BAB 05. Terlihat Indah, Belum Tentu Surga

Keluarga Fey harus merelakan kepergian Fey yang kemungkinan besar mereka tidak akan bertemu lagi, Fey hanya bisa menahan air mata saat dirinya masuk ke dalam mobil milik Zen yang langsung melaju kencang meninggalkan Area itu.

"Tenangkan dirimu, saya menikahimu bukan untuk menjadikanmu sebagai bahan permainan."

"Lalu apa? Apakah semua orang kaya seperti ini, memperlakukan sesuatu sesuai kehendak mereka, asalkan mereka memiliki uang?" jawab Fey menatap suaminya.

"Saya rasanya tidak memiliki kapasitas untuk menjawab pertanyaan kamu, tenangkan hatimu, sebentar lagi kamu akan bertemu keluarga saya, pastikan jangan ada air mata," ujar Zen mengambil tisu dan mengusap air mata Fey.

"Pokoknya kalau pengantinnya sudah datang, kalian harus siap sedia yah, saya gamau ada kekacauan pokoknya semua harus siap!" Seorang wanita yang sudah cukup tua tampak memerintahkan beberapa pembantu untuk menyusun sebuah acara.

Kediaman keluarga Zen tampak disibukkan dengan ini semua, sedangkan tak lama kemudian seorang wanita lain datang menghampiri wanita tua tersebut.

"Mami! Mami ngapain sih kok malah Mami yang sibuk," ujar wanita itu yang membuat wanita tua tadi membalikkan menatap wanita yang memanggilnya.

"Flora! Kalau kamu gabisa bantuin Mami mending kamu diem deh, Mami lagi pusing, ini semua tuh suruhan Papi kamu, sebenarnya Mami juga malas ngelakuin ini," jawab wanita tua itu duduk di samping anaknya yang bernama Flora.

"Udahlah Mam, kita udah gagal, kalau Kak Zen nikah, harta keluarga ini bakalan jatuh ke tangan dia semua, kita gak bakalan kebagian," jawab Flora. "Ngapain pura-pura baik lagi."

Wanita tua itu tersenyum smirk kemudian merangkul putrinya. "Eits! Flora sayang, itukan kalau pernikahan mereka bertahan enam bulan, kita punya waktu enam bulan buat ngerusak pernikahan mereka, jadi kamu harus tetep pura-pura baik, tapi kita bakal bikin perempuan itu merasa gak nyaman dirumah ini."

"Maksud Mami?"

"Rumah ini memang keliatan seperti surga sayang, tapi bagi perempuan sialan itu, akan Kami buat seperti di neraka," jawab wanita tua itu. "Dan setelah Zen bercerai dengan perempuan itu, dia akan gagal dan harta warisan akan jatuh ke kamu!"

Flora tersenyum licik, dia merasa senang dengan rencana Maminya, karena tujuan mereka masuk ke dalam keluarga ini memang untuk itu.

"Aku suka rencana Mami, Mami emang cerdas!" ujar Flora.

Wanita tua tersebut tersenyum licik pula, tak lama kemudian seorang pria yang sudah cukup tua berjalan turun melewati anak tangga dengan memakai jam tangan, dia adalah Tuan Adrich, ayah dari Zen.

"Reni! Ren! Gimana udah selesai belum persiapannya, Papi tadi sudah telepon Zen, dia dan istrinya bakalan segera sampai."

Reni, nama wanita tua tadi itu berdiri, dan menghampiri, dia memperbaiki kerah baju suaminya itu kemudian tersenyum. "Udah dong Pi, pokoknya kalau Mami yang nyiapin, semuanya pasti beres."

"Oke, Kamu memang bisa diandalkan sayang," jawab Tuan Aldrich duduk di sofa.

Disaat mereka semua menunggu, seorang satpam masuk dan mengabarkan bahwa Zen dan Fey sudah datang ke rumah itu.

"Ayok Mi, kita keluar, kita sambut mereka," Tuan Aldrich berdiri kemudian menggandeng tangan Reni keluar untuk menyambut Zen dan Fey.

Disaat Tuan Aldrich, Nyonya Reni dan Flora sudah ada di teras rumah, Zen dan Fey keluar dari dalam mobil, Fey tampak menundukkan wajahnya.

Walaupun dia mengenakan cadar tetapi Fey masih merasa malu, Zen menggandeng tangan Fey berjalan menemui kedua orang tuanya.

"Assalamualaikum, Pa, Pi, Flo!" ujar Zen yang membuat ketiganya menjawab salam tersebut. "Perkenalkan dia Fey, istri Zen."

"Wah, nama yang cantik, Papi udah lama banget kepengen menantu akhirnya punya juga, pasti rupanya secantik akhlak dan sifatnya," ujar Tuan Aldrich mengajak mereka masuk. "Mari masuk."

Tuan Aldrich mengajak Zen dan Fey menuju ruang makan karena memang mereka sudah menyiapkan hidangan.

Di ruangan itu Tuan Aldrich sengaja meminta untuk pembantu lain tidak masuk lagi selama mereka makan.

Fey terdiam, bagaimana bisa dia makan bersama jika dia sedang menggunakan cadar sedang disini sedang ramai.

Tuan Aldrich yang mengerti situasi itu kemudian tersenyum dan menatap Fey.

"Tidak mengapa Nak, Buka saja cadarmu, kami ini sudah keluarganya, ada beberapa hal yang memperbolehkan seorang muslimah bercadar memperlihatkan wajahnya dalam salah satunya, jika keluarga yang berkumpul tersebut semuanya masih termasuk mahram, seperti: ayah, ibu, mertua, saudara kandung, anak, kakek, nenek, dan semisalnya, maka tidak mengapa memperlihatkan wajah."

Fey terdiam, memang syariatnya diperbolehkan begitu, dan Fey merasa bahwa Ayah Mertuanya ini adalah seseorang yang mengerti agama.

Fey perlahan membuka cadarnya dan memperlihatkan wajahnya kepada Ayah Mertua, Ibu Mertua, Suami dan Adik Iparnya untuk pertama kalinya.

"Masya Allah," ujar Tuan Aldrich memujikan kecantikan rupa dan akhlak menantunya itu. "Tidak salah anakku meminang seorang Gadis."

KLING!

Semuanya menatap ke arah bunyi itu yang berasal dari Nyonya Reni, Nyonya Reni menjatuhkan sendoknya saat melihat wajah Fey.

"Dia-" batin Nyonya Reni saat semua orang masih menatapnya.

TBC

Terpopuler

Comments

Zainab ddi

Zainab ddi

jangan2 ibu tiri Zen tahu Fey anak siapa

2023-03-24

0

Aini Chayankx Ahmad N

Aini Chayankx Ahmad N

haduh siapa ya

2023-03-20

0

Yunia Afida

Yunia Afida

siapa ni

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!