20. Rasa bersalah

Asha tidak kuat berada di tengah mereka, dia pamit untuk pergi ke lantai atas. Ingin dia berada di sana lebih lama lagi, tapi hatinya yang tidak kuat untuk menahan perasaanya sendiri.

Langkah kakinya cepat menaiki satu persatu anak tangga, tidak dia pedulikan panggilan dari sang ibu mertua yang tengah mengkhawatirkannya. Begitu juga dengan Aji, tapi pria itu memilih untuk tetap berada di sana dan menyelesaikan masalah ini.

“Nak Aji, Om mohon sama kamu. Tolong pikirkan sekali lagi, Naura kan sahabat Nak Aji dari kecil. Dia sangat sayang sekali sama Nak Aji. Tolong kamu pikirkan lagi ya permintaan kami. Apa pun yang Nak Aji inginkan kami akan berikan. Kami yang akan membayar mahar untuk pernikahan ini,” ucap Harun dengan memohon, begitu juga dengan Winda yang menatap penuh harap terhadap laki-laki itu.

Aji menghela napasnya beberapa kali, kalimat Harun yang terakhir membuatnya seakan hilang harga diri.

“Maaf, Om. Bukan masalah materi, ini adalah masalah perasaan. Apa Om tidak memikirkan perasaan istri saya? Asha sedang mengandung dan saya tidak mau menikah dengan wanita lain di saat saya masih berkomitmen dengan satu wanita. Apakah jika ada seseorang yang datang pada Om dan meminta Tante menyerahkan suaminya, Tante akan memberikan suami kepada orang tua wanita itu?” tanya Aji mengembalikan.

Winda terkejut, tak menyangka dia akan mendapatkan pertanyaan yang seperti itu dari pemuda ini. Pun dengan kedua orang tua Aji yang puas akan pemikiran matang sang putra. Rasa bangga ada di dalam hati keduanya dan senyum terkulum tak nampak dari mereka.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, tentu saja Winda tidak akan mengizinkan suaminya untuk bersama dengan orang lain. Maka dari itu dia hanya diam saja tanpa bisa menjawab apa-apa.

“Bagaimana, Tante?” tanya Aji.

Akhirnya kedua orang itu pamit setelah mendapatkan jawaban yang pasti dari Aji. Mereka membawa kabar yang tak menyenangkan untuk sang putri.

‘Apa yang kamu harapkan, Asha? Kamu masih berharap Aji akan bersama dengan kamu dan anakmu? Dia hanya sedang membesarkan hati kedua orang tuanya. Hanya dua tahun, setelah itu kamu hanya harus bisa melupakan dia dan urus anakmu sendiri,’ batin Asha pedih. Harapannya kini musnah sudah.

“Akh!” rintih Asha, tiba-tiba saja perutnya terasa menegang dan membuatnya sakit. Asha menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit itu.

Sementara di lantai bawah, Aji bersama kedua orang tuanya masih duduk dan membahas kedatangan orang tua Naura.

“Aku harap kalian tidak kecewa,” ujar Aji.

“Kecewa? Tidak. Justru Papa bangga kamu bisa berbicara seperti itu pada mereka dan menolaknya,” ujar Harto sambil menepuk pundak sang putra dua kali.

“Mama juga. Mama nggak nyangka kalau anak Mama sudah sangat dewasa sekali, apalagi setelah menikah. Asha bisa mengubah kamu perlahan seperti sekarang ini, semakin lebih bijak,” ujar Tia senang. Aji terdiam mendengar ucapan sang ibu. “Mama memang senang dengan Naura, tapi Mama lebih senang Asha menjadi istri kamu. Meskipun dia tidak secantik Naura, tapi entahlah, hati Mama lebih senang dengan Asha,” ucap Tia lagi.

Aji tersenyum dan kemudian berpamitan untuk menyusul Asha.

“Akh. Sakit!” Rintih suara Asha terdengar kesakitan saat Aji baru saja masuk ke dalam kamarnya. Aji khawatir melihat sang istri yang bergerak gelisah di pembaringan, gegas dia mendekat dan bertanya pada Asha.

“Kamu kenapa?” tanya Aji.

“Sakit, Mas. Tolong!”

Aji panik, baru pertama kalinya Asha merintih kesakitan seperti ini. Melihat wajah Asha yang pucat, Aji menggendong sang istri keluar dari kamar.

“Kita ke rumah sakit!” ucap Aji panik.

“Nggak usah, Mas. Aku nggak apa-apa,” kata Asha, tapi Aji tdiak mendengarkan ucapan istrinya itu dan membawanya menuruni anak tangga tetap dengan hati-hati.

“Ada apa? Kenapa dengan Asha?” tanya Tia yang baru saja keluar dari dapur.

“Perut Asha sakit!” seru Aji.

“Ha? Bawa ke rumah sakit segera. Papa!” teriak Tia di akhir kalimat memanggil sang suami yang berada di dalam kamar.

Mendengar teriakan sang istri, Harto keluar dari kamarnya dan melihat istri dan anak, serta menantunya yang digendong oleh Aji.

“Papa, cepat ambil kunci mobil. Kita ke rumah sakit!” teriak Tia. Dengan segera Harto melarikan langkah kakinya dan pergi kembali ke kamar mengambil kunci mobilnya.

Tak butuh berapa lama, mereka telah sampai di rumah sakit dan dokter tengah menangani Asha. Aji dan kedua orang tuanya menunggu dengan resah di luar ruangan tersebut.

“Bagaimana, Dokter?” tanya Tia saat dokter wanita itu baru keluar dari dalam. Aji dan Harto segera mendekat dan menunggu jawaban dari dokter tersebut.

“Harap tenang, keadaan Ibu Asha dan bayinya tidak apa-apa, hanya mengalami kram biasa. Sepertinya karena Ibu Asha sedang banyak memikirkan sesuatu? Stress pada ibu hamil sudah biasa terjadi, harap Bapak dan Ibu, dan juga Pak Aji bisa menjaga perasaan Ibu Asha dengan baik,” ucap dokter tersebut membuat kedua orang tua itu menghela napas lega. Akan tetapi, tidak dengan Aji yang merasanya bersalah. Sebelumnya Asha tidak pernah seperti ini, mungkin saja karena kedatangan keluarga Naura tadi.

“Syukurlah, apa kami bisa masuk?” tanya Tia. Dokter menganggukkan kepalanya.

“Iya, tentu saja. Tapi harap tenang dan saya mohon jangan membuat pasien memikirkan sesuatu yang berat, ya,” pinta wanita dengan seragam kebanggaannya itu.

Aji dan kedua orang tuanya masuk ke dalam ruangan tersebut dan menemui Asha yang tengah berbaring bersama dengan pasien yang lainnya. Rumah sakit sedang penuh sehingga Asha mendapatkan perawatan bersama dengan pasien kelas dua. Di dalam ruangan itu terdapat beberapa pasien yang sedang dijenguk oleh keluarganya. Tampak infus menempel pada tangan Asha.

“Asha, Mama sangat khawatir sekali. Kamu nggak apa-apa kan? Mama dan Papa minta maaf karena sudah melibatkan kamu di dalam masalah ini. Seharusnya Mama dan Papa nggak meminta kamu datang juga. Kami minta maaf,” ucap Tia yang merasa bersalah. Jika sampai terjadi apa-apa kepada cucunya, dia akan menyalahkan dirinya sendiri.

Asha tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Aku nggak apa-apa kok, Ma. Maaf ya sudah buat kalian khawatir,” ujar Asha. Harto juga meminta maaf dengan kejadian itu, tapi yang Asha harapkan sebenarnya adalah ucapan maaf yang terungkap dari bibir Aji. Akan tetapi, suaminya hanya diam saja.

Tia ingin sekali menemani Asha di sini, tapi salah seorang keluarga menghubunginya bahwa saat ini dia sedang berada di perjalanan untuk berkunjung.

“Nggak apa-apa, Ma. Mama dan Papa pulang saja. Aku nggak apa-apa di sini sendiri,” ucap Asha. Tia merasa bersalah. Jika saja kerabatnya itu tidak dari luar kota yang akan berkunjung pastilah dia akan mengatakan untuk bertemu lain kali saja.

“Iya, Mama dan Papa pulang saja. Aku yang akan menemani istriku di sini.”

Akhirnya Tia dan Harto pulang ke rumah meninggalkan Aji dan Asha di rumah sakit.

Mereka berdua hanya diam, tidak berbicara satu sama lain. Aji mengedarkan pandangannya pada seluruh ruangan, terlalu banyak orang di sini dan terlalu berisik.

“Besok kita pindah ke rumah sakit lain,” ucap Aji.

“Ke mana? Untuk apa?” tanya Asha.

“Kamu nggak akan bisa istirahat dengan baik di sini,” ucap laki-laki itu lagi. Asha tersenyum tipis, sudah cukup ucapan seperti ini yang Asha tunggu. Hatinya menghangat, tapi lagi-lagi dia mengingatkan dirinya akan status hubungan mereka berdua.

Tiba-tiba saja perut Asha berbunyi nyaring, terdengar dengan jelas oleh Aji.

“Aku akan cari makanan,” ujar laki-laki itu sambil berdiri. Asha merasa malu dan menggelengkan kepala mengatakan tidak usah, tapi Aji tidak mendengarkan wanita itu dan pergi dari sana.

“Wah, suaminya perhatian sekali ya, Mbak. Beruntung Mbak punya suami baik seperti itu,” ujar seseorang yang ada di ranjang pasien sebelah Asha.

Asha menoleh dan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Andai dia tahu apa yang terjadi, apa dia akan tetap mengatakan dia beruntung?

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

bagus mau g siibu dipoligami lw silahkan suruh suami ibu menikah lagi

2023-04-21

1

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Next

2023-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 1. Suami istri
2 2. Hamil
3 3. Kemarahan Aji
4 4. Permohonan Asha
5 5. Terpaksa menerima
6 6. Ingin tinggal di apartemen
7 7. Ingin melakukan tugas istri
8 8. Nafkah dari Aji
9 9. Surat perjanjian
10 10. Makanan buatan Asha
11 11. Pergi ke rumah Arvin
12 12. Sikap Aji
13 13. Teman lama
14 14. Menginap di rumah mertua
15 15. Dalam diam
16 16. Masakan Naura
17 17. Pulang bersama
18 18. Permintaan Naura
19 19. Lamaran dari Naura
20 20. Rasa bersalah
21 21. Penjelasan untuk Naura
22 22. Perhatian
23 23. Janji bertemu Naura
24 24. Permintaan maaf
25 25. Sudah tidur
26 26. Kepanikan Aji
27 27. Anak laki-laki
28 28. Kedatangan orang tua
29 29. Keputusan
30 30. Tidak mau berpisah
31 31. Pergi
32 32. Sampai di desa
33 33. Bersyukur bertemu orang baik
34 34. Aji yang berubah dingin
35 35. Naura datang
36 36. Memberitahu orang tua
37 37. Restu
38 38. Asha sudah pergi
39 39. Aji berbicara dengan mertua
40 40. Mencari Asha
41 41. Permintaan maaf Naura
42 42. Lima tahun berlalu
43 43. Papa
44 44. Pergi ke luar kota
45 45. Menolak pergi sekolah
46 46. Tidak sengaja
47 46. Di mana ayah kerja?
48 48. Membela Khairi
49 49. Membela Khairi 2
50 50. Aku papamu
51 51. Isi hati Khairi
52 52. Kedatangan Aji
53 53. Bertemu Asha
54 54. Di rumah Asha
55 55. Kedekatan
56 56. Terpaksa pergi dulu.
57 57. Kedatangan Aji 2
58 58. Suami Asha
59 59. Penjelasan
60 60. Menginap
61 61. Usaha Asha
62 62. Mulai resah
63 63. Mungkinkah membuka hati?
64 64. Khairi kesal
65 65. Aji kambuh
66 66. Khawatir pada Aji
67 67. Aku mau
68 68. Saling memaafkan
69 69. Kedatangan para orang tua
70 70. Rencana pernikahan
71 71. Sah kembali
72 72. Terjadi kecelakaan
73 73. Aji baik-baik saja
74 74. Ingin selalu bersama
75 75. Bersama
76 76. Asha gelisah
77 77. Bertemu mantan
78 78. Sulit melepaskan
79 79. Pindah
80 80. Menyukai rumahnya
81 81. Meminta maaf
82 82. Syukuran rumah baru
83 83. Tamu tak diundang
84 84. Ingin bertemu
85 85. Menolak bertemu
86 86. Masalah Dira
87 87. Masalah Dira
88 88. Keputusan Harto
89 89. Lamaran
90 90. Ungkapan hati saudara
91 91. Kembali
92 92. Vania
93 93. Melamar pekerjaan
94 94. Sahabat
95 95. Saling terbuka
96 96. Rendra
97 97. Rasa iri
98 98. Pendekatan
99 99. Salah bicara
100 100. Jangan berduaan
101 101. Keresahan Asha
102 102. Hasil pemeriksaan
103 103. Cerita Vania
104 104. Menuju Halal
105 105. Pernikahan
106 106. Usai pesta
107 107. Kelelahan
108 108. Asha sakit
109 109. Memberi cinta yang sama
110 110. Di rumah mertua
111 111. Di rumah mertua 2
112 112. Pindahan
113 113. Ngidam
114 114. Kedatangan Naura
115 115. Kembali bekerja
116 116. Teman Dira
117 117. Hak dan kewajiban
118 118. Keinginan Asha
119 119. Enggan berjauhan
120 120. Atasan baru
121 121. Dilema Dira
122 122. Bertemu Devi
123 123. Keanehan Devi
124 124. Pembantu gratisan
125 125. Tuduhan
126 126. Alex meminta maaf
127 127. Kedatangan Devi
128 128. Devi meminta bantuan
129 129. Penolakan Asha
130 130. Ragu
131 131. Adik
132 132. Garis dua
133 133. Kabar kehamilan
134 134. Ingin hamil juga
135 135. Masalah Devi lagi
136 136. Membantu Devi
137 137. Tidak suka
138 138. Berhenti
139 139. Ternyata
140 140. Kenyataan
141 141. Acara Asha
142 142. Dijemput Mario
143 143. Pergi ke pesta
144 144. Masih di pesta
145 145. Kedatangan Dira
146 146. Keinginan Mario dan Devi
147 147. Ketakutan Dira
148 148. Devi lagi
149 149. Jalan bersama
150 150. Hasbi datang
151 151. Devi ingin berpisah
152 152. Ingin liburan
153 153. Liburan bersama
154 154. Di rumah orang tua Devi
155 155.
156 156. Devi lagi
157 157. Kebenaran sahabat
158 158. Niatan Devi
159 159.
160 160. Kedatangan keluarga Devi
161 161. Jawaban Hasbi
162 162. Masih ingin berusaha
163 163. Masalah rumah tangga Dira
164 164. Ingin harta
165 165. Kekesalan Dira
166 166. Perpisahan Mario dan Devi
167 167. Kecelakaan
168 168. Patah tulang
169 169. Kesadaran Devi
170 170. Meminta maaf
171 171. Devi menemui mantan
172 172. Keadaan keluarga Devi
173 173. Keanehan Dira
174 174.
175 175.
176 176. Diculik
177 177. Ternyata dia ....
178 178. Khairi tetap anakku
179 179. Nama baik keluarga
180 180. Apakah mungkin
181 181. Hadiah dari Dira
182 182. Permintaan maaf Randi
183 183. Pertanyaan Khairi
184 184.
185 185.
186 186. Kecurigaan Asha
187 187. Pesta teman Aji
188 188.
189 189.
190 190.
191 191. Jalan-jalan
192 192. Tawaran Burhan
193 193. Kepulangan Tia dan Harto
194 194. Istri Burhan
195 195.
196 196.
197 197. Keinginan Susi
198 198.
199 199.
200 200. Susi pergi
201 201. Burhan mencari istrinya
202 202.
203 203. Kesedihan
204 204. Citra ingin minta maaf
205 205.
206 206. Burhan menemui Rudi
207 207. Sudah waktunya
208 208. Hanifah
209 209.
210 210.
211 211.
212 212. Ingin menjenguk
213 213.
214 214. Dua puluh tahun
215 215.
216 216.
217 217.
218 218.
219 219.
220 220.
221 221.
222 222. Kegalauan Salwa
223 223. Mengajak ke rumah
224 224. Anak orang kaya
225 225. Kedatangan tamu
226 226. Rencana lamaran
227 227. Aji kesal
228 228. Obrolan kakak dan adik
229 229. Salwa dilema
230 230. Mempersiapkan lamaran
231 231. Ungkapan Asha
232 232. Waktu berdua dengan papa
233 233. Keinginan Ikram
234 234. Pergi bersama Papa
235 235. Direktur
236 236.
237 237. Sama-sama dihukum
238 238. Salwa ikut Hanifah ke rumahnya
239 239.
240 240. Melamar
241 241.
242 242.
243 243.
244 244.
245 245. Menjenguk Bu Mira
246 246. Menemui Bu Laila
247 247. Perjodohan
248 248. Ikram yang kepo
249 249. Menerima
250 250.
251 251.
252 252.
253 253. Tanggapan keluarga
254 254. Mencoba belajar
255 255. Persiapan pernikahan
256 256. Ingin anak perempuan
257 257. Menuju hari H
258 258. Sah
259 259. Kedatangan Ira
260 260. Ayah kandung
261 261.
262 262.
263 263.
264 264.
Episodes

Updated 264 Episodes

1
1. Suami istri
2
2. Hamil
3
3. Kemarahan Aji
4
4. Permohonan Asha
5
5. Terpaksa menerima
6
6. Ingin tinggal di apartemen
7
7. Ingin melakukan tugas istri
8
8. Nafkah dari Aji
9
9. Surat perjanjian
10
10. Makanan buatan Asha
11
11. Pergi ke rumah Arvin
12
12. Sikap Aji
13
13. Teman lama
14
14. Menginap di rumah mertua
15
15. Dalam diam
16
16. Masakan Naura
17
17. Pulang bersama
18
18. Permintaan Naura
19
19. Lamaran dari Naura
20
20. Rasa bersalah
21
21. Penjelasan untuk Naura
22
22. Perhatian
23
23. Janji bertemu Naura
24
24. Permintaan maaf
25
25. Sudah tidur
26
26. Kepanikan Aji
27
27. Anak laki-laki
28
28. Kedatangan orang tua
29
29. Keputusan
30
30. Tidak mau berpisah
31
31. Pergi
32
32. Sampai di desa
33
33. Bersyukur bertemu orang baik
34
34. Aji yang berubah dingin
35
35. Naura datang
36
36. Memberitahu orang tua
37
37. Restu
38
38. Asha sudah pergi
39
39. Aji berbicara dengan mertua
40
40. Mencari Asha
41
41. Permintaan maaf Naura
42
42. Lima tahun berlalu
43
43. Papa
44
44. Pergi ke luar kota
45
45. Menolak pergi sekolah
46
46. Tidak sengaja
47
46. Di mana ayah kerja?
48
48. Membela Khairi
49
49. Membela Khairi 2
50
50. Aku papamu
51
51. Isi hati Khairi
52
52. Kedatangan Aji
53
53. Bertemu Asha
54
54. Di rumah Asha
55
55. Kedekatan
56
56. Terpaksa pergi dulu.
57
57. Kedatangan Aji 2
58
58. Suami Asha
59
59. Penjelasan
60
60. Menginap
61
61. Usaha Asha
62
62. Mulai resah
63
63. Mungkinkah membuka hati?
64
64. Khairi kesal
65
65. Aji kambuh
66
66. Khawatir pada Aji
67
67. Aku mau
68
68. Saling memaafkan
69
69. Kedatangan para orang tua
70
70. Rencana pernikahan
71
71. Sah kembali
72
72. Terjadi kecelakaan
73
73. Aji baik-baik saja
74
74. Ingin selalu bersama
75
75. Bersama
76
76. Asha gelisah
77
77. Bertemu mantan
78
78. Sulit melepaskan
79
79. Pindah
80
80. Menyukai rumahnya
81
81. Meminta maaf
82
82. Syukuran rumah baru
83
83. Tamu tak diundang
84
84. Ingin bertemu
85
85. Menolak bertemu
86
86. Masalah Dira
87
87. Masalah Dira
88
88. Keputusan Harto
89
89. Lamaran
90
90. Ungkapan hati saudara
91
91. Kembali
92
92. Vania
93
93. Melamar pekerjaan
94
94. Sahabat
95
95. Saling terbuka
96
96. Rendra
97
97. Rasa iri
98
98. Pendekatan
99
99. Salah bicara
100
100. Jangan berduaan
101
101. Keresahan Asha
102
102. Hasil pemeriksaan
103
103. Cerita Vania
104
104. Menuju Halal
105
105. Pernikahan
106
106. Usai pesta
107
107. Kelelahan
108
108. Asha sakit
109
109. Memberi cinta yang sama
110
110. Di rumah mertua
111
111. Di rumah mertua 2
112
112. Pindahan
113
113. Ngidam
114
114. Kedatangan Naura
115
115. Kembali bekerja
116
116. Teman Dira
117
117. Hak dan kewajiban
118
118. Keinginan Asha
119
119. Enggan berjauhan
120
120. Atasan baru
121
121. Dilema Dira
122
122. Bertemu Devi
123
123. Keanehan Devi
124
124. Pembantu gratisan
125
125. Tuduhan
126
126. Alex meminta maaf
127
127. Kedatangan Devi
128
128. Devi meminta bantuan
129
129. Penolakan Asha
130
130. Ragu
131
131. Adik
132
132. Garis dua
133
133. Kabar kehamilan
134
134. Ingin hamil juga
135
135. Masalah Devi lagi
136
136. Membantu Devi
137
137. Tidak suka
138
138. Berhenti
139
139. Ternyata
140
140. Kenyataan
141
141. Acara Asha
142
142. Dijemput Mario
143
143. Pergi ke pesta
144
144. Masih di pesta
145
145. Kedatangan Dira
146
146. Keinginan Mario dan Devi
147
147. Ketakutan Dira
148
148. Devi lagi
149
149. Jalan bersama
150
150. Hasbi datang
151
151. Devi ingin berpisah
152
152. Ingin liburan
153
153. Liburan bersama
154
154. Di rumah orang tua Devi
155
155.
156
156. Devi lagi
157
157. Kebenaran sahabat
158
158. Niatan Devi
159
159.
160
160. Kedatangan keluarga Devi
161
161. Jawaban Hasbi
162
162. Masih ingin berusaha
163
163. Masalah rumah tangga Dira
164
164. Ingin harta
165
165. Kekesalan Dira
166
166. Perpisahan Mario dan Devi
167
167. Kecelakaan
168
168. Patah tulang
169
169. Kesadaran Devi
170
170. Meminta maaf
171
171. Devi menemui mantan
172
172. Keadaan keluarga Devi
173
173. Keanehan Dira
174
174.
175
175.
176
176. Diculik
177
177. Ternyata dia ....
178
178. Khairi tetap anakku
179
179. Nama baik keluarga
180
180. Apakah mungkin
181
181. Hadiah dari Dira
182
182. Permintaan maaf Randi
183
183. Pertanyaan Khairi
184
184.
185
185.
186
186. Kecurigaan Asha
187
187. Pesta teman Aji
188
188.
189
189.
190
190.
191
191. Jalan-jalan
192
192. Tawaran Burhan
193
193. Kepulangan Tia dan Harto
194
194. Istri Burhan
195
195.
196
196.
197
197. Keinginan Susi
198
198.
199
199.
200
200. Susi pergi
201
201. Burhan mencari istrinya
202
202.
203
203. Kesedihan
204
204. Citra ingin minta maaf
205
205.
206
206. Burhan menemui Rudi
207
207. Sudah waktunya
208
208. Hanifah
209
209.
210
210.
211
211.
212
212. Ingin menjenguk
213
213.
214
214. Dua puluh tahun
215
215.
216
216.
217
217.
218
218.
219
219.
220
220.
221
221.
222
222. Kegalauan Salwa
223
223. Mengajak ke rumah
224
224. Anak orang kaya
225
225. Kedatangan tamu
226
226. Rencana lamaran
227
227. Aji kesal
228
228. Obrolan kakak dan adik
229
229. Salwa dilema
230
230. Mempersiapkan lamaran
231
231. Ungkapan Asha
232
232. Waktu berdua dengan papa
233
233. Keinginan Ikram
234
234. Pergi bersama Papa
235
235. Direktur
236
236.
237
237. Sama-sama dihukum
238
238. Salwa ikut Hanifah ke rumahnya
239
239.
240
240. Melamar
241
241.
242
242.
243
243.
244
244.
245
245. Menjenguk Bu Mira
246
246. Menemui Bu Laila
247
247. Perjodohan
248
248. Ikram yang kepo
249
249. Menerima
250
250.
251
251.
252
252.
253
253. Tanggapan keluarga
254
254. Mencoba belajar
255
255. Persiapan pernikahan
256
256. Ingin anak perempuan
257
257. Menuju hari H
258
258. Sah
259
259. Kedatangan Ira
260
260. Ayah kandung
261
261.
262
262.
263
263.
264
264.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!