~Jangan menilai buah hanya dari tampilan luarnya, karena belum tentu daging buahnya akan mulus dan tidak busuk di dalamnya~
Senyum terus mengembang di sudut bibir Heru, sementara istrinya mulai menata meja makan. Sedangkan Helen dan Kevin mulai menarik kursi menunggu hidangan yang disiapkan oleh perempuan paruh baya itu..
Heru menarik tangan Keisha untuk duduk di sebelah kursinya. Dalam pikirannya perempuan itu masih bertanya-tanya, sebenarnya apa yang telah direncanakan oleh Ayahnya sampai mengatakan bahwa dia akan menikah?
"Makanlah yang banyak sayang, sebelum calon suamimu datang. Kamu sudah jarang sekali makan siang bersama kami. Jadi sekarang nikmatilah masakan Ibumu, dan kenyangkan perutmu," tutur Ayahnya lembut sembari menatap dalam putri sulungnya.
Melihat perlakuan Ayahnya padanya, Keisha jadi merasa bersalah karena telah mengabaikannya selama ini. Jadi perempuan itu hanya mengangguk sebagai jawaban atas perintah Heru.
Selang beberapa menit Bi Asih datang tergupuh-gupuh menghampiri mereka, dia menyampaikan berita bahwa ada seseorang yang sedang mencari Tuan Besar di luar.
Ayah langsung meletakkan sendoknya dan berlalu pergi bersama Bi Asih, sementara Ibu dan Helen saling pandang menatap Keisha, Mereka berdua mengumbar senyum.
"Ada apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanya Keisha penuh selidik.
"Calon menantu Ibu sudah datang," kata Ibu dengan senyum termanis di bibirnya.
"Kakak Ipar sudah datang, aku akan menyiapkan buah untuknya," sambung Helen dengan tatapan berbinar-binar. Helen bergegas menuju dapur untuk melaksanakan apa yang barusan dia katakan.
Tidak butuh waktu lama, Ayah kembali ke meja makan ditemani dengan seorang pria berawakan tinggi tegap dengan setelan jas kantornya. "Keisha, kemarilah sambut calon suamimu," panggil Ayah halus padanya.
Namun yang dipanggil hanya mematung tanpa bergerak dari posisi duduknya. Keisha masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan, Ayah benar-benar mencarikan dia seorang suami.
"Mungkin putriku masih merasa canggung denganmu, karena kalian baru bertemu. Lebih baik kita makan siang dulu, nanti setelah kita makan kalian bisa mulai saling mengenal."
Perkataan Ayah dibalas dengan anggukan dari pria itu, dia ikut bergabung di meja makan dan duduk tepat dihadapan Keisha. Perempuan itu mengamati pria itu sesaat, dia dapat melihat garis wajahnya yang tegas dan hidungnya yang mancung.
"Kak Kei tidak baik memandang calon suamimu seperti itu. Dia akan ketakutan," tegur Helen dari belakang dengan membawa piring berisi potongan buah dan secangkir susu untuknya. Mendegar teguran adiknya Keisha kembali memakan makananannya.
"Makanlah yang banyak, anggaplah ini rumahmu sendiri." Ibu menaruh satu sendok nasi berukuran besar di piring pria itu yang sebentar lagi akan menjadi menantunya.
"Terimakasih, Bibi terlalu baik." Ucap pria itu membalas perlakuan wanita paruh baya tersebut seraya tersenyum.
Setelah lebih dari sepuluh menit mereka menyantap makanan, Heru mulai membuka suara dan membuat semua keluarga memperhatikannya.
"Kei, dia adalah teman bisnis Ayah. Namanya Doni, kami memulai kerjasama satu bulan yang lalu. Kebetulan waktu itu Ayah sedang melakukan kunjungan bisnis di Surabaya, dan bertemu dengannya."
Jelas Heru mencoba memperkenalkan pria itu kepada putrinya. Keisha hanya mendengarkannya tanpa ada niat untuk bertanya lebih lanjut kepada Ayahnya.
"Doni adalah pria yang baik, dia memiliki usaha yang bisa dibilang cukup maju. Meskipun dia seorang duda dan sudah mempunyai anak, dia masih berumur 37 tahun dan tidak terpaut jauh dengan usiamu." sambung Heru lagi.
"Istrinya meninggal tepat setelah melahirkan putrinya, sehingga dia harus merawat putrinya seorang diri. Meski begitu, dia tidak pernah membuat putrinya merasa kekurangan akan kasih sayang orang tua." Heru menarik napas sejenak sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
"Ayah sudah bertemu dengan putrinya, dia gadis yang lucu. Umurnya baru lima tahun, dan dia membutuhkan seorang Ibu. Oleh karena itu, Ayah menawarkan lamaran untukmu padanya dan dia menerimanya. Kamu tidak perlu khawatir, Ayah sudah mengatur semuanya," jelas Ayahnya panjang lebar.
Keisha hanya kembali terdiam tidak mampu berkata-kata. Dia mencerna penjelasan dari Ayahnya dan menilai bahwa pria di hadapannya ini adalah pria yang baik. Terlebih saat dia mendengar bahwa pria itu membesarkan putrinya seorang diri.
"Ayah, Ibu, Aku dan Kevin ada urusan sebentar. Kami harus pergi terlebih dahulu," kata Helen secara tiba-tiba memecah keheningan dan bergegas menarik tangan Kevin untuk mengikutinya naik ke lantai atas.
"Ah iya, Ibu juga baru ingat. Kalau Ibu belum mematikan kompor, jadi Ibu pergi dulu ke dapur. Kalian lanjutkan makannya."
Setelah kepergian Ibu dan Helen, Ayah juga ikut pergi dan berkata bahwa dia ingin memberikan waktu bagi mereka berdua untuk mengobrol.
Suasana berubah menjadi hening seketika di meja makan, hanya suara sendok dan garpu saja yang terdengar karena bergesekan dengan permukaan piring saat menyendok nasi.
Sudah lebih dari lima menit mereka berdua hanya memakan makanan di piring tanpa ada percakapan sedikitpun. Sampai pria itu tiba-tiba menghentikan aktivitasnya dan mulai memandang Keisha.
"Aku dengar dari Pak Heru bahwa Nona Keisha mendirikan perusahaan sendiri, dan bisnis yang Nona jalankan berkembang pesat sampai ke keluar negeri," ucap Doni memulai percakapan.
"Ayah hanya melebih-lebihkan. Saya hanya menjalankan usaha saya sepenuh hati, karena saya menyukainya." Kata Keisha seraya melirik Doni sekilas.
"Nona terlalu rendah diri, saya merasa kagum kepada Nona," pujinya dengan melihat manik matanya yang hitam legam.
Keisha yang dipandang demikian merasa tidak enak, jadi perempuan itu hanya mengabaikannya dan menyibukkan diri dengan meminum habis segelas air putih.
"Saya juga sering melihat Nona Keisha di majalah pebisnis muda, Anda masuk jajaran pengusaha dalam industri perhiasan yang produk pasarannya menguasai sebagian besar pasar saham Asia," ujar Doni lagi dengan tetap memandang lekat dirinya.
"Itu hanya berita, pada nyatanya bisnis saya masih perlu dikembangkan lagi."
"Menurut saya, Nona sudah sangat bekerja keras. Jadi Nona dapat beristirahat untuk sementara waktu, bukankah lebih baik kalau Nona mulai menghabiskan waktu bersama keluarga?"
"Saya masih belum memikirkan itu."
Suasana menjadi hening sesaat, Doni berhenti sejenak dan meneguk segelas air putih. Kemudian dia mulai memandang ke arah calon istrinya lagi.
"Apa setelah menikah Nona masih menjalankan bisnis Nona?"
"Tentu, selagi saya masih mampu."
"Kenapa Nona tidak membiarkan suami Nona yang mengolahnya? Lagi pula Nona harus mengurus keluarga."
"Apa maksudmu?"
"Jangan marah Nona, saya hanya merasa setelah kita menikah. Kenapa Nona tidak mempercayakan saya sebagai calon suami Nona untuk mengurusnya? Dengan begitu Nona dapat meluangkan waktu lebih banyak untuk memperhatikan saya dan putri saya."
Mendengar penuturan dari Doni, Keisha merasa bahwa secara tersirat Doni memintanya untuk berhenti bekerja dan hanya mengurus dirinya dan putrinya setelah menikah.
"Jika Tuan merasa khawatir kalau setelah menikah saya akan mengabaikan keluarga saya karena pekerjaan, Tuan salah besar. Saya akan membagi waktu saya dengan baik antara kekuarga dan pekerjaan. Lagi pula, saya juga mempunyai asisten dan sekertaris yang saya percaya, jadi saya tidak akan terlalu sibuk bekerja. Jadi Tuan tidak perlu cemas, bagi saya keluarga tetaplah yang utama."
"Saya tahu Nona memiliki orang-orang yang Nona percayai untuk mengurus perusahaan. Akan tetapi bukankah lebih baik jika Nona tetap mempercayakan perusahaan pada suami Nona. Sehingga Nona tidak perlu merasa cemas dan harus membagi perhatian Nona antara keluarga dan pekerjaan."
"Maaf Tuan Doni. Saya merasa pembicaraan ini terlalu jauh, lagi pula kenapa sejak tadi Anda sepertinya memaksa agar saya memberikan perusahaan saya untuk Anda kelola? Dan secara tidak langsung juga mengatur saya untuk tidak bekerja setelah menikah! Apa maksud tujuan Anda sebenarnya?"
Keisha mulai menaikkan nada suaranya, dia cukup tersinggung dengan ucapan Doni tentang usahanya. Memang benar bahwa di akan menikah dengan pria ini, tapi tidak seharusnya pria ini melarangnya untuk bekerja dan hanya menjadi Ibu rumah tangga.
Terlebih dia telah merintis bisnisnya sudah lama, terasa tidak pantas bagi dirinya untuk langsung menyerahkan usahanya itu kepada suaminya. Sementara dia belum mengetahui apakah suaminya mampu mengolah bisnisnya atau tidak? Dia mungkin akan menyerahkan bisnisnya setelah dia percaya bahwa suaminya bisa menjalankan usahanya.
"Jika Tuan ingin mengambil kelola bisnis saya, saya tidak keberatan. Tapi setelah Anda beradaptasi dan mempelajari bisnis yang saya geluti."
"Maaf Nona, bukan maksud saya memaksa. Tapi lebih baik kita buat kesepatakan sejak awal sebelum menikah. Saya hanya ingin mencari seorang istri dan Ibu untuk anak saya, bukan perempuan yang harus bekerja untuk kami. Saya cukup mampu untuk menafkahi keluarga saya dengan uang saya sendiri."
"Aku mengerti. Kalau begitu saya akan mendiskusikan ini dengan Ayah. Tapi untuk menyerahkan perusahaan pada Tuan Doni, saya belum bisa melakukannya, saya akan menitipkan perusahaan saya untuk dikelola oleh sepupu saya Rafi. Dia sudah lama bekerja dalam industri perhiasan, saya berharap dia dapat membimbing Tuan. Dengan demikian, ketika saya memberikan bisnis saya pada Tuan, saya tidak perlu cemas lagi."
"Baiklah Nona saya paham kekhawatiran Nona tadi. Saya akan memakluminya."
Doni menujukkan senyum yang khas di bibirnya, Keisha yang melihat itu hanya dapat menghembuskan napas tidak bisa berbuat apa-apa.
Entah kenapa hatinya berkata bahwa pilihan yang dia ambil tidak lah baik. Dia merasa cemas disaat bersamaan, tentang sikap Doni yang seperti ini. Keisha merasa gelisah dan tidak tenang.
"Kenapa hatiku berkata bahwa pria ini tidak baik seperti perilakunya? Tidak-tidak! Kamu terlalu berpikiran negatif Kei. Tenanglah, Ayah tidak akan salah memilih orang untuk menjadi menantunya," pikir Keisha dalam benaknya.
.
.
.
○~•~•~•~•~•~•~•●○●~•~•~•~•~•~•~•~○
Hallo para Reader, Jangan lupa tinggalkan jejak ya! dengan Like+ Komen+ Vote+ Rate.. Agar saya semakin semangat melanjutkan cerita ini.
Dan saya ucapkan TERIMAKASIH karena masih setia membaca "My Old Wife"...😁
Salam sayang
~As-Sana~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Suherni 123
belum apa apa udah minta macam macam,,eh pak Heru situ ga curiga apa kan situ sudah berpengalaman menghadapi orang
2023-10-06
0
Cireng Pedas
aku kok mikirnya si Keisha ini diperlakukan seperti orang bodoh ya, dan jg dia nurut bgt
2021-05-14
0
༺ Kianna ༻
kayaknya ada yg mencurigakan ini hati" key jangan salah ambil keputusan
2021-04-12
3