"Jadi kamu itu suka atau benci sama Mas Naja itu". Pertanyaan Anya membuat diriku semakin bingung.
Aku menatap matahari yabg hampir tenggelam. Pemandangan yang sangat indah. Tidauk seperti perasaanku.
"Entahlah. Yang jelas aku tidak bisa terus-terusan dimanfaatkan".
"Kamu mau jelasin sama orang tua kamu?".
Aku menggeleng. Bagiku saat ini kesehatan Bapak lebih penting dan jika memang yang dikatakan Bapak benar. Aku rela menikah dengan Mas Naja walau perasaanku perlahan berkurang.
"Kamu pasti tau yang terbaik buat kamu. Aku hanya bisa dukung keputusanmu".
"Ayo ke kamar. Besok kita harus kembali ke dunia masing-masing".
Aku dan Anya memutuskan untuk masuk kembali ke kosan dan istirahat.
💞 💞 💞
Aku menatap diriku yang berada di cermin. Pantulan dengan aura yang berbeda. Perasaan yang membuat aku tersenyum dengan hanya membayangkannya.
"Kamu benar-benar akan melakukan ini?". Aku mencoba bertanya pada Mas Naja.
"Aku akan melakukanya. Kamu tahu kan alasanya". Mas Naja tersenyum. "Karna aku mencintaimu".
Tok. Tok. Tok
Suara ketukan pintu membuat aku terbangun. "Kenapa aku harus mimpi kaya gitu lagi". Aku menghela nafas dan beranjak dari tempat tidurku.
Aku membuka pintu dan melihat Mas Naja berdiri dengan sebuah buket bunga. Aku mengernyitkan dahiku.
"Kenapa kesini?".
"Aku kan calon suamimu". Mas Naja langsung masuk tanpa permisi.
Memang dikosanku bebas tapi tetapada peraturan yang mengikat.
"Kamu pindah keapartemen".
"Tidak. Aku akan tetap disini".
"Tapi kamu calon istriku".
"Aku bukan calon istrimu. Kamu memfitnahku di depan orangtuaku".
Mas Naja mendekat dan membuatku terpojok. Aku mencoba mendorong namun sia-sia.
"Kamu akan tetap jadi istriku. Orang tuamu sudah setuju. Apa kamu mau jantung Bapak kamu sakit lagi?".
Perkataan Mas Naja membuat aku berfikir. Selama ini aku tidak tahu kalau Bapak punya penyakit jantung.
"Kamu tidak tahu. Dijantung Bapak kamu sudah tertanam ring. Jika ring itu diambil. Apa yang akan terjadi?". Mas Naja membuat aku terdiam seribu bahasa.
"Jadi. Kamu akan tetap jadi istriku nantinya".
Aku sudah kalah kali ini. Aku tidak tahu apa harus membenci tau mencintai. Aku sudah terperangkap dari awal.
"Ini. Bungan untuk kamu". Mas Naja memberikan buket bunga itu padaku.
Sekilas Mas Naja mengecup keningku. Aku tersenyum. Jantungku kembali berpacu.
"Aku akan menjemputmu nanti".
Aku mengangguk.
Mas Naja pergi dan menutup pintu kamarku. Dan aku tersadar.
"Kenapa aku kembali terpesona". Aku memukul kepalaku dengan buket bunga itu.
💞 💞 💞
Anya tertawa mendengar ceritaku dan beberapa kali mengataiku bodoh.
"Dia sudah baik sama kamu. Lanjutkan saja". kata Anya disela tawa.
"Tapi kan dia memanfaatkanku".
"Dia juga yang mengobati Bapakmu. Setidaknya dia susah memintamu dengan baik-baik".
Aku merebahkan tubuhku dikasur Anya. Bayangan Bapak dan Mas Naja silih berganti dipikiranku.
"Sebaiknya kamu berkemas sebelum Mas Najamu kesini".
Anya langsung menarikku dan menyuruhku keluar. Kali ini dia mengusirku.
Aku kembali ke kamar dan menuruti perkataan Anya. Mungkin ini yang terbaik untuk aku dan keluargaku.
💞 💞 💞
Mas Naja sudah membawakan koperku dan tas. Aku tinggal membawa diriku dan tas slempangku.
"Anya kamu beneran menyuruhku pergi?". Aku masih bingung dengan keputusanku.
Anya memelukku. "Aku akan sering berkunjung". Bisikan Anya membuat aku terwenyum.
"Aku duluan ya". Perpisahan kami sudah berakhir.
"Cepat Mas Naja sudah menunggu kamu".
Aku mengangguk dan masuk kemobil. Mas Naja menatap lurus ke depan. Sedangkan aku. Aku hanya bermain dengan ponselku. Setidaknya aku tidak merasa canggung.
💞 💞 💞
Sampai diapartemen aku langsung ditinggal sama Mas Naja. Katanya ada urusan penting. Lagi-lagi aku seperti kucing penurut baginya.
Aku berkeliling apartemen yang Mas Naja siapkan untukku. Luas. Mewah dan sangat elegan.
Setelah selesai berkeliling aku merasa sangat lelah dan mengantuk. Rasa kantuk ini membuat aku kembali mengarungi alam mimpi.
💞 💞 💞
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Mariatin Djumain
menarik
2019-12-08
0