BAB 14. Aku Tetap Sama

Nyonya Reni sedang berjalan di halaman rumah, dia juga sedang memikirkan apa yang terjadi kepada nasib Fey dan Zen, bagaimana bisa ada seorang wanita yang mengaku dihamili oleh Zen, padahal walaupun Nyonya Reni hanyalah seorang ibu tiri dia paham betul Zen tidak akan melakukan hal seperti itu.

Di saat Nyonya Reni sedang berjalan matanya memandang sesuatu yang berbeda sebuah tespack tergeletak di antara rerumputan halaman rumah hal ini membuat Nyonya Reni mengambil tespack tersebut dan melihat dari mana arah jatuhnya dan ternyata arah jatuhnya dari balkon kamar milik Zen dan Fey.

Nyonya Reni kemudian berjalan masuk ke dalam rumah dia harus menanyakan hal ini kepada Fey langsung, sesampainya di dalam rumah Nyonya Reni langsung ke kamar Fey di mana di dalam kamar tersebut hanya tinggal Fey sendiri karena Zen, sedang berbicara dengan Tuan Aldrich, suaminya.

"Fey, kamu di dalam tidak?" tanya Nyonya Reni yang membuat Fey berjalan membukakan pintu untuk Nyonya Reni.

Wajah Fey tampak memancarkan kesedihan yang membuat Nyonya Reni langsung memeluknya, Fey sendiri hanya bisa pasrah dan tidak berucap apapun.

"Kamu yang sabar yah, sayang, Mami tahu isi hati kamu," ujar Nyonya Reni memperlihatkan testpack yang dibuang Fey tadi. "Mami akan bicarakan ini kepada, Papi kamu yah."

Nyonya Reni kemudian hendak pergi dari sana, dia tidak ikhlas jika Fey dan Zen bercerai karena dia tidak ingin jauh lagi dengan anak kandungnya, yaitu Fey.

Saat Nyonya Reni hendak pergi, Fey segera menahan tangannya, yang membuat Nyonya Reni menatap dalam Fey.

Fey menggelengkan kepalanya tanda untuk tidak mengatakan apapun kepada Tuan Aldrich maupun Zen.

"Tapi bagaimana dengan kamu?"

"Aku gapapa kok Mam, aku kuat, Mami percaya kan sama aku?" ujar Fey yang membuat Nyonya Reni kembali memeluknya. "Walaupun nanti aku cerai dengan Mas Zen, aku bakalan tetap jadi anak Mami kan?"

"Kamu selamanya adalah anak Mami, Fey, tidak akan pernah berubah, dan tidak ada yang bisa merubah itu."

Sementara itu Zen kini sedang berada di hadapan Ayahnya, berbicara Empat Mata secara pribadi.

"Zen, Papi sebenarnya ga habis pikir sama kamu, jika hanya Foto Papi bisa pikir itu Editan, tapi ini Videonya dan bisa menyeret kamu ke Ranah Hukum!" jelas Tuan Aldrich merasa pusing dengan masalah yang di hadapi anaknya.

"Papi percaya sama aku, aku gak mungkin ngelakuin hal itu, apalagi sampai melakukan hubungan diluar nikah sama dia, kenal sama perempuan itu aja gak," jawab Zen menjelaskan. "Papi kenal aku kan, anak Papi ini gak mungkin melakukan hal sebodo itu!"

"Tapi Zen."

"Papi harus percaya sama aku!"

"Papi sulit Zen, Fey sudah bersedia untuk bercerai dari kamu, semua bukti sudah mengacu kepada kamu, dan Fey tidak ingin dimadu karena kamu harus menikahi perempuan itu!"

"T-Tapi."

"Berikan waktu, Papi untuk sendiri Zen."

Zen berdiri dari duduknya dia juga sudah sangat pasrah, dia tidak bisa berbuat apapun sekarang, bahkan dia tidak terpikir untuk menggunakan uangnya untuk membayar orang agar bisa menyelediki hal ini, kepalanya sudah penuh dengan kekalutan, Zen kembali ke kamarnya dimana ada Fey disana, Fey tampak tertidur, Zen merasa bimbang, dia duduk di pinggir ranjang berusaha mengusap wajah Fey.

"Percaya sama Mas, Mas ga mungkin ngelakuin hal itu, Cuma kamu yang bisa mematahkan orientasi Mas, gak mungkin Mas memiliki hasrat dengan wanita lain," ujar Zen yang tidak digubris oleh Fey yang tidur.

Sebenarnya Fey hanya pura-pura tidur karena tergambar dari matanya yang sudah basah akibat menangis mendengarkan kalimat Zen.

•

•

•

TBC

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***