“Kamu bersiap-siaplah, kita akan turun. Kedua orang tua kita sudah menunggu di bawah,” ucap Aji dengan nada rendah.
Namun, hal itu justru membuat Asha panik karena Aji akan benar-benar mengembalikannya pada kedua orang tuanya. Padahal dia sudah berusaha membujuk pria itu agar mau menerimanya, tidak peduli apa yang akan dilakukan sang suami.
“Mas, tidakkah kamu berpikir kembali, aku mohon jangan kembalikan aku pada kedua orang tuaku.”
Air mata kembali membasahi pipi Asha, sebisa mungkin wanita itu mencoba terlihat kuat, tetapi sekuat apa pun dia tetaplah seorang wanita yang butuh sandaran. Untuk mengadu kepada kedua orang tuanya pun sudah tidak mungkin, hanya tinggal menunggu kebaikan hati Aji agar mau memberikan pundaknya. Asha tahu jika sang suami orang baik karena itu dia percaya padanya.
“Siapa yang akan mengembalikan kamu kepada orang tuamu. Aku akan bertanggung jawab atas anakmu itu sampai usianya dua tahun, tapi aku punya syarat untukmu. Setelah itu barulah kita akan berpisah. Nanti aku akan membuatkan surat perjanjian pernikahan ini dan kamu harus menandatanganinya,” ucap Aji pada akhirnya.
Pria itu memang memutuskan untuk tetap melanjutkan pernikahan ini. Itu semua dia lakukan hanya demi kedua orang tuanya, terutama sang mama yang sedang sakit. Dia tidak ingin kehilangan wanita yang sudah melahirkannya. Sesakit apa pun pernikahan ini, dirinya akan menganggap jika memang ini sudah takdir.
“Syarat? Syarat apa?” tanya Asha yang merasa was-was, takut jika syarat yang diberikan oleh Aji menyakiti anaknya. Dia tidak peduli jika pria itu menyakitinya, asal bukan darah dagingnya.
“Tidak sulit, aku ingin kamu berada dalam kendaliku. Apa pun yang akan kamu lakukan harus seizinku. Jika aku mengatakan tidak, maka kamu tidak boleh melakukan hal itu. Kamu juga dilarang keluar tanpa izin dariku dan tidak boleh mencampuri urusan pribadiku. Kamu bebas melakukan apa pun di rumah, tetapi tidak jika di luar rumah. Aku sudah memutuskan untuk tinggal di apartemenku agar tidak ada yang curiga. Kamu juga harus meyakinkan kedua orang tuamu untuk menyetujuinya.”
Asha merasa perjanjian ini tidak adil, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Ini semua juga demi masa depan anaknya. Hanya ini jalan satu-satunya agar mendapat pengakuan dari Aji sebagai ayah dari bayi yang dikandungnya. Dirinya juga sangat membutuhkan itu.
Dalam diam Asha masih mencermati persyaratan yang diberikan oleh Aji. Mungkin itu akan semakin menyakiti hatinya nanti, tetapi itu semua juga demi masa depan anaknya. Apalagi dirinya sudah berjanji akan melakukan apa pun untuk anaknya. Bayangan sang anak mendapat cacian dan ejekan dari para masyarakat masuk di kepalanya, seketika wanita itu menggeleng.
Ini baru awal demi masa depan anaknya. Mungkin selanjutnya akan lebih berat lagi, tetapi Asha kembali menanamkan dalam pikirannya bahwa ini semua demi anaknya. Aji melihat ke arah sang istri yang masih terdiam. Pria itu tahu jika istrinya sedang berpikir, dia pun juga dalam dilema yang besar. Langkah apa pun yang diambil pasti akan ada dampak buruknya, untuk saat ini Aji lebih memilih untuk tetap mempertahankan pernikahan ini hanya untuk kesehatan mamanya.
Terdengar helaan napas panjang dari mulut Asha, akhirnya wanita itu pun menyerah. “Baiklah, aku setuju dengan syarat yang Mas berikan.”
“Oh ya! Satu lagi, jika di depan keluarga kita harus bersikap layaknya suami istri, tapi jika di luar anggap saja kita seperti orang asing.”
Asha mengangguk, dia akan menerima apa pun syarat yang Aji berikan. Wanita itu pun mengajukan syarat juga. “Mas, aku sudah setuju dengan persyaratan yang kamu berikan. Bolehkah aku minta satu syarat saja padamu.”
Aji terdiam, sebenarnya dia akan menolak untuk memberi Asha kesempatan berpendapat, hanya saja dia merasa itu tidak adil untuk Asha, jadi akhirnya pria itu pun mengangguk. Jika sang istri memberi syarat yang tidak bisa dipenuhi itu sangat mudah. Hanya tinggal pergi meninggalkannya saja. Aji sangat yakin jika wanita itu tidak akan berani.
“Katakan apa syaratmu?”
“Aku ingin kamu membiarkan aku melakukan tugas sebagai seorang istri. Kamu juga harus menghargai apa pun yang aku lakukan. Aku akan memasak dan membersihkan rumah. Setiap hari kamu harus selalu makan di rumah, kecuali jika kamu ada makan malam dengan klien untuk urusan pekerjaan.”
Aji ingin membantahnya. Namun, setelah dipikirkan kembali, kasihan juga Asia jika dirinya menolak satu permintaan wanita itu. Mau tidak mau pria itu pun akhirnya mengangguk, menurut dia tidak terlalu sulit juga menuruti keinginan sang istri. Ada setitik rasa kasihan kala melihat wanita itu, yang harus hamil tanpa pertanggungjawaban dari pria yang sudah menelantarkannya begitu saja.
Namun, segera Aji tepis karena Asha yang begitu tega meminta pertanggungjawaban darinya, yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan. Andai dia tidak memikirkan kondisi mamanya, sudah pasti pria itu akan memulangkan istrinya begitu saja, persetan dengan janji yang sudah terucap kemarin.
“Baiklah, sekarang kamu bersihkan tubuhmu dulu. Jangan lupa juga basahi rambutmu agar keluarga kita tidak ada yang curiga. Tutupi wajah sembabmu itu, buat sebahagia mungkin. Aku tidak ingin dibilang sebagai suami yang tidak bertanggung jawab,” ucap Aji tanpa melihat ke arah sang istri. Asha hanya mengangguk dan mengikuti perintah Aji.
“Terima kasih sudah menerimaku dan anakku, Mas. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu,” ucap Asha sebelum masuk ke kamar mandi.
Aji hanya diam memandangi tubuh istrinya yang hilang saat masuk ke kamar mandi. Rasa sedih dan kecewanya masih sangat besar, tetapi dia tidak bisa lepas begitu saja. Ada banyak hati yang harus dijaga.
Asha masih terdiam dengan memandangi dirinya di kaca wastafel. Apa yang dikatakan pria itu memang benar, dia juga tidak ingin terlihat menyedihkan di depan keluarganya. Wanita itu juga tidak ingin membuat mamanya kepikiran tentang keadaannya. Mulai hari ini Asha akan memainkan peran istri yang bahagia, sebisa mungkin dirinya harus menjiwai.
Entah bagaimana rumah tangganya nanti, dia harus tetap terlihat bahagia. Sekalipun Aji nantinya akan bersikap tidak adil, sebisa mungkin Asha akan mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Wanita itu tahu sang suami tidak akan begitu mudahnya menerima kehadirannya. Hal itu akan menjadi pekerjaan yang begitu berat untuknya. Namun, dia tidak akan menyerah dan akan tetap berusaha, ini semua juga demi anaknya.
Setelah selesai membersihkan diri, Aji dan Asha turun ke restoran yang ada di hotel itu. Kedua keluarga terlihat sudah menunggu pasangan pengantin baru. Mereka terlihat tersenyum menyambut keduanya, hal itu tentu saja membuat Aji dan Asha merasa bersalah. Sudut hati suami istri itu merasa takut jika kebenaran akan terungkap, entah bagaimana nanti.
Kedua keluarga pasti akan saling bermusuhan. Persahabatan yang sudah terjalin lama akan terpecah belah, kebahagiaan itu akan sirna. Begitu pula dengan senyum yang saat ini sedang mengembang, pasti akan lenyap begitu saja, tergantikan kesedihan dan amarah yang menjadikan luka di dalam hati masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Knp sich Asha ndk mau jujur
2023-04-19
0