
Tak berapa lama, pesanan mereka datang. Dan mereka segera menyantap bubur ayam itu sambil sesekali ngobrol dan tertawa.
" Mas, di sebelah sana tadi aku lihat ada penjual tauwa dan kacang kowa ya ? " tanya Danisha pada Mas Rendra yang duduk di hadapannya.
" Oh iya. Kenapa, kamu mau ? " Mas Rendra balik bertanya.
" Mau sih, tapi dibungkus aja. Dimakan di studio sama teman-teman, " jawab Danisha dengan mata berbinar.
Danisha sangat menyukai tauwa ( kembang tahu yang disajikan dengan kuah jahe dan kacang tanah ). Diminum hangat-hangat, segar di tenggorokan.
" Ok, bungkus lah. Kamu tunggu disini ya.. aku pesankan sekarang, nanti kita ambil sekalian pulang, " kata Mas Rendra, tersenyum menatap Danisha.
Danisha pun mengangguk dan Mas Rendra beranjak dari duduknya, berjalan ke tempat penjual tauwa. Sesaat kemudian ia kembali ke tempat warung bubur ayam dan duduk kembali menikmati teh hangat yang belum habis diminumnya.
Mas Rendra menyeruput teh hangatnya perlahan sambil menatap lekat wajah Danisha yang pagi itu sungguh membuat hati nya terpesona dan menghangat, seketika melupakan hal-hal yang menyakitkan dalam hidupnya.
Danisha merasakan Mas Rendra sedang memandangi dirinya. Dadanya berdegup, ia arahkan pandangannya ke sekeliling warung itu menghindari tatapan laki-laki yang pagi ini terlihat sangat mempesona baginya.
Tbc
**Hahaaayyy.. panjang yaa.. moga ga bikin boring bacanya.
Ciieeee... Danisha & Mas Rendra ?? 🤔 Ada yang broken heart ga ya ??
Auwww.. penasaran yaa ?? Eh ada yang makin penasaran sama visual mereka ? Ditunggu yaa LOTA Lovers.. stay safe n healthy buat LOTA Lovers semua 🤗😘💞💞**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Momma
bhs Thor... uda dpt feel nya... tetap semangat....💪💪💪💪💪💪💪
2021-06-07
1
Hertika Anri Fajriati
tim saka mana suaranyaaa
2021-04-25
1
Wahyu Ugam
aduh kasihan saka bakal patah hati deh
2021-02-11
1