Fatimah tersenyum pada pak Hasan saat pria paruh baya itu menghentikan motornya didepannya.
"Mbak Fatimah sudah siap?",tanyanya dengan tersenyum ramah pada Fatimah.
"Iya pak saya siap".
"Kalau begitu ayo saya antar sekarang kerumah tuan Verel mbak",ucapnya dengan menyuruh Fatimah naik ke boncengan motor bebek tuanya itu.
"Tuan Verel hanya sendiri ya dirumahnya pak?,tanya Fatimah Penasaran saat sudah berada diatas boncengan motor pak Hasan.
"Beliau sudah punya istri kok mbak jadi mbak Fatimah nggak perlu khawatir akan diganggu sama tuan Verel".
"Memangnya tuan Verel mau mengganggu saya yang nggak cantik ini",celetuk Fatimah.
"Siapa bilang Mbak Fatimah nggak cantik mbak Fatimah itu cantik kaya mantan istri saya dulu waktu muda",balas pak Hasan membuat Fatimah tanpa sadar tersenyum mendengarnya.
"Dimana miripnya pak?",tanya Fatimah lagi.
"Miripnya mbak Fatimah dan istri saya sama sama perempuan",jawab Pak Hasan yang membuat Fatimah tertawa mendengarnya.
"Pak Hasan biasa aja".
Sepanjang jalan mereka terus saja mengobrol dengan akrab membuat Fatimah merasa perasaannya yang dari kemarin sesak menjadi sedikit lega.Pak Hasan banyak bercerita tentang almarhum istrinya dari awal bertemu sampai mereka menikah dan meninggal karena sakit kanker payudara yang diderita istrinya.
Dia juga cerita tentang penyesalannya yang dulu tidak punya cukup uang untuk membawa sang istri berobat ke dokter jadi hanya bisa membawanya berobat kepengobatan tradisional saja waktu itu,meski tidak efektif tapi dia tidak menyerah melakukannya agar bisa bersama sang istri sehari lebih lama lagi,ceritanya dengan penuh perasaan membuat Fatimah sedikit banyak mulai mengenal pak Hasan.
"Pasti istri bapak sangat bahagia selama menikah dengan bapak ya",ucap Fatimah dengan sendu karena mengingat dirinya yang tidak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari suaminya yang kaya selama ini berbanding terbalik dengan istri pak Hasan.
"Entahlah mbak saya merasa saya bukan suami yang baik karena nggak bisa membuat istri saya bisa menerima perawatan dari dokter spesialis yang bagus".
"Tapi bapak sudah berusaha keras selama istri pak Hasan hidup ,jadi istri pak Hasan pasti nggak menyalahkan pak Hasan bahkan berterimakasih karena punya suami sebaik pak Hasan. Karena kebahagiaan nggak bisa diukur dari segi materi saja pak".
"Semoga mbak, jadi nanti kalau saya meninggal saya nggak malu ketemu istri saya di akhirat".
Tak terasa mereka sampai ditempat yang di mereka tuju.
"Itu rumah tuan Verel mbak",ucap pak Hasan dengan menghentikan motornya didepan pintu pagar besi kokoh itu lalu mengajak Fatimah turun.
"Assalamualaikum Parman!",panggil pak Hasan dengan cukup lantang pada satpam rumah itu.
"Waalaikumsalam pak Hasan!",jawabnya dengan membuka pintu pagar untuk pria tua tersebut.
"Tumben mampir kemari ada apa?",tanya si satpam yang berusia sekitar awal 40 tahunan itu dengan menatap Fatimah yang berdiri disamping pak Hasan.
"Ini keponakan saya mau melamar kerja disini, katanya nyonya Ayana masih butuh pembantu".
"Iya,buat nemenin mbak Minah.Karena sekarang nyonya Ayana sedang hamil dan mbak Minah sedikit kerepotan kalau harus mengasuh den Dimas sama bersih bersih rumah".
"Oh nyonya Ayana hamil lagi? Alhamdulillah",celetuk pak Hasan terdengar ikut bahagia.
"Ya udah ayo aku antar kedalam buat ketemu nyonya Ayana pak".
Kemudian Fatimah dan pak Hasan masuk kedalam rumah megah itu dengan diantar satpam tadi.
"Nyonya ini ada pak Hasan, dia bawa orang yang mau kerja disini katanya",terang si satpam pada perempuan cantik berusia diatas 30 tahun yang sedang duduk diruang tamu.
"Pak Hasan apa kabar?",sapa perempuan cantik itu dengan ramah.
"Alhamdulillah saya sehat nyonya katanya den Dimas mau punya adek ya nyonya ",balas pak Hasan.
"Iya pak Hasan Alhamdulillah sekarang saya hamil lagi".
"Syukurlah Oh iya nyonya ini keponakan saya dari kampung mau cari kerja dijakarta apa nyonya bisa menerimanya".
Perempuan bernama Ayana itu lalu menatap kearah Fatimah yang hanya duduk diam dengan wajah sedikit tertunduk.
"Siapa namanya ?",tanya Ayana.
"Saya Fatimah nyonya ",jawabnya sopan.
"Fatimah,berapa usiamu karena sepertinya kamu masih sangat muda?".
"Saya 25 tahun nyonya",jelas Fatimah.
"25 tahun kalau dikampung biasanya sudah menikah,apa kamu juga sudah menikah?",tanyanya dengan tatapan menyelidik kearah Fatimah.
"Saya janda nyonya ",jawabnya yang membuat Ayana langsung terdiam mendengar itu dan semakin menatap Fatimah dengan tatapan penuh selidik.
"Janda?",gumamnya dengan nada tidak suka.
"Iya saya bercerai karena suami saya menikah lagi".
"Oooo... jadi kamu diselingkuhi ya?".
"Iya nyonya".
"Saya akan menerima mu untuk sementara karena saya memang sedang butuh orang untuk bekerja tapi karena kamu seorang janda jadi sebaiknya kutegaskan diawal saja padamu".
"Iya nyonya ".
" Jangan sekali kali kamu berani mencoba menggoda suamiku, karena aku tidak akan diam saja.Kalau sampai kamu tidak patuh aku bukan hanya akan memecatmu tapi aku bisa melakukan hal lebih parah dari itu .Apa kamu paham!!",tekan Ayana pada Fatimah.
"Paham nyonya , saya akan bekerja dengan baik dan tidak akan mengecewakan ibu".
"Baiklah kalau paham masa percobaanmu 3bulan kalau dalam 3bulan kamu tidak membuat masalah maka aku akan membiarkanmu bekerja lama disini dan untuk pekerjaanmu, nanti Aminah yang akan menjelaskannya".
"Baik nyonya terimakasih karena sudah menerima saya bekerja disini".
"Hemmm",balas Ayana dingin.
"Karena nyonya sudah menerima keponakan saya bekerja disini sekarang saya pamit dulu nyonya",ucap pak Hasan dengan sopan.
"Oh iya pak Hasan",jawab Ayana dengan tersenyum ramah pada pria tua itu yang bangkit dari duduknya untuk pergi dari rumah itu.
"Pak Hasan makasih ya sudah membantu saja",ucap Fatimah dengan menyerahkan uang kepada pria paruh baya itu sebagai ongkos dan ucapan terimakasih karena sudah ditolong sejak kemarin disaat dia sedang sangat terpuruk karena diusir oleh keluarga suaminya.
Bukannya menerima uang itu pak Hasan malah mengembalikan lagi pada Fatimah.
"Nggak usah Fatimah simpan aja uang kamu untuk pegangan karena kamu masih bulan depan baru dapat gajih",ucapnya dengan tersenyum lembut pada Fatimah.
"Nggak papa pak saya masih ada kok,terima aja ya kalau bapak nggak mau kasihkan buat cucu bapak aja",mohon Fatimah yang membuat pak Hasan terpaksa menerima 5 lembar uang berwarna merah pemberian Fatimah itu.
"Terimakasih Fatimah saya akan menerimanya dan kalau ada apa apa hubungi bapak ya siapa tau bapak bisa membantu".
"Iya pak hati hati dijalan ya pak".
Meski baru bertemu kemarin tapi entah mengapa Fatimah merasa sudah sangat dekat dengan pria patuh baya itu yang mengingatkannya pada sosok Abinya dikampung yang sekarang juga sudah tua dan mulai sakit sakitnya.
Sebenarnya Fatimah sangat ingin pulang saja tapi dia khawatir kalau dia pulang dengan membawa cerita masalahnya sekarang Abinya akan terkejut dan bertambah sakit jadi Fatimah memilih menunda kepulangannya ke kampung.
Fatimah mau bekerja jadi pembantu dirumah keluarga ini karena dia berharap bahwa suami majikan barunya yang katanya berprofesi sebagai pengacara itu nanti bisa membantunya mengambil hak asuh Aluna putrinya dan uang yang diberikan keluarga Arya itu akan dipakainya untuk membayar biaya pengacara nantinya.Fatimah tidak perduli kalau uang itu habis yang penting dia bisa mendapatkan hak asuh Aluna itulah tujuan hidupnya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Happyy
👊🏼👊🏼
2023-08-13
0
Bunda Salma
perjuangan baru dimulai ya fat , semoga pengacara ini bisa membantu .
2023-03-12
0