Part 8

Aku duduk di bangku taman rumah Mas Naja. Bunga yang bermekaran membuat suasana menjadi lebih hidup. Aku sudah menunggu hampir 1 jam tapi Mas Naja belum juga keluar. Hanya beberapa asisten rumah tangga yang berseliweran.

"Mbak". Aku memanggil salah satu asisten yang sedang menyiram tanaman.

"Ada apa ya non?". Gadis itu berhenti dari kegiatanya.

"Mas Naja ada dirumah kan?".

"Maaf non. Saya nggak tahu".

"Ya udah deh. Lanjutin aja kerjaanya". Aku kembali ketempat dudukku.

Padahal Mas Naja yang menyuruhku datang tapi kok malah dia yang ngilang. Aku mengambil tasku dan bersiap untuk pergi.

Tiba-tiba sebuah tangan mencekal pergelangan tanganku. Aku menoleh. Belum sempat aku melihat wajahnya, dia sudah memelukku dengan erat.

Aku mendorong dan meronta tapi tenaga cowok  ini cukup kuat.

"Tenang dulu. Biarkan aku memeluk kamu Shela".

"Maaf saya bukan Shela". Kali ini aku mendorong cukup keras.

Dia melepaskan pelukannya dan menatapku dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Maaf. Mas siapa ya?".

"Dia kakakku. Rendra". Aku menoleh. Melihat Mas Naja yang sedang berdiri dan didampingi Windi.

"Maaf. Kamu tunangan Naja ya?".

Kali ini wajah Mas Rendra berubah menjadi kecewa. Lebih tepatnya banyak guratan sedih disana.

"Tidak apa-apa Mas. Mungkin Mas terlalu rindu dengan pacar Mas". Aku menxoba mencairkan suasana.

"Maaf aku harus pergi. Sekali lagi maaf". Mas Rendra langsung pergi. Sebelum itu dia sedikit berbisik pada Mas Naja.

Aku dan Mas Naja saling beradu pandang. Mata kami bertemu. Banyak pertanyaan muncul dibenakku saat ini. Kedatangan Mas Rendra yang tiba-tiba dan kenapa Mas Naja bersama Windi.

"Saya permisi dulu Mas". Aku pergi dengan hati bergemuruh.

Marah. Kecewa dan luka yang aku dapatkan sekarang. Aku berjalan sampai menemukan tempat pemberhentian bus. Aku menunggu bus untuk kembali ke apartemen.

"Kenapa aku nggak bisa menghilangkan perasaan ini". Rasanya hatiku sangat sakit.

Sebuah mobil bethenti tepat didepanku. Aku tahu itu mobil Mas Naja.

"Ayo masuk". Teriak Mas Naja.

Aku hanya menggeleng dan mencoba mencari pandangan lain.

"Aku akan jelaskan semuanya. Ayo masuk". Kali ini Mas Naja berteriak lebih keras.

Aku hanya mampu menuruti kata Mas Naja sebelum urusan semakin rumit. Aku juga harus sadar kalau aku hanya kekasih palsu. Palsu.

"Tadi itu Windi minta bantuanku". Mas Naja mulai mengajakku berbicara. Malas rasanya menanggapi hal yang membuat hatiku sakit.

Sebenarnya aku ingin menjelaskan tentang Kakakku, Sidiq. Tapu sudahlah apa pedulinya Mas Naja tentang itu.

💞 💞 💞

📩 Kakak.

-kamu dimana?. Ayo ketemu

✉ Me

-aku lagi pengen sendiri.

Sudah beberapa kali aku bertemu dengan Kak Sidiq. Aku juga bercerita tentang hubunganku dengan Mas Naja tapi itu justru membuat Kak Sidiq menyesal. Menyesal karna tidak mampu membantuku.

"Kamu pesan apa?". Anya yang sedang rebahan diranjangku menawariku makanan.

"Aku lagi pengen makan mi pedas. Tolong pesenin ya".

"Pasti". Anya mulai mengetik di ponselnya.

Aku mengambil handuk dan pakaian.

"Aku mandi dulu".

Aku mengabiskan banyak waktu di kamar mandi. Sekedar untuk menghilangkan setres. Semua yang di jelaskan Mas Naja kemarin membuat aku tidak yakin pada Mas Naja.

"Pesanan dataaang". Teriakan Anya membuat aku membuang lamunanku.

"Sebentar lagi. Kamu makan dulu aja".

Aku keluar dan melihat Anya sudah tidur setelah makan. Pesananku masih diatas meja. Aku langsung memakanya karna memang lapar.

💞 💞 💞

aku berhenti disebuah cafe yang cukup elite. Aku masuk dan mencari seseorang karna ada janji. Aku melihat wanita dengan gaya fashion terbaru. Rambutnyapun digerai hanya memakai bandana yang serasi dengan bajunya.

"Maaf. Lama menunggu". Aku duduk tepat di depan Windi.

Senyuman yang aku dapat bukan senyuman cantik tapi senyuman yang sangat mengerikan dari Windi.

"Kamu beneran akan menikah dengan Naja?".

Aku menatap Windi dan mengangguk pasti. Apa aku sedang dilabrak sekarang?. Aku bertanya pada diriku sendiri.

"Kamu hanya dimanfaatkan oleh Naja. Setelah itu kamu akan dibuang".

"Aku akan dibuang atau tidak itu terserah pada Mas Naja".

Windi berdiri dan menyiramkan minumanya padaku. Saat ini aku ingin berteriak sekencang-kencanganya.

"Kamu harus pergi dari Naja. Dia itu milikku".

Aku tidak mendengarkan perkataan Windi lagi dan berbalik untuk pergi. Windi mendorongku cukup keras dan hampir saja jatuh jika tidak ada yang menangkapku.

"Windi apa yang kamu lakukan". Tanya Mas Rendra dengan tatapan yang tajam.

Aku mencoba berdiri sendiri.

"Kak. Ini nggak seperti yang kamu bayangin. Dia yang menyerangku dulu". Windi mengacungkan jarinya padaku.

Aah, wanita ini. Aku harus bagaimana sekarang.

"Dia yang menyerang tapi kenapa dia yang basah?". Pertanyaan Mas Rendra membuat Windi gugup dan langsung meninggalkan kami.

"Trimakasih Mas usha nolongin".

"Kamu nggak apa-apa kan?". Mas Rendra terlihat cemas.

"Nggak apa-apa kok Mas. Aku duluan ya Mas".

"Mau aku antar?". Mas Rendra memegang tanganku.

"Tidak usah Mas". Aku melepaskan peganganya dan berjalan keluar.

Aku merasa hari ini bukan hari yang baik untukku. Belum pernah pacaran tapi sudah dilabrak kaya gini.

💞 💞 💞

To be continued

Terpopuler

Comments

Mariatin Djumain

Mariatin Djumain

seru

2019-12-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!