"Pak berhenti disini saja",pinta Fatimah pada pak Hasan untuk berhenti agak jauh dari gerbang sekolah Aluna lalu dia berniat berjalan sampai ke gerbang sekolah playgroup tempat Aluna bersekolah karena khawatir kalau dia meminta pak Hasan berhenti tepat didepan gerbang mertua atau orang yang akan menjemput Aluna bisa melihat keberadaannya.
"Ini masih jauh dari gerbang sekolah Fatimah apa tidak papa kamu berjalan sampai sana",jawab Pak Hasan kasihan karena tempat Fatimah minta berhenti dengan gerbang sekolah putrinya jaraknya masih lebih dari 100 meter.
"Nggak papa pak,kalau terlalu dekat saya khawatir keluarga mantan suami saya nanti melihat saya yang ingin menemui Aluna".
"Ya sudah kalau begitu hati hati ya,Bapak tunggu disini.Kalau ada apa apa telpon Bapak ya Fatimah",pinta pak Hasan yang langsung diangguki oleh Fatimah lalu berjalan kearah gerbang sekolah putrinya yang sudah cukup ramai dengan para orang tua murid yang berniat menjemput sekolah putri mereka karena memang sebentar lagi waktu pulang sekolah.
Fatimah berjalan dengan melihat kesekeliling khawatir akan berpapasan dengan anggota keluarga mantan suaminya terutama kedua mertuanya yang dirasa Fatimah akan menjemput Aluna kesekolah.
Fatimah menarik nafas lega setelah sampai didepan gerbang sekolah tapi sama sekali tidak berpapasan dengan anggota keluarga mantan suaminya.
Untuk menghindari terlihat mereka, Fatimah sengaja berdiri ditempat sedikit tertutup dari pandangan orang tapi masih bisa melihat jelas kegerbang sekolah putrinya saat itu.
Cukup lama Fatimah menunggu dengan perasaan harap harap cemas khawatir tidak bisa melihat Aluna karena saat para murid playgroup sudah mulai keluar Aluna belum juga terlihat dan orang orang sudah terlihat mulai berkurang.
"kenapa dia nggak ada,apa dia nggak masuk sekolah hari ini?",batinnya dengan perasaan mulai cemas khawatir putrinya sakit karena itu tidak sekolah hari ini dan kalau itu benar,pasti dia akan rewel karena dulu setiap kali Aluna sakit dia akan terus menempel ditubuhnya.Lalu sekarang siapa yang merawatnya kalau dia sakit? Apakah Alunanya juga masih tetap rewel atau tidak setelah dia tidak ada. Tanpa bisa dicegah air mata Fatimah menetes karena memikirkan bagaimana putrinya selama tidak ada dirinya membuat Fatimah semakin terisak meski lirih karena khawatir ada yang melihatnya.
Fatimah sudah berniat pergi dari tempat persembunyiannya karena Aluna tidak juga keluar dari gerbang sekolah saat tiba tiba dilihatnya mobil mantan suaminya datang dari arahnya tadi berjalan dan berhenti tepat digerbang sekolah lalu tak lama Imelda keluar dari samping kemudi dan berjalan kearah gerbang sekolah .
Tak lama setelahnya tiba tiba seorang gadis kecil dengan memakai seragam sekolah berlari menghampirinya perempuan itu yang memasang wajah penuh senyum.
"Mama!",panggil Aluna dengan berlari cukup kencang kearah Imelda yang sedang merentangkan tangannya kearah gadis kecil itu.
"Wah tuan putri mama,maaf ya lama menunggu tadi mama ada urusan sebentar sama papa,sayang".
Imelda mengatakan itu dengan menoleh kearah mobil Arya Bratasena mengkode orang yang berada didalam mobil untuk keluar dari mobil.
Dan benar saja tak lama tampak Arya Bratasena keluar dari dalam mobilnya dengan membawa boneka kuda poni besar berwarna ungu untuk Aluna yang langsung terlihat tertawa senang melihat apa yang ada ditangan Arya.
"Papa!",panggilnya dengan berlari kearah Arya Bratasena lalu memeluknya bersama boneka ditangan pria itu.
"Hadiah untuk Aluna karena sudah sabar menunggu dijemput papa sama mama sayang",jawab Bratasena dengan mengangkat tubuh Aluna yang berisi.
"Makasih pa Una cayang ama papa",ucapnya dengan mencium pipi sang papa.
"Bilang makasih juga sama mama karena tadi mama yang belikan untuk Aluna",perintah Arya dengan mendekatkan tubuh Aluna kearah Imelda yang langsung memeluk tubuh Aluna yang masih berada dalam gendongannya.
"Makasih ma,Una cayang mama",ucapnya dengan memeluk Imelda lalu mencium pipi perempuan itu secara bergantian.
"Mama juga sayang Aluna",jawab Imelda lalu mereka bertiga masuk kedalam mobil Arya dengan tertawa dan canda lalu pergi meninggalkan depan gerbang sekolah Aluna dibawah tatapan mata Fatimah yang banjir air mata melihat pemandangan itu.
Fatimah langsung tersungkur ketanah berbatu tempatnya berdiri semula dengan terisak cukup keras karena melihat putri yang dilahirkannya dengan mempertaruhkan nyawanya ternyata memanggil perempuan lain dengan panggilan yang seharusnya miliknya lalu apakah sekarang posisinya sudah benar benar hilang dihati dan pikiran Aluna nya.
Fatimah cukup lama berada diposisi seperti itu dan sudah lupa kalau sekarang dia sedang berada didepan sekolah yang kemungkinan akan ada orang melihat dirinya yang sedang terpuruk seperti itu.
Sampai sebuah suara menyadarkannya.
"Fatimah ayo bapak antar kamu pulang jangan menangis seperti ini disini",ucap pak Hasan dengan menyentuh bahu Fatimah dengan lembut layaknya sentuhan seorang ayah kepada putrinya membuat Fatimah langsung mendongak kearah pria paruh baya itu dengan airmata yang masih mengalir dipipinya.
"Pak Aluna pak... Hiks.... Hiks....",isaknya dengan mencoba berdiri dari tanah dibantu oleh pak Hasan.
"Yang sabar ya Fatimah....Allah pasti punya rencana lain dengan memberimu cobaan seperti ini",ucap pak Hasan lembut.
"Tapi dia sudah lupa denganku pak.... Hiks....hiks..Aku yang hamil dan melahirkannya tapi kenapa perempuan itu yang dipanggilnya mama pak,kenapa?!",teriak Fatimah disela isaknya yang semakin keras.
Melihat bagaimana terlukanya Fatimah sekarang pak Hasan hanya bisa mendengarkan apa yang diucapkan perempuan muda itu.
"Allah tidak adil pak!Allah tidak adil!...Hiks ...Hiks...kenapa mereka mengambil putriku harta satu satunya yang kumiliki kenapa?! Mereka jahat pak mereka orang orang jahat!Aku benci mereka semua aku benci!...Hiks ...Hiks...".
Fatimah terus menangis dan mengumpat dihadapan pak Hasan yang hanya diam mendengarkan apa yang dikatakan perempuan muda itu karena sebagai orang yang sudah kenyang makan asam garam kehidupan dia tau bagaiman terlukanya perasaan perempuan itu karena merasa tidak berdaya.
"Fatimah istighfar.Istighfar Fatimah Allah pasti punya rencananya sendiri untuk hidupmu percayalah itu Fatimah",bujuk pak Hasan karena melihat tangis Fatimah semakin tak terkendali.
"Aku benci mereka semua pak,Arya Imelda ayahnya ibunya mereka bukan manusia pak",ucapnya dengan suara serak karena terlalu banyak menangis dengan masih tetap berdiri ditepi jalan tempatnya semula.
"Bapak tau perasaanmu tapi Bapak mohon jangan membenci mereka Fatimah karena membenci itu tidak baik,rasa bencimu bisa merusak hidupmu Fatimah".
"Tapi mereka jahat pak mereka mengambil Aluna ku dengan paksa menipuku selama hampir 5 tahun .Aku hanya dijadikan ibu pengganti dengan alasan pernikahan bohongan pak.Mereka merenggut semua dariku. Putriku, masa mudaku dan harga diriku pak!".
"Tapi masih ada yang tersisa padamu Fatimah meski sekarang kamu terlihat hancur,tekadmu sebagai seorang ibu dan perempuan itu Bapak rasa cukup untuk membuatmu berjuang.Ingat Fatimah perjuanganmu belum berakhir tapi masih baru dimulai jadi bangun jangan menyerah seperti ini".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Morna Simanungkalit
semuanya sudah terjadi ,jadi bersabarlah fat mungkin Tuhan akan menunjukkan jalan yang terbaik agar dapat mengambil anakmu Aluna dari orang yang tak punya perasaan pada seorang ibu.
2024-08-06
0
Bunda Salma
bikin nyesek... ditipu selama 5 th, dipisah dari anak , diceraikan dg paksa tanpa kesalahan , meski Aluna di perlakukan spt princess oleh ibu tirinya , tp fatimah terluka karena haknya sbg ibu di renggut paksa.
2023-03-17
0