" Saka.. " lirih Danisha, seketika menjauhkan wajahnya dari tangan Saka.
" Maaf, Danish. Maaf ! " Saka terhenyak dan seketika meminta maaf pada Danisha atas sikapnya. Ia menatap Danisha dengan tatapan bersalah, ia hela dengan berat napasnya.
" Maafkan aku, Danish. Setidaknya sekarang kamu tau bagaimana sesungguhnya perasaanku padamu. Sekian lama kita bersama, setiap hari aku mencoba memahami perasaanku padamu yang sejujurnya. Dan hingga di titik ini, aku mulai yakin perasaanku padamu dengan sejujurnya. Aku ingin selalu berada di sisimu, menjagamu dan melindungimu. Kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun, " tutur Saka akan perasaannya, matanya tak lepas menatap Danisha.
Danisha yang duduk di samping Saka terdiam membisu. Ia pun menatap kedua manik mata hitam milik lelaki yang selama ini menjadi sahabatnya. Ia mencoba mencari kebohongan dari manik mata hitam itu. Namun tak ia temukan. Yang ia temukan justru sebuah kejujuran dan ketulusan yang berkilat di kedua manik mata Saka.
Hening beberapa lama diantara mereka. Tak ada suara. Keduanya hanya saling pandang, mencerna apa yang ada di hati masing-masing.
" Aku tau kamu terkejut dengan semua ini. Aku tak meminta apapun dari kamu, Danisha. Aku hanya ingin menjaga dan melindungimu. Aku hanya ingin kamu baik-baik saja dan selalu bahagia. Itu sudah cukup buatku. Maafkan aku, " kata Saka memecah keheningan diantara mereka.
" Ka, aku... entahlah.. huh.. ! " Danisha menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tidak tahu harus bagaimana dan berkata apa mendengar semua ungkapan perasaan Saka. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan berat.
" Sejak kapan Ka ? " tanya Danisha kemudian. Tanpa ia sadari ada bulir bening menggenang di sudut matanya. Ia segera menghapus bulir bening itu dengan jari-jarinya sebelum benar-benar terjatuh.
" Entahlah, tapi aku benar-benar merasakan takut kehilangan kamu sejak kejadian kamu pingsan di perpustakaan beberapa bulan yang lalu, " jawab Saka dengan kepala tertunduk.
" Aku benar-benar khawatir dan takut terjadi sesuatu dengan kamu, " lanjut Saka.
" Jadi, sejak itu kamu selalu ngotot ingin mengantar dan menjemput aku kemanapun ? " tanya Danisha ingin meyakinkan bahwa dugaannya benar.
" Benar, Danish, " jawab Saka singkat.
" Maafkan aku, perasaanku ini tak seharusnya ada diantara persahabatan kita. Tapi aku ga bisa bohong dan memungkiri nya. Setiap kau tak bersamaku, ada perasaan was-was dan hatiku tak bisa tenang. Semakin hari semakin dalam dan aku merasa tersiksa. Karena itu, aku ingin jujur kepadamu bagaimana sesungguhnya perasaanku padamu, " jelas Saka sekali lagi.
" Baiklah, aku permisi pulang. Hari sudah menjelang maghrib. Kamu juga butuh istirahat. Please, besok jangan ke studio dulu. Beristirahatlah dan pulihkan kesehatanmu, jika perlu periksalah ke dokter. Aku akan mengantarmu, " kata Saka, ia berdiri dari duduknya untuk berpamitan.
" Saka.. makasih atas semuanya. Aku.. maafkan aku..." Danisha pun ikut berdiri, namun belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Saka memotong ucapannya.
" No need to thank you and say sorry, Danish. Aku paham. Aku harap kita tak akan pernah berubah, kebersamaan dan persahabatan kita, " sahut Saka memotong ucapan Danisha.
" Aku pulang ya.. please jangan menangis, jeyeg muka kamu. Besok aku ke sini lagi, aku bawakan salad buah buatan Mama, " kata Saka dengan sedikit candaan yang membuat Danisha tersenyum.
" Gitu donk.. senyummu bikin segar hatiku, tau ga ? " kata Saka lagi sambil terkekeh.
" Ish apaan lagi ! emang air.. ? entar aku siram air beneran baru tau rasa ! " ucap Danisha kesal.
" Hahahaha.. iya iya ga lagi.. ! ya udah, aku pulang dulu. By the way, Ayah sama Bunda kemana ? "
" Ayah lagi jemput Bunda dan belum balik, " jawab Danisha.
" Ok, aku pulang ya.. istirahat dan jangan lupa makan. Besok pagi aku kesini lagi. assalamualaikum.. " pamit Saka.
" Waalaikumsalam.. iya iya.. bawel ! Kamu hati-hati, jangan ngebut dan jangan melamun, " balas Danisha dengan senyum lebarnya.
Saka yang sudah berjalan keluar halaman hanya mengangkat tangannya sambil terkekeh.
Untuk saat ini
Biarlah semua berjalan apa adanya
Jika pun akan berlalu
Biarlah berlalu dengan semestinya
Dan bila memang harus berakhir
Biarlah berakhir dengan seharusnya
Dan aku tetap akan menjadi penjaga dan pelindungmu
Sampai aku tak mampu bernapas lagi, sampai raga dan jiwaku bersatu dengan bumi
********
Dalam perjalanan pulang di dalam mobil, Saka menghubungi Prasta.
" Hai brader, kamu masih kerja ? " tanya Saka
" Udah pulang, eh belum sampai rumah sih.. kenapa bro ? " ujar Prasta di seberang sana.
" Sekarang masih di jalan ? " tanya Saka lagi.
" Ga sih.. uummm.. lagi di rumah Renata.. hehehehe..." jawab Prasta dengan kekehannya.
Pasti di seberang sana dia pasang tampang cengengesan.
" Huh..?? berarti tebakanku benar donk ! Hahahaha... " ujar Saka dengan tawa tergelak.
" Jadi ceritanya sekarang ngapel gitu ? " lanjut Saka terkekeh.
" Gaaa... cuma ngantar dia pulang aja bro... seharian dia udah nemenin aku tadi, " jawab Prasta santai.
" Whooaaah... banyak kemajuan kau brader ! Good lah ! keknya udah resmi nih ! " kelakar Saka.
" You know me, brader. Faster is better... hahaha..." Prasta tergelak lagi.
" Ck..! percayaaa... Ok, malam ini aku jemput kamu, kita ke tempat biasa yaa.. " ajak Saka
" Wait ! Hanya kita berdua ? "
" Yess my brader ! Just the two of us ! Jam 7 aku jemput. See ya.. "
" Ok bro, see ya..
Mereka pun mengakhiri percakapan via telepon itu.
Saka tersenyum mengingat percakapannya dengan sahabatnya.
Aku ikut senang Pras, semoga kalian berdua benar-benar bisa mewujudkan tujuan akhir kalian, gumam Saka dalam hati.
Tiba-tiba ponsel Saka berdering, di layar menunjukkan panggilan dari Mama.
" Ya Ma, Saka lagi di jalan. "
" Di jalan mau pulang kan ? " tanya Bu Dinda
" Ya iyalah Ma.. kenapa ? Mama mau titip sesuatu ? Mumpung Saka belum sampai rumah nih.."
" Ga kok. Tadi kakakmu telepon Mama katanya kamu udah pulang dari kantor sejak tadi. Tapi kok belum sampai rumah juga, " tutur Bu Dinda
" Owh.. Saka mampir rumah Danisha, Ma. Sakit dia. Oh ya Ma, besok pagi bikinin salad kesukaan Danisha ya.. Saka mau ke rumahnya besok pagi, " kata Saka.
" Eh, Danish sakit apa ? Iya iya besok Mama bikinin saladnya. Ya udah, kamu hati-hati. Mama tutup teleponnya ya.. assalaamualaikum.."
" Makasih Ma. Waalaikumsalam.." Saka menutup teleponnya.
Ia menyalakan audio mobilnya. Entah kenapa ia terbawa dengan lagu yang dinyanyikan Tangga berjudul Cinta Tak Mungkin Berhenti. Seolah syair lagu itu memang menggambarkan dirinya. Ia tersenyum, entah senyum bahagia atau terluka.
🎶🎶🎶
*Tak ada kisah tentang cinta
Yang bisa terhindar dari air mata
Namun kucoba menerima
Hatiku membuka
Siap untuk terluka
Cinta tak mungkin berhenti
Secepat saat aku jatuh hati
Jatuhkan hatiku kepadamu
Sehingga hidupku pun berarti
Cinta tak mudah berganti
Tak mudah berganti jadi benci
Walau kini aku harus pergi
'Tuk sembuhkan hati
Walau seharusnya bisa saja
Dulu aku menghindar
Dari pahitnya cinta
Namun kupilih begini
Biar kuterima
Sakit demi jalani cinta
Cinta tak mungkin berhenti
Secepat saat aku jatuh hati
Jatuhkan hatiku kepadamu
Sehingga (hingga) hidupku (hidupku) pun berarti
Cinta tak mudah berganti
Tak mudah berganti jadi benci
Walau kini aku harus pergi
'Tuk sembuhkan hati
Hanya kamu yang bisa
Bisa membuatku rela
Rela menangis karenamu
Cinta tak mungkin berhenti
Secepat saat aku jatuh hati
Jatuhkan hatiku kepadamu
Sehingga hidupku pun berarti
Cinta tak mudah berganti (cinta tak mungkin berganti)
Tak mudah berganti jadi benci (tak mudah untuk berganti)
Walau kini aku harus pergi
'Tuk sembuhkan hati
Biar aku pergi sembuhkan hati*
🎶🎶🎶🎶
*******
Jam 19.10 mobil Saka sudah sampai di depan rumah Prasta. Ia membunyikan klakson, supaya Prasta segera keluar. Tak lama Prasta keluar rumah. Mengenakan hoodie dark grey dan celana jeans hitam serta sneaker putih, ia setengah berlari menuju mobil Saka yang terparkir persis di depan pagar rumahnya.
Setelah Prasta masuk ke dalam mobil dan mengenakan seat belt nya, Saka melajukan mobilnya. Terdengar musik dari audio mobil yang membuat Prasta tersenyum, tangannya memperbesar tombol volume di perangkat audio mobil Saka. Sedetik kemudian Prasta pun ikut bersenandung lagu Sempurna yang dinyanyikan Andra and The Backbone, terlihat ia sangat bahagia.
Saka yang melihat sikap dan tingkah sahabatnya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lebar.
" Wiiihhhh.. yang baru jadian.. bahagia banget rupanya ! " kelakar Saka sambil terkekeh.
Prasta ikut terkekeh. Lalu ia melihat Saka yang masih tersenyum fokus mengemudi.
" Kamu sendiri gimana bro ? " tanya Prasta kemudian.
" Huh ? Maksudnya ? " tanya balik Saka.
" Ka, ada baiknya kamu ngomong sama Danish tentang perasaan kamu, " ujar Prasta serius.
" Udah kok, " singkat Saka menjawab.
" Huh ? Serius ? Kapan ? " tanya Prasta beruntun.
" Tadi sore, " jawab Saka masih fokus dengan jalanan yang mereka lalui.
" Trus, Danish gimana ? " kejar Prasta.
" Ga gimana-gimana.. gimana emangnya ? "
" Ya ampun bro.. dia nerima kamu setelah kamu tembak dia ? " cerocos Prasta.
" Dia kaget dan ga bilang apa-apa. Biarlah saat ini begitu. Dia tahu perasaanku, itu cukup bagiku, " jelas Saka tersenyum simpul.
" Kenapa ? " tanya Prasta penasaran.
Saka tersenyum, pandangannya masih tetap ke depan, ke jalan yang mereka lalui.
Lalu tak lama, ia menepikan mobilnya di sebuah cafe yang ramai pengunjungnya. Saka mulai mencari tempat parkir untuk mobilnya. Ada seorang tukang parkir yang berlari untuk mengarahkan parkir mobilnya.
Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, Saka dan Prasta pun keluar mobil. Penampilan Saka malam ini terlihat santai, sweater bergaris lebar warna hitam dan putih serta celana jeans warna charcoal, tak lupa sneaker warna senada dengan celana jeans nya.
Kedua laki-laki bersahabat itu berjalan memasuki cafe dan segera mencari tempat duduk. Cafe dengan konsep anak muda itu sudah mulai ramai pengunjung, maklum malam Minggu.
Begitu mereka mendapatkan tempat duduk yang pas, mereka pun memesan makanan dan minuman.
" Kamu belum jawab pertanyaanku tadi bro, " kata Prasta.
" Yang mana ? " tanya Saka pura-pura lupa dengan yang Prasta tanyakan tadi.
" Kenapa kamu biarkan Danisha hanya mengetahui perasaanmu tanpa dia memberikan jawaban padamu ? " Prasta kembali mengulang pertanyaannya.
" Karena aku ingin begitu. Aku ingin dia tahu perasaanku yang sesungguhnya kepadanya. Aku ingin menjaga dan melindunginya, tak peduli dengan perasaannya padaku, " jawab Saka tegas.
" Tadi siang dia pingsan di studio. Ia pulang diantar Mas Rendra, " lanjut Saka.
" Yang bener ? Sebelum aku, Distha dan Renata pergi dari studio dia kelihatan baik-baik aja. Tapi memang agak pucat wajahnya. Trus sekarang gimana dia ? " tanya Prasta kaget.
" Tadi sore juga wajahnya masih pucat tapi katanya baik-baik aja. Ya begitulah, kamu tau sendiri kan gimana keras kepalanya Danish. Aku khawatir Pras, " tutur Saka.
" Iya aku tau, aku dan Distha juga khawatir sama dia. Tapi Danisha keras kepala kalo dikasih tau, " sahut Prasta.
" Oh ya, Renata juga bilang sama aku. Danisha sering tiba-tiba sakit kepala dan wajahnya pucat kalo pas siaran. Pernah dia lupa ga bawa obat, akhirnya Tomi yang disuruhnya membeli obat, " kata Prasta menceritakan keadaan Danisha menurut Renata.
" Itulah. Besok pagi kita ke rumahnya ya.. kamu dan Distha coba deh bujuk dia buat periksa ke dokter, " ujar Saka.
Makanan dan minuman yang mereka pesan akhirnya datang, lalu mereka pun menyantapnya sambil sesekali ngobrol.
******
Sementara itu, di kamar Danisha. Setelah makan malam bersama Ayah dan Bunda, ia langsung masuk ke dalam kamar. Ia juga telah selesai melaksanakan sholat isya. Adiknya, Kirana, sedang pergi ke acara ulang tahun teman sekolahnya.
Danisha berbaring di ranjangnya. Masih sedikit nyeri di kepalanya. Ia sendiri heran, sepertinya efek obat yang biasa ia minum tidak bekerja. Ia mengambil ponselnya yang ia letakkan asal di ranjangnya. Ada panggilan tak terjawab, Mas Rendra. Danisha menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Lalu ia pun teringat Saka, sahabatnya yang tanpa ia mengerti telah memiliki perasaan padanya lebih dari sekedar sahabat.
Entah ia harus bagaimana. Kedua lelaki yang dikenalnya berbeda, namun keduanya memiliki perasaan yang sama padanya.
Bagaimana aku harus bersikap pada kalian ?
Dibukanya ponsel biru metaliknya, ada beberapa pesan baru yang masuk. Dilihatnya nama Distha, lalu ia membuka pesan dari sahabatnya itu.
Distha
" Hey Danish, tuh kan kamu ga kasih kabar apapun padaku. Aku coba menelepon kamu tapi ponselmu ga aktif. Kamu baik-baik aja kan ? "
Danisha tersenyum membaca pesan dari sahabatnya, kemudian membalas pesan itu
Me
" Hai Distha sayang, sorry aku ga kasih kabar ke kamu, ponselku mati, biasaaa.. hehehe.. aku baik-baik aja kok, Dis. "
Tak lama kemudian, ia mendapat balasan pesan dari Distha.
Distha
" Baiklah.. kamu lagi apa ? Besok siaran jam berapa ? "
Danisha membalas pesan Distha lagi
Me
" Lagi rebahan aja. Mungkin besok aku off dulu, aku pengen istirahat. "
Dan segera ia mendapat balasan dari Distha lagi
Distha
" Iya Danish, kamu kecapekan itu. Kamu istirahat yang banyak ya.. ok kalo gitu, aku mau antar Mama arisan dulu ya.. see ya.. 😘"
Danisha tersenyum lebar
Me
" Yup. Thanks yaa.. hati-hati di jalan & yang sabar kalo Mama kenalin kamu lagi sama cowok.. 😉 "
Danisha melihat pesan lainnya di ponselnya. Mas Rendra juga mengiriminya pesan.
Mas Rendra
" Hey, gadis yang membawa separuh hatiku. Berjanjilah kamu selalu baik-baik saja. Kamu tau, separuh lagi hatiku merindukanmu. Seluruh ragaku ingin bersamamu, saat ini dan selamanya.. 🤗💞
Danisha tersenyum dan menghela napas pelan. Ada getar di hatinya ketika membaca pesan yang dikirim Mas Rendra.
Dilihatnya jam di ponselnya, hampir jam 9 malam. Ia sudah meminum obatnya dari jam 7 tadi, tapi kepalanya masih terasa nyeri.
Drrrrttt..
Ponselnya berdering, panggilan masuk dari Saka. Digesernya tombol hijau untuk menjawab panggilan telepon dari sahabat yang baru saja mengungkapkan perasaan padanya.
" Assalamualaikum, Ka.."
" Waalaikumsalam, Danish. Maaf ganggu istirahat kamu. Udah makan dan minum obat ? Istirahat ya.. biar kondisimu segera pulih. "
" Ga papa kok Ka, aku udah makan dan minum obat. Ini juga lagi istirahat. Kamu lagi dimana, kok keknya rame banget ? "
" Lagi di cafe sama Prasta. Ok ya.. kamu istirahat. Besok kita ke sana, mau salad buah nya ga nih ? "
" Eh iya donk, salad buah bikinan Mama lho.. ga mau yang lain, " sahut Danisha.
" Eh ? Cepet bener kalo denger salad buah, hehehe... ya udah kamu istirahat. See ya.. assalaamualaikum.. " kata Saka mengakhiri percakapan teleponnya.
" Iyaaa bawel ! waalaikumsalam.. " jawab Danisha terkekeh.
Tak lama ponselnya berbunyi tanda pesan masuk.
Saka
" Tidurlah, ada rindu yang harus istirahat. Tak perlu kau risaukan esok, ada aku yang bersamamu.. 🤗💞
Tbc
**Hellooww LOTA Lovers 💞💞
Danisha masih galau 🤭
Prasta yang bahagia ( eh.. author salah ngomong ga sih... takut ada yang marah terpotek hatinya, maapken 🙏😘)
Ini udah eps 20 yaa.. makasih buat semua yang masih setia di lapak LOTA 😘
Stay safe & healthy.. Love you more & more 😘🤗💞💞**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Murtianingsih
aduh aku jadi bingung mau pilih yang mana? Saka atau Rendra? hiiiiii...tentukan pilihanmu Danish🤭🤔
2021-09-18
1
happy
hebat Thor ...
memang sebuah lagu bisa melukiskan tentang apa yg kita rasakan
semangat Thor
2021-02-01
2
Hanifah sani
Ko aku jadi deg degan yahh takut danis tilak saka.😊
2021-01-31
0