Saat ini Aji sudah berada di kamarnya, dia memandangi surat perjanjian yang sudah ditandatangani Asha. Seharusnya dia senang, tetapi kenapa pria itu justru merasa ada sesuatu dalam dirinya yang hilang. Bayangan wajah sedih sang istri terus saja terbayang di pelupuk mata. Padahal sudah jelas-jelas wanita itu tadi terlihat biasa saja saat menandatangani surat itu.
Aji segera menggelengkan kepala, menepis pikiran tentang rumah tangganya. Dia pun memutuskan untuk mencari kesibukan. Pria itu pun menghubungi asistennya dan mengatakan jika dirinya besok akan mulai bekerja. Tentu saja asistennya terkejut karena sebelumnya Aji sudah mengambil cuti selama satu minggu.
Selain untuk acara pernikahan pria itu juga sudah merencanakan akan berlibur untuk sementara waktu bersama dengan sang istri. Akan tetapi, setelah apa yang terjadi tidak mungkin dia melanjutkan rencananya. Di rumah pun tidak ada yang bisa Aji kerjakan jadi, lebih baik untuk pergi bekerja. Setidaknya itu akan mengalihkan pikirannya meski hanya sejenak.
“Tapi saya sudah mengosongkan jadwal Anda selama satu minggu ini. Memangnya kenapa sampai cutinya tidak jadi, Pak?” tanya Fandi—asistennya di kantor.
“Tidak ada apa-apa, kamu ini terlalu ikut campur dengan urusanku, sebaiknya kamu siapkan saja pekerjaan untukku besok.”
“Baik, Pak. Akan segera saya siapkan.”
Panggilan pun terputus, Aji memejamkan mata sejenak, merenungi nasib yang sudah datang menghampirinya. Entah kenapa kali ini dia merasa Tuhan sedang mempermainkannya. Selama ini pria itu tidak pernah berbuat jahat atau semacamnya, tetapi kenapa seolah karma tengah datang. Apa ada kesalahan yang sudah Aji lakukan tanpa sengaja.
***
Keesokan paginya Aji sudah bersiap dengan pakaian kerja. Semalam asistennya sudah mengirim pesan jika belum ada kegiatan yang sangat penting. Hanya melihat beberapa berkas tentang keuangan perusahaan saja. Pria itu pun tidak diharuskan untuk datang. Namun, Aji tetap pergi ke kantor daripada di rumah terus, yang malah akan semakin membuat dia kesal.
“Mas, Kamu mau ke mana?” tanya Asha saat melihat sang suami turun dari lantai atas dan terlihat sudah sangat rapi.
“Apa kamu tidak melihatnya? Sudah jelas ‘kan aku pakai jas, pastinya aku akan pergi ke kantor,” jawabnya dengan sinis.
“Bukannya kamu pernah bilang akan cuti seminggu?”
Aji memang sebelumnya mengatakan pada Asha jika dirinya mengambil cuti satu minggu untuk menghabiskan waktu bersama dengannya. Siapa sangka semuanya akan berubah begitu saja.
“Apa kamu lupa, apa yang terjadi padamu? Seandainya bencana itu tidak datang sudah pasti masa cutiku juga terus berjalan. Semua rencana juga sudah aku susun, tapi ....”
Aji tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi, terlalu malas mengulang kalimat yang sama dan perasaan yang sama. Meskipun pria itu selalu menyebutkan kesialan yang disebabkan oleh Asha, tetap saja hatinya terluka saat mengucapkan kebenaran itu. Namun, dia tetap tersenyum meski hatinya terluka.
“Sarapan sudah siap, Mas. Ayo kita sarapan dulu sebelum kamu pergi ke kantor!” ajak Asha yang tidak ingin terlalu larut dalam kesalahannya.
Biarlah semua berjalan semestinya. Dia tahu jika dirinya telah melakukan kesalahan yang tidak termaafkan, tetapi Asha juga ingin berusaha demi masa depan rumah tangganya. Wanita itu akan berusaha menghapus rasa benci itu dan menggantinya dengan cinta.
Aji berjalan begitu saja melewati Asha yang tadi berdiri di depannya. Wanita itu tetap tersenyum dan mengikuti sang suami. Dia harus membiasakan diri dengan sikap sang suami. Asalkan pria itu tidak menggunakan kekerasan sudah membuatnya merasa sangat berarti karena Aji mampu menjaganya. Meski bukan sebagai istri setidaknya sebagai wanita.
Pria itu menikmati makan dalam diam, sebenarnya masakan Asha sangat enak, hanya saja Aji terlalu gengsi dan tidak mau mengakuinya. Setelah menghabiskan sarapannya dia pergi begitu saja tanpa berpamitan pada sang istri. Hal itu tentu saja menyakiti hati Asha namun wanita itu mencoba untuk tetap bersabar dan memaklumi apa yang suaminya lakukan.
“Semoga suatu hari nanti kamu bisa menerima kehadiranku, Mas. Meskipun aku sudah tidak lagi sempurna Di matamu,” gumam Asha saat mulai sang suami sudah benar-benar keluar dari pintu apartemen.
Wanita itu pun menghentikan makannya yang masih tinggal separuh. Tiba-tiba makanan itu terasa sangat hambar, padahal tadinya begitu nikmat saat dimakan bersama dengan sang suami. Asha pun mengusap perutnya yang sedikit membuncit meski saat memakai baju belum terlihat.
“Nak, kamu harus kuat. Apa pun yang terjadi nanti Mama akan selalu bersamamu. Kamu doakan saja agar Mama agar bisa membuat papamu mempertahankan kita,” gumamnya pelan.
***
“Selamat pagi, Pak,” sapa Fandi yang kemudian mengikuti langkah atasannya menuju ruangan.
“Pagi.”
Fandi meletakkan beberapa berkas di meja atasannya dan berkata, “Ini ada beberapa berkas silakan diteliti lagi, Pak. Kalau sudah Anda bisa tanda tangan di bawahnya. Untuk beberapa hari ini masih belum ada jadwal untuk Anda, saya permisi dulu.” Aji mengangguk, Fandy pun segera pergi dari ruangan atasannya.
“Tunggu, Fandi!” seru Aji yang menghentikan langkah asistennya.
“Ya, Pak.”
“Carikan aku detektif yang paling handal, setelah dapat suruh dia segera ke sini. Aku akan bayar berapa pun asal kinerjanya bagus.”
Fandi mengerutkan keningnya karena merasa heran. Tiba-tiba atasannya pergi bekerja saat masa cutinya masih ada, sekarang Aji juga meminta mencarikan seorang detektif. Dia curiga jika telah terjadi sesuatu dengan keluarga atau mungkin istrinya. Ini seperti bukan Aji yang pria itu kenal.
“Jangan terlalu banyak berpikir, ini tidak ada hubungannya dengan keluargaku. Aku hanya ingin mencari tahu tentang rekan bisnisku jadi, cepat kerjakan saja. Jangan mencampuradukkan antara urusan pribadi dan pekerjaan!” seru Aji lagi saat melihat sekretarisnya hanya diam melongo.
“Akan segera saya kerjakan.” Fandi setelah berlalu dari sana dengan berjuta pertanyaan. Namun, tidak berani mengungkapkannya.
Dia pun segera menghubungi seseorang yang sangat bisa dipercaya, seorang detektif terkenal di banyak tempat dan tidak pernah mengecewakan kliennya. Fandi pernah juga meminta bantuannya saat sedang ada masalah dengan sang kekasih, hasilnya pun sangat memuaskan. Memang tidak heran di lingkungan pengusaha tentang hal seperti ini, hanya saja bukankah terlalu berlebihan mencari tahu tentang rekan bisnisnya dengan cara seperti ini. Meskipun di luaran sana ada banyak juga yang seperti itu.
Aji yang berada di ruangannya pun segera melihat berkas yang baru saja diberikan oleh Fandi. Dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Namun, semuanya terasa sia-sia. Bayangan sang istri yang berada di rumah selalu saja menghantui. Padahal Ajii bukanlah orang yang mudah terpengaruh dengan apa pun, bahkan untuk urusan keluarga. Entah kenapa hari ini sungguh-sungguh berbeda.
“Ada apa denganku? Kenapa aku selalu kepikiran masalah Asha?” Aji meremas kepalanya yang terasa pening.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Hafifah Hafifah
kenapa si asha ini g jujur aja sih siapa ayah bayi yg dikandung.apa jangan" siaji yg udah merkosa dia tapi siaji g sadar pas ngelakuinnya
2023-04-15
0