Keesokan paginya Aji kembali ke kamar pengantin, di mana tempat semalam dia meninggalkan Asha. Pria itu ingin menyelesaikan semua yang masalah hari ini juga. Semua juga bukan kesalahan dirinya yang tidak tahu apa-apa. Andaikan sebelumnya wanita itu sudah jujur, pasti dirinya juga tidak akan memutuskan untuk menerima perjodohan ini.
Aji sangat penasaran, seperti apa pria yang sudah membuat istrinya itu hamil, sampai-sampai Asha begitu kekeh menutupinya. Apakah cintanya begitu besar pada penjahat itu, bukankah seharusnya sang istri dendam karena pria itu tidak mau tanggung jawab, tetapi justru Asha tetap saja melindunginya. Bukankah itu yang namanya cinta bodoh.
Asha yang masih duduk di atas ranjang dengan memeluk lututnya tiba-tiba mendongakkan kepala saat mendengar pintu terbuka. Dia merasa lega karena Aji ternyata tidak meninggalkan dirinya. Tadinya wanita itu bingung harus pergi ke mana dan harus bagaimana. Kedatangan sang suami benar-benar memberi angin segar.
“Sebaiknya kamu bersiap aku akan mengantarkan kamu ke rumah orang kamu,” ucap Aji tanpa melihat ke arah Asha, takutnya dia akan merasa kasihan pada wanita itu.
Asha menggeleng dan berkata, “Tidak, aku tidak mau. Sekarang aku adalah istrimu dan selamanya akan seperti itu. Tolong jangan kembalikan aku pada kedua orang tuaku.”
“Tidak bisa, kamu sedang hamil. Mana bisa aku hidup bersama denganmu selamanya. Bagiku pernikahan bukankah sebuah permainan, tapi kamu sudah menghancurkan semuanya hari ini.”
Asha turun dari ranjang dengan pelan. Meskipun sedikit tertatih kakinya kram karena terlalu lama duduk, wanita itu tetap berusaha agar bisa mendekat ke arah sang suami. Asha berlutut di depan Aji, dia akan melakukan segala cara agar mendapatkan pengakuan dari pria itu. Saat ini hanya suaminya yang diharapkan. Asha tidak bisa percaya lagi pada orang lain.
“Aku mohon, Mas. Terima anak ini sebagai anakmu. Aku tidak ingin hal lainnya, aku tidak peduli seberapa besar kebencianmu padaku, aku akan menerimanya, tapi aku mohon jangan pulangkan aku ke rumah orang tuaku. Aku tidak bisa melihat anakku dihina di kemudian hari karena tidak memiliki seorang ayah. Aku tidak ingin anakku menjadi korban bullyan karena tidak tahu keberadaan ayahnya. Aku hanya ingin nama kamu tertera dalam akta kelahiran anakku. Aku mohon padamu, hanya kamu yang bisa menyelamatkan masa depan anakku. Aku tidak tahu harus memohon kepada siapa lagi.”
Air mata mengalir di kedua pipi Asha yang sempat mengering. Bayangan masa depan yang begitu suram untuk anaknya terlihat begitu nyata. Dia tidak sampai hati jika hanya bisa berdiam diri, kala anaknya mendapatkan perlakuan seperti itu. Dirinya yang dari kecil selalu hidup dengan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya, mana mungkin membiarkan anaknya dalam kesakitan dan penghinaan.
Sampai mati pun Asha tidak akan rela. Dia adalah seorang ibu dan akan melakukan segala hal demi anak yang ada dalam perutnya. Saat ini dirinya harus berjuang seorang diri, apa pun akan dilakukannya. Sekalipun seumur hidup Aji akan membencinya, itu tidak masalah asalkan anaknya tidak menangis.
Ada sedikit rasa kasihan di hati Aji, tetapi sebisa mungkin pria itu menepisnya. Dia tidak mau mempertanggungjawabkan sesuatu yang tidak pernah dilakukannya. Aji berpikir akan membantu Asha untuk mencari ayah kandung bayi itu untuk bertanggung jawab, bukan dirinya.
“Maaf, aku bukan malaikat yang bisa menolongmu. Kamu bisa mencari keberadaan ayah kandung dari bayi itu dan membuatnya bertanggung jawab.”
“Mas, tidakkah kamu kasihan dengan bayi yang ada dalam kandunganku. Tolong pikirkan bagaimana perasaannya.”
Aji menatap Asha dengan pandangan sinis, kemudian bertanya, “Kamu bertanya padaku tentang perasaan anakmu, lalu apakah kamu sendiri mengerti bagaimana perasaanku saat ini?”
Suara Aji semakin meninggi, kesabaran yang dia miliki nyatanya tidak cukup untuk membuat Asha luluh dan mengatakan kebenaran. Sebenarnya pria itu juga tidak tega melihat sang istri yang bersujud dengan menangis seperti ini. Namun, mengingat kebohongan apa yang dilakukan oleh wanita itu, rasa kasihan menguap begitu saja. Aji bukan orang yang kejam, hanya saja dia tidak suka dibohongi.
“Maafkan aku, Mas, tapi aku mohon tolonglah aku. Hanya kamu yang bisa menolong aku dan anakku ini. Ini semua juga demi masa depannya.”
Aji menarik napas dalam-dalam, mencoba memikirkan semua masalah ini dengan jernih. Dia tidak ingin masalah ini berlarut-larut. Kalau seperti ini, bisa-bisa hingga sore mereka akan memperdebatkan masalah yang sama.
“Baiklah, aku akan bertanggung jawab atas anak ini, tapi aku ingin kamu jujur padaku. Siapa ayah kandung dari anak ini. Aku ingin lihat seperti apa pria yang seharusnya menikah denganmu itu.
Asha masih terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu sudah berjanji tidak akan mengatakan apa pun mengenai ayah dari anak ini, tetapi sekarang suaminya justru ingin menguaknya.
“Maaf, Mas.”
Hanya kata itulah yang mampu Asha ucapkan dan itu semakin membuat Aji geram.
“Begitu besarkah cintamu padanya, hingga kamu begitu keras kepala untuk menutupinya?” tanya Aji dengan nada tinggi. Namun, Asha sama sekali tidak gentar.
Dia tetap ada pendiriannya untuk tidak mengatakan apa pun tentang masa lalu yang sudah dia kubur. Sampai mati pun Asha tidak akan mengatakannya. Meskipun dalam hati wanita itu sangat takut jika sang suami tidak akan mau bertanggung jawab.
“Sudah tidak ada yang mampu aku pertahankan dirimu jadi, sekarang ayo kita pergi dari sini! Aku antarkan kamu menemui orang tuamu yang sedang menunggu di lantai bawah.”
Asha melebarkan matanya sambil menggelengkan kepala. Dia tidak akan sanggup lemah melihat kesedihan kedua orang tuanya jika mengetahui apa yang terjadi. Kedua orang tua Aji dan Asha memang semalam menginap di gedung ini. Mereka sepakat untuk pagi ini makan bersama, setelah itu barulah pulang ke rumah masing-masing. Mengenai pengantin baru, terserah mau ikut siapa.
“Mas, apakah kamu tega menyakiti hati kedua orang tua kita? Mereka begitu bahagia dengan pernikahan ini. Baru kemarin mereka terlihat begitu bahagia, apa kamu tega menghancurkan kebahagiaan mereka begitu saja? Mereka terlalu banyak berharap pada pernikahan ini. Mereka sudah menunggunya sejak lama, apa jadinya jika mereka tahu tentang keadaan diriku. Apalagi Mama Tia sedang sakit, apa kamu tidak memikirkan bagaimana keadaannya nanti?”
Tubuh Aji menegang, dia sampai melupakan keadaan mamanya. Mama Aji memang memiliki penyakit jantung yang bisa kapan saja merenggut nyawanya. Selama ini seluruh keluarga berusaha mati-matian untuk menyembuhkan mamanya dan saat ini beliau sedang dalam masa pengobatan. Sedikit saja berita mengejutkan itu sampai di telinga, pasti penyakitnya akan kambuh. Aji tidak bisa membayangkan apa yang terjadi.
Asha melihat kekhawatiran di wajah sang suami. Ada sedikit perasaan tidak tega karena harus memanfaatkan keadaan orang tua Aji, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Dalam hati wanita itu meminta maaf pada sang mertua karena sudah melakukan kesalahan yang begitu besar, hingga memanfaatkan keadaan mereka, tetapi dia terpaksa melakukan semuanya demi buah hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Asha goblok binti bego, dy mau Aji tanggungjawab dgn anak yg dikandung tpi koq gk mau jujur sich. Heran deh bikes deh ma Asha
2023-04-06
0
Eni Sofie
bawaannya pgn jambak Asha... memaksa Aji untuk memahami segalanya tp dia sendiri tdk mau jujur..
.pdhal cuma baca tp ampuuun deh emosinya sampe sini..
sabar sabar lg puasa...
2023-04-02
0
Hafifah Hafifah
kenapa g jujur sih biar suamimu bisa bantu.jadi greget aku jadinya
2023-04-01
1