"Bagaimana Fatimah sudah beres urusannya dengan tuan Verel?",tanya pak Hasan waktu melihat Fatimah berjalan menghampiri dirinya yang berteduh dibawah pohon.
"Alhamdulillah pak Hasan Allah memperlancar urusan saya hari ini semoga saja kedepannya juga akan terus dipermudah seperti ini sampai saya dan putri saya Aluna bisa berkumpul lagi".
"Amiin semoga saja ya Fatimah dan kamu harus tetap kuat sampai saat itu tiba".
"Amiin makasih pak doa dan dukungannya.Bapak tau saya sangat bersyukur saat diusir dari rumah suami saya orang yang saya temui pertama kali adalah Bapak.Kalau bukan saya nggak tau mau bagaimana saya sekarang,mungkin sudah pulang kampung terus menyesali keputusan itu karena nggak akan pernah bisa ketemu putri saya lagi seumur hidup saya pak".
"Semua sudah diatur oleh Allah Fatimah termasuk pertemuan kita ini jadi sebagai hambanya kita hanya harus menjalankan saja jangan menyerah dan terus berusaha selama apa yang kita lakukan itu benar''.
"Iya pak".
"Lalu sekarang kamu mau kemana?Apa akan langsung pulang kerumah tuan Verel lagi sambil menuggu khabar dari tuan Verel tentang kasusmu?".
"Tadi sebelum pergi saya sudah bilang sama pak Parman kalau saya hari ini mau pergi kerumah Bapak".
"Hah! Kamu mau kerumahku untuk apa!?Dirumahku nggak ada siapa siapa. Cucuku sekolah, anak sama menantu kerja semua. Lalu kamu mau ngapain kesana? Selain itu aku masih mau narik ojek buat cari tambahan karena ini masih siang",ucap Pak Hasan dengan bingung dan gugup membuat Fatimah tanpa sadar tertawa melihat ekspresi pria paruhbaya itu.
"Kenapa bapak kok terlihat nggak suka waktu saya bilang begitu?".
"Bukan apa apa aku cuma nggak mau orang berpikir jelek tentang kamu kalau kamu datang kerumah ku tapi disana nggak ada siapa siapa. Meski aku sudah tua kita tetap dua orang yang bukan Muhrim.Aku nggak mau tetangga rumahku mengatakan hal hal buruk tentangmu. Karena aku tau kamu perempuan baik baik meski kamu seorang janda Fatimah".
Mendengar itu Fatimah langsung meraih tangan pak Hasan.
"Terimakasih banyak pak karena sudah bersikap seperti bapak saya sendiri meski kita nggak punya hubungan darah tapi saya sangat senang mendengar apa yang bapak katakan barusan ",ucap Fatimah dengan perasaan terharu mendengar apa yang dikatakan pak Hasan dan tanpa sadar dia merasa rindu pada kedua orang tuanya terutama Abinya karena sikap pak Hasan mirip dengan Abinya.
"Jadi apa sebaiknya kamu Bapak antar aja kerumah nyonya Ayana lagi sekarang karena urusanmu juga sudah selesai".
Fatimah menggeleng.
"Saya ingin menemui putri saya pak",ucap Fatimah dengan ekspresi sendu.
"Putrimu dimana? Biar Bapak antar sekarang".
"Biasanya kalau jam segini dia masih berada disekolah".
"Putrimu sudah sekolah?",tanya pak Hasan.
"Baru play group pak jadi saya berniat melihatnya sebelum mertua saya menjemputnya pulang".
"Oh... kalau begitu ayo Bapak antar kamu kesana",ucap pak Hasan dengan menyuruh Fatimah naik keatas boncengan motornya
"Makasih pak",jawab Fatimah lalu naik keboncengan motor pak Hasan bermaksud pergi kesekolah Aluna.
"Memangnya sekarang putrimu tinggal sama siapa Fatimah?",tanya pak Hasan dengan melajukan motornya membelah jalanraya yang tidak terlalu ramai karena belum jam pulang kerja.
"Sama suami juga istri barunya pak tapi kalau mereka kerja mungkin dengan kedua mertua saya pak".
"Memangnya mantan suamimu kerja apa Fatimah?".
Kalau waktu pertama kali bertemu dengan pak Hasan Fatimah mungkin tidak berani bercerita secara jujur tentang dirinya tapi setelah melihat sikap baik yang ditunjukan pak Hasan selama mereka kenal membuat Fatimah merasa nyaman bicara apa saja dengan pria paruh baya itu termasuk waktu dia menanyakan tentang mantan suaminya meski membicarakan mereka tetap membuat rasa sakit didada Fatimah kembali terasa.
"Dokter pak",jawab Fatimah Lirih tapi masih bisa terdengar oleh pak Hasan yang membuat Pak Hasan reflek mengerem sepeda motornya membuat Fatimah terkejut dengan reaksi pria tua itu.
"Ada apa pak?!",tanya Fatimah dengan melihat kedepan motor mereka karena berpikir pak Hasan mengerem mendadak motornya karena ada sesuatu yang menghalangi perjalanan mereka.
"Jadi mantan suamimu itu dokter Fatimah?!", tanya dengan nada keras membuat Fatimah bingung akan reaksi pak Hasan waktu mendengar pekerjaan mantan suaminya.
"Iya pak Dokter spesialis penyakit dalam dirumah sakit Centra Medika memangnya Bapak kenal?Atau mungkin pernah bertemu dengan dokter Arya Bratasena mantan suami saya itu pak?".
Pak Hasan langsung menggeleng.
"Nggak Fatimah Bapak kan hanya orang kecil bagaimana mungkin bisa kenal dengan orang penting seperti mantan suamimu itu sementara kenal sama tuan Verel saja itu karena Almarhum istri saya pernah bekerja dirumah beliau".
"Oh saya pikir Bapak kenal dengan mantan suami saya karena itu bapak sangat terkejut sampai mengerem motor Bapak secara mendadak waktu saya bilang dia Dokter".
"Hanya nggak nyangka ternyata kamu mantan istri orang kaya karena waktu pertama kali kita bertemu Bapak malah mengira kalau kamu adalah pembantu yang baru dipecat oleh majikannya.Ingat itu Bapak jadi malu padamu".
"Ya Allah ternyata cuma karena itu to pak.
Jangan terlalu dipikirkan pak ,saya juga sudah lupa selain itu dia sekarang sudah menjadi mantan suami saya dan saya juga sekarang memang jadi pembantu dirumah tuan Verel bukan".
"Itu semua gara gara Bapak, seharusnya Bapak nggak menawarkan kamu pekerjaan rendah seperti itu Fatimah karena kan kamu mantan nyonya Dokter".
"Itu benar pak dan jujur saja kalau mengingat hal itu lagi bukannya bangga tapi saya malah merasa sangat kecewa dengan mereka. Karena mentang mentang mereka kaya punya harta dan kedudukan mereka bisa merendahkan orang semau mereka pak.Mereka hanya memandang orang berdasarkan apa yang dimiliki bukan berdasarkan akhlak dan tinggal laku".
"Sepertinya mereka tidak memperlakukan mu dengan baik ya Fatimah?", celetuk pak Hasan.
"Lebih tepatnya mereka semua sudah tega menipu saya pak karena saya hanya perempuan yang berasal dari desa tanpa pendidikan tinggi jadi mereka memandang status saya dan mereka tidak sama".
"Ternyata meski masih muda kamu sudah mengalami banyak hal sulit selama ini".
"Hal yang saya syukuri selama menikah dengan mantan suami saya adalah saya bisa memiliki Aluna meski dia juga diambil paksa dengan cara yang licik pak",ucap Fatimah dengan menyeka airmatanya waktu mengingat putrinya Aluna yang sudah sekitar satu bulan ini tidak pernah dilihatnya sama sekali".
"Semoga saja dengan bantuan tuan Verel kali ini kamu bisa mengambil putrimu lagi Fatimah karena pasti berat harus berpisah dengan anak secara paksa seperti yang kamu alami sekarang ini".
"Iya pak semoga saja Allah persatukan saya dengan Aluna lagi pak karena sejak dia menceraikan saya tujuan saya hanya ingin bisa mengambil kembali putri saya dari mereka pak".
"Semoga saja Fatimah".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Morna Simanungkalit
kamu salah memang Fatimah mengapa mau menanda tangani perceraian kamu.,dengan mantan suamimu.
2024-08-06
0