"Enak yah, udah jadi Nyonya dadakan dirumah ini, bangunnya siang? Emang Lo pikir Lo jadi istrinya kak Zen, Lo bisa bebas?" Flora melenggang ke hadapan Fey yang baru keluar dari kamar.
Fey menatap ke arah Flora kemudian menunduk. "Maaf Flo, Mbak lupa kemarin tidur larut."
"Halah! Alasan Lo! Bilang aja malas-malasan, perempuan murahan, Lo nikah sama kak Zen cuma karena mau hartanya kan? Dasar munafik Lo!" ujar Flora melipat kedua tangannya.
Fey terdiam, hatinya jelas sakit mendengar penuturan Flora kepadanya, namun dia harus kuat untuk selalu sabar menghadapi hal ini.
"Fey, kamu sudah bangun, Nak? Kamu mau sarapan?" Nyonya Reni berjalan menghampiri Fey dan Flora yang berdiri di depan pintu kamar Fey.
"Mami! Ngapain sih baik-baikin, dia, kan Papi sama Kak Zen gaada dirumah, gausah drama!" jawab Flora yang membuat Nyonya Reni meliriknya tajam.
"Flo, kamu gaboleh gitu sama Mbak kamu, udah Fey, gausah pikirin Flo, sama orang baru, Flo memang selalu gitu," jawab Nyonya Reni mengajak Fey turun ke lantai bawah untuk makan.
Flora hanya menatap kepergian Fey dan Maminya dengan tanda tanya, bukankah harusnya jika Tuan Aldrich dan Zen tidak ada mereka bersikap kasar, tapi Flora merasa Maminya itu berubah sikap dan justru baik.
"Kamu mau makan apa sayang, Mami udah masak ini, kamu suka gak?" tanya Nyonya Reni mengambilkan nasi ke piring Fey.
"Eh, aku bisa sendiri kok Mam, aku juga gak enak sama Flora, aku orang baru tapi malah bangun telat," jawab Fey merasa tidak enak.
"Aduh, Flora gausah kamu pikirin itu anak memang begitu," ujar Nyonya Reni. "Kabar Papa kamu gimana, Pak Ryan?"
Fey terdiam, dia menatap sejenak Nyonya Reni. "Mami tahu nama Papa aku?"
"Ehm, iya soalnya Zen sempat cerita tadi pagi," jawab Nyonya Reni berbohong. "Sehat-sehat aja kan."
"Alhamdulillah sehat Mam, tapi aku kangen sama Papa dan Mama, Mama aku juga baik walaupun dia Mama Tiri, tapi aku gatau kapan bisa ketemu mereka lagi," jawab Fey memandang sedih ke depan.
Melihat itu membuat Nyonya Reni berjalan ke arah Fey dan memeluknya. "Kamu yang sabar yah, nanti kalau ada waktu Mami bakalan temenin kamu ketemu Papa dan Mama kamu, tapi kamu bilang Mama Tiri, Mama kandung kamu kemana?"
Nyonya Reni sengaja memancing pertanyaan agar memastikan bahwa Fey masih ingat tidak memiliki Ibu Kandung, Fey menatap Nyonya Reni sejenak kemudian melepas cadarnya.
"Kata Papa, Mama Kandung Fey udah meninggal, tapi entah kenapa Fey merasa bahwa Mama Kandung Fey itu masih ada, hanya saja Fey tidak tahu dimana keberadaannya," jawab Fey yang membuat Nyonya Reni merasa sedih.
"Andaikan kamu tahu, kalau Mami ini adalah Mama kandung kamu," batin Nyonya Reni memeluk erat Fey.
"Udah, kamu gausah sedih, Mami ada hadiah buat kamu," Nyonya Reni mengeluarkan sebuah kotak kalung dari dalam sakunya kemudian membukanya. "Ini Kalung Nikah Mami dengan Suami pertama Mami dulu, Mami mau ngasih ini ke kamu, Mami rasa ini cocok buat kamu."
Fey tersenyum, dia mengangguk yang membuat Nyonya Reni membantu memasangkan kalung tersebut. "Nah cantik kan."
Disaat Fey melihat kalung yang ada dilehernya itu, tiba-tiba saja, Flora datang dan merebut kalung itu.
"Mami apa-apaan sih, Mami aja gapernah ngasih perhiasan ke aku, kok Mami ngasih ke dia, anak Mami aku atau dia!" protes Flora.
"Flo, bukan begitu sayang, ini hadiah pernikahan buat Mbak kamu!" jawab Nyonya Reni mengambil kembali kalung itu tapi Flo menolak.
"Gak mau, pokoknya ini buat aku!" jawab Flora menolak mengembalikannya, namun Nyonya Reni memaksa menarik yang membuat pengait kalung itu lepas.
"Astaga Flo!" Nyonya Reni menarik tangan Flo keluar dari rumah menuju teras meninggalkan Fey didalam. "Kamu tuh kenapasih!"
"Mami yang kenapa!" jawab Flo saat tiba di teras. "Mami tiba-tiba baik sama Fey, harusnya kita mikirin cara buat dia pergi dari sini!"
"Tutup mulut kamu!"
"Mami aneh deh! Anak aku Mami atau dia!"
PLAK! "Kalian berdua sama-sama anak Mami!"
Sebuah tamparan melayang ke pipi Flora, ini adalah pertama kalinya dalam hidup Flora ditampar oleh Maminya sendiri, Fey yang melihat itu karena menyusul mereka berdua langsung menghampiri Flora.
"Mami, gausah begini, gapapa nanti kalungnya buat Flora aja," ujar Fey memisahkan ibu dan anak itu dari perdebatan mereka.
Flora memegang pipinya sendiri kemudian menatap nanar Nyonya Reni sebelum menatap Fey tajam. "Puas Lo! Gausah sok baik deh Lo! Munafik!"
Flora berlari menuju mobilnya dan menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumah, disaat kesal dan tidak tahu harus kemana, ponsel Flora berdering.
"Halo! Siapa Lo!?"
"Hai Flora! Saya Godfrey, saya ingin membuat kesepakatan, kamu ingin Fey pergi dari rumahmu kan? Baiklah, saya menginginkan hal itu juga karena saya ingin merebut Fey dari tangan Zen, bagaimana kalau kita bekerjasama?"
Flora terdiam.
•
•
•
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Arif Muzakki
bener2 emangnya Fey barang apa mau main tarik ulur situ yg jual kok sekrng situ yg mau merebut Fey dasar Frey gk ada akhlak
2023-03-26
0
Aminah Adam
lanjut
2023-03-26
0
Endah Pratiwi
frey gila, udah gadaikan fey malah diambil lagi 😤😤😤
2023-03-20
0