Aku memutuskan untuk pulang dan menjenguk ayahku yang sedang dirawat. Mungkin bukan hanya itu alasanku pulang.
Aku mengirim beberapa pesan singkat pada Mas Naja. Tidak ada balasan namun aku tetap akan libur kerja hari ini.
Sebelum pergi aku membuat nasi goreng dan jus jeruk di dapur kosan. Walau dikos banyak orang aku hanya dekat dengan Anya.
"Kamu beneran mau pulang. Nggak kangen aku?". Anya mengambil gelas yang ada ditanganku.
"Kamu juga kan tahu alasanku pulang. Lagian cuma sehari".
"Kamu mau mengkonfirmasi omongan Mas Naja sama ibu kamu?".
Aku hanya mengangguk.
"Mungkin jangan deh, sebelum kamu terluka". Anya menepuk pundakku.
Mungkin ada benarnya juga ucapan Anya tapi bagaimanapun aku harus tahu kenyataan ini. Pahit atau manis, aku yang akan menjalaninya.
"Aku berangkat dulu ya. Nanti ketinggalan bus". Aku memeluk anya dan mengambil tasku.
💞 💞 💞
Aku mendapat tempat duduk disebelah jendela dan itu cukup menyenangkan. Pemandangan mungkin akan menghilangkan sedikit penat.
"Permisi". Suara seorang pria membuat aku menoleh.
Kenapa Sidiq lagi ya.
"Kamu mau kemana Kei?". Sidiq langsung duduk. Sedangkan aku masih bingung. Kenapa bertemu lagi denganya.
"Kok melamun Kei".
"Aku mau jenguk Bapak". Aku mengambil sebuah buku agar Sidiq tidak mengajakku berbicara sepanjang jalan.
"Kok bisa samaan ya".
Aku hanya tersenyum dengan perkataan Sidiq.
Bus mulai berjalan gedung pencakar langit kini berganti dengan pepohonan yang menyejukkan mata.
Aku menoleh dan melihat Sidiq terlelap. Aku memasang earphoneku dan mulai memutar lagu.
💞 💞 💞
Aku menguap ketika sadar kalau sudah sampai ditempat tujuanku. Sidiq sudah pergi. Mungkin memang hanya kebetulan saja bertemu denganya.
Aku turun dari bus dan melihat beberapa orang yang dijemput oleh keluarganya. Sangat harmonis.
"Andaikan ibu masih ada". Aku menenteng tasku dan mencari ojek untuk sampai dirumah.
"Mau kemana Mbak?". Tanya seorang ojek.
"Saya mau ke desa Permai, bisa antar kesana pak?".
"Bisa Mbak". Aku menyerahkan tasku dan memboncengnya.
💞 💞 💞
Sampai dirumah aku melihat mobil Mas Naja ada disana.
"Makasih ya pak". Aku mengambil tasku dan membayar ojek itu.
Aku masuk kerumah dan mendapati Bapak dan Mas Naja sedang berbincang.
"Kamu pulang Kei?". Sapa bapak yang langsung ku peluk.
"Kei kangen sama Bapak".
"Kamu nggak malu sama Naja".
Naja. Kenapa panggilan Bapak sangat akrab.
"Disapa dulu calon suamimu yang baik itu".
Aku tersenyum dengan gurat marah. Aku mencoba menahan amarah karna ada Bapak.
"Ibu mana pak?".
"Ada di dapur. Sapa dulu calon suamimu".
"Aku akan menemui ibu dulu". Aku bergegas kedapur.
Kali ini aku melihat ibu beda dari biasanya. Beberapa perhiasan emas bertengger ditubuhnya. Bajunyapun terlihat sangat modis.
"Kamu udah dateng Kei. Tadi Naja ngomong sama ibu". Aku memeluk ibu seperti biasanya.
"Ibu sehat kan?".
"Ibu sama Bapak sehat. Kok kamu nggak bareng Naja?".
"Aku ingin jenguk kesini sendiri. Aku juga nggak tahu Mas Naja dateng". Aku mengambil air putih dan langsung ku minum.
"Aku istirahat dulu bu. Capek".
"Kamu marah sama ibu?".
Aku hanya menggeleng. Lewat ruang tamupun aku tidak ada niatan menyapa Mas Naja. Orang yang dulu ku kagumi sekarang berubah menjadi orang yang kubenci.
💞 💞 💞
Aku bangub dengan fresh. Rasa lelah yang menghinggap kini sudah hilang. Aku melihat jam dan sudah jam tiga lebih. Aku membersihkan diri dan akan menemui Bapak.
"Kei. Ayo makan, kamu belum makan lho". Suara khas ibu yang memanggilku.
Aku keluar dan melihat Bapak sedang duduk menonton brita.
"Aku makan nanti kalau udah mau pulang".
Aku menghampiri Bapak dan duduk disebelahnya.
"Kamu mau ngomong apa Kei?".
Aku tersenyum. Sifat Bapak tidak pernah berubah terhadapku.
"Kenapa Bapak menerima Mas Naja tanpa alasan?".
Bapak tidak menoleh sedikitpun.
"Bukan tanpa alasan Kei. Bapak sama Ibu sudah mempertimbangkan semuanya". Ibu membawa teh dan beberapa biskuit.
"Mempertimbangkan apa?".
Ibu berjalan kearah lemari dan mengambil sesuatu di laci.
"Kamu lihat sendiri". Ibu menyerahkan beberapa lembar foto.
Aku hampir tidak percaya dengan semua ini. Fotoku dan Sidiq dari pertama kita bertemu.
"Kata Naja kamu sudah selingkuh. dengan niat baik Naja yang akan menikahimu membuat Bapak setuju". Bapak menjawab rasa penasaranku.
Aku kira Ibu hanya ingin uang. Tapi ternyata Mas Naja yang memberikan foto aneh ini.
"Hanya karna foto ini?. aku tidak pernah selingkuh". Bagaimana mau selingkuh, pacaran aja nggak.
"Sebaiknya kalian urus dulu masalahnya. Dan tentukan tanggal pernikahanya".
Aku tersedak biskuit ketika bapak mengatakanya. Ibu hanya mengangguk saat melihat aku menatap.
💞 💞 💞
📩 Mas Naja.
Mau ku jemput?.
✉ Me.
Ok.
Aku memutuskan menunggu Mas Naja. Mungkin aku bisa menerima penjelasan yang lebih jelas darinya.
"Kamu mau pulang sekarang?". Tanya ibu yang melihatku berkemas.
"Iya bu".
Ibu melirik jam. "Sekarangkan sudah malam. Bus juga udah nggak ada".
"Dijemput Mas Naja".
Ibu diam dan keluar dari kamarku. Setelah menunggu lebih dari satu setengah jam Mas Naja datang.
"Ayo Mas nanti kemalaman".
"Saya permisi dulu Om, Tante". Dengan senyuman manis Mas Naja berpamitan.
"Hayi-hati". Ucap Ibu dan Bapak.
Kamipun langsung tancap gas pulang. Aku menoleh Mas Naja yang sedang fokus menyetir. Aku mengurungkan niatku bertanya ketika melihat senyuman yang memabukkan itu.
💞 💞 💞
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments