Aku sudah siap jika Mas Naja menjemput. Aku sudah bangun sangat pagi untuk hal ini. Aku melihat jam. "Kenapa waktu terasa berhenti". Aku mengeluh pada diri sendiri.
Suara bel rumah membuat aku bangkit dan bersemangat lagi.
"Mas Naja". Aku membuka pintu sembari memanggilnya.
Orang itu menatapku.
"Maaf Mas Rendra. Aku kira Mas Naja".
Aku merasa bingung dengan situasi ini. Kenapa Mas Rendra yang datang kesini?. Akh masih bingung dengan situasi aneh ini.
"Boleh aku masuk?". Mas Rendra membuyarkan lamunanku.
"Boleh kok Mas. Mari".
Mas Rendra duduk sambil sesekali menatap diriku. Aku merasa canggung dengan tatapan itu dan hampir setengah jam Mas Rendra tidak mengatakan apapun.
Suara pintu terbuka membuat aku menoleh. Mas Naja berdiri terpaku disana melihat aku dan Mas Rendra hanya berdua.
"kenapa kau disini?".
"Aku hanya ingin melihat calon istri adikku"
"Kak. Aku akan berangkat dengan Kei. Sebaiknya kau pulang saja".
Mas Naja menarikku dan menyuruhku mengambik barang-barangku.
Sejenak aku mendengar pertengkaran mereka. Aku tidak tau apa yang mereka ributkan tapi jelas-jelas seorang perempuan.
"Ayo cepat". Mas Naja langsung menarikku dan menyuruhku masuk ke mobil.
Sesekali aku melihat kearah Mas Naja. Wajahnya merah padam. Sepertinya bukan kali pertama mereka bertengkar seperti ini.
💞 💞 💞
Sampai di vila suasana sudah cukup riuh. Banyak orang yang mempersiapkan pernikahan ini. Keluargaku dan Mas Naja sudah berbaur tidak dapat dibedakan.
"Kalian sudab datang?". Tante Mita memeluk erat tubuhku.
"Iya tante. Maaf lama".
"Ma. Biarkan aku dan Kei istirahat dulu".
"Kamu ini. Oh ya, kamar kalian ada diatas. Terpisah lo ya kamarnya".
Mendengar kalimat Tante Mita membuat aku sedikit tersipu.
"Setelah istirahat nanti kita makan bersama. Ok?". Aku dan Mas Naja hanya mengangguk.
Aku mengikuti langkah kaki Mas Naja. Kini Mas Naja sudah kembali seperti biasa walau tadi rona marah masih tercetak diwajahnya.
"Kamh ambil kamar yang tengah".
Aku hanya mengangguk dengan perkataan Mas Naja. Diruangan ini hanya ada tiga kamar. Mas Naja di kanan dan aku ditengah.
Aku langsung masuk dan melihat kamar itu. Cukup luas dengan tatanan yang minimalis. Aku merebahkan badanku karna memang perjalanan kesini cukup memakan waktu.
💞 💞 💞
Suara ketukan pintu membuat aku terbangun. Melihat jam dinding yang sudah menunjukan jam makan siang.
Akh kaget ketika Anya tiba-tiba masuk dan memelukku.
"Kok kamu disini?".
"Mas Naja yang menyuruhku datang".
"Akh kira kamu nggak akan datang".
"Sebenarnya aku banyak sekali acara. tapi, karna Mas Najamu sudah menjemputku langsung. Aku jadi kasihan padamu".
Aku mencubit tangan Anya dan hanya ditanggapi dengan tawaan darinya.
"Ayo turun. Semua sudah menunggumu".
"Ok".
💞 💞 💞
Melihat pemandangan disekeliling vila membuat aku penasaran. Mungkin jalan-jalan disini akan membuatku lebih nyaman dengan pernikahab ini.
"Indah banget. Damai". Aku memasukkan kakiku ke air yang mengalir. Mungkin aku berjalan lumayan jaub jadi bisa nemu anak subgai kaya gini.
Hawanya sejuk dan pemandanganyapun menyejukkan mata. Sunyi.
"Kenapa kamu disini?". Suara itu membuat aku hampir terjatuh kesungai.
"Kamu tidak apa-apa". Aku langsung melepaskan pelukan Mas Rendra.
"Kok mas disini?".
"Kenapa kamu yabg balik tanya. Ini tempat favoritku".
"Maaf kalau aku ganggu Mas Rendra". Aku melangkahkan kakiku menjauh.
"Jangan katakan pada siapapun tentang tempat ini". Aku menoleh dan mengangguk.
Mas Rendra tersenyum dengan senyuman yang aneh. Aku bergegas untuk kembali ke vila sebelum yang lain mencariku.
Sudah beberapa kali aku berputar namun tidak ada jalan untuk aku kembali ke vila.
"Kok aku ceroboh gini ya". Aku kembali memastikan ponselku disaku celana.
Tetap tidak ada. Aku kembali mencari jalan keluar. Nihil. Beberapa kali aku memanggil nama Mas Naja. Tapi tidak ada jawaban.
"Jangan teriak-teriak"
Aku terlonjak melihat Mas Rendra yang sudah disampingku.
"Jangan takut". Tatapan Mas Rendra membuag suasana menjadi sangat dingin.
"Shela. Ini bukan pertama kali kita bertemu seperti ini". Mas Rendra mendekat.
Aku berjalan mundur karna wajah Mas Rendra berubah. Tatapan rindu yang dan kekecewaan yang dalam.
"Kemari Shela. Aku selalu menanti kamu".
Aku terus berjalan mundur. Sampai akhirnya aku tersandung ranting dan jatuh. Kaki kananku terluka cukup dalam.
"Sakit?". Mas Rendra mendekat dan langsung memegang kakiku yang terluka.
Beberapa kali Mas Rendra meniupnya. Tapi, suasana ini tetaplah menakutkan.
"Kamu tahu Shela. Aku juga sakit karna kamu tinggalkan". Mas Rendra mencoba mengobati lukaku.
"Mas. Aku bukan Shela".
Mas Rendra langsung melepaskan kakiku dan menatap tajam kearahku.
"Aku Kei Mas. Keira".
"Kamu Shela. Shelaku". Mas Rendra tiba-tiba saja mencekik leherku dengan keras.
Aku berusaha melepaskannya tapi tenagaku tidaklah kuat. Perlahan mataku berkunang-kunang. Nafaskupun sesak. Gelap.
💞 💞 💞
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments