~Semakin kau mengabaikannya, maka akan semakin sering kau memperhatikannya~
Bulan bertengger manis di ranting langit bersama rerumpunan bintang-bintang. Saat melodi dari biola dimainkan, maka suara lagu malam pun mulai terdengar.
Angin berdesir semilir mengantarkan hawa dingin, membuat setiap mahluk yang dilaluinya akan dibekukan untuk sesaat. Seperti hati gadis itu, yang telah lama membeku dan sulit untuk dicairkan kembali.
"Ayah, Kei pamit pulang. Kei masih banyak pekerjaan di kantor besok."
"Kenapa tidak menginap saja di sini Kei? Ini sudah tengah malam. Tidak baik perempuan di jalan malam-malam begini," tolak Heru tegas berusaha mengurungkan niat putrinya.
"Tidak apa Ayah, Kei bisa menjaga diri. Lagi pula Kei tidak bisa menginap. Ada banyak hal yang belum Kei persiapkan untuk meeting besok."
"Apa kau tidak bisa menyuruh asistenmu untuk mengerjakannya? Agar kau bisa menghabiskan waktu bersama dengan keluargamu," ucap Heru dengan nada tinggi mencoba menahan emosinya yang sebentar lagi akan meluap karena keras kepala Keisha.
"Tapi asistenku sedang cuti Ayah, istrinya sebentar lagi akan melahirkan. Jadi dia mengambil cuti satu minggu sebelum kelahiran anak pertamanya."
"Kalau begitu, mintalah pada sekertarismu!"
"Tidak bisa, Fina pasti sedang beristirahat. Tidak sopan mengganggu orang malam-malam Ayah. Apalagi dia sudah bekerja seharian di kantor bersamaku tadi."
"Kalau begitu biarkan kamu pulang diantar oleh Adik Iparmu."
"Tidak, itu tidak mungkin. Helen sedang mengandung, dia membutuhkan Kevin setiap saat. Jika nanti terjadi apa-apa pada Helen dan calon anaknya, maka aku akan merasa bersalah."
"Tidak apa Kak, Kevin akan mengantarmu. Aku baik-baik saja bersam Ayah dan Ibu di sini. Kalau nanti aku membutuhkan sesuatu, aku akan meminta bantuan dari mereka," ucap Helen lembut.
"Benar perkataan adikmu. Dia akan baik-baik saja dengan kami, kau tidak perlu cemas Kei," sambung Ibu pelan.
Dia memandang mata Kei yang sudah merah seperti akan menangis. Wanita itu tahu persis bahwa hati putri sulungnya itu sedang hancur, dan alasannya tidak lain adalah karena putri kandungnya Helen yang sedang mengandung.
Dulu dialah orang yang memaksa Keisha untuk merelakan Kevin untuk putri kecilnya, setidaknya dia harus berbuat baik sekarang. Lagi pula dia merasa bersalah pada Keisha yang sampai saat ini belum juga menikah, padahal putrinya itu sudah berumur dan waktunya menjalin rumah tangga.
"Kevin antarlah Kak Kei pulang, aku khawatir kalau dia pulang sendirian. Akan terjadi hal buruk padanya," pinta Helen tulus pada lelaki yang telah menjadi pujaan hatinya.
"Baik sayang, aku akan mengantarnya. Kamu jaga calon anak kita baik-baik dirumah. Aku akan segera pulang cepat," ucapnya pelan seraya mencium pucuk kepala istrinya.
"Mari Kak, saya akan mengantar pulang Kakak sampai ke apartemen Kakak dengan selamat," kata Kevin ramah sembari mengambil kunci mobilnya dari saku jasnya.
"Tidak perlu, aku akan menginap disini. Aku akan menyiapkan berkas untuk meeting besok di ruang kerja Ayah," tukas Keisha dengan tegas.
"Apa kau yakin Kei?" tanya Heru pada putri sulungnya itu sedikit ragu-ragu. Karena dia tahu bahwa putrinya adalah tipikal orang yang perfeksionis sehingga sangat menganggap serius masalah pekerjaan apa pun itu.
Jika dia menyiapkan keperluan meeting di ruangannya, dia takut akan membebankan putrinya karena berkasnya yang tidak lengkap.
"Iya Ayah, aku akan memakai ruang kerja Ayah untuk mempersiapkan semuanya malam ini. Aku baru ingat juga kalau beberapa berkas penting yang aku butuhkan ternyata masih tersimpan di e-mail, jadi aku bisa mengunduhnya." Keisha berkata penuh penekanan agar Ayahnya mempercayainya.
"Baiklah terserah padamu. Kamu bisa memakai ruang kerja Ayah sesukamu. Nanti biar Bi Asih juga membersihkan kamarmu agar kamu bisa beristirahat."
"Terimakasih Ayah, aku izin masuk ke rumah terlebih dahulu."
Keisha meninggalkan hiru pikuk keramaian yang disebabkan oleh acara pesta keluarga. Setelah acara doa dan hiburan, sekarang mereka sedang memakan hidangan ringan dan mengobrol panjang.
Hal ini sudah sering terjadi di keluarganya, para Paman, Bibi, dan Sepupunya akan menginap malam ini. Mereka baru akan pulang besok pagi-pagi buta.
Memasuki kamar pribadinya yang sudah lama tidak dia tempati, Keisha menjadi teringat masa lalu saat Ibunya masih hidup dan sering bermain boneka dengannya di sini.
Seprei dan selimut telah tertata rapi di atas ranjang, Keisha mendudukkan dirinya di tepi ranjang dan mulai membuka laci kecil tempat album lama milik keluarganya dulu masih tersimpan. Itu merupakan salah satu harta karunnya.
"Ibu aku merindukanmu. Semoga Tuhan menjagamu dengan baik di atas sana," kata Keisha seraya mengusap beberapa bulir air mata yang jatuh di pipinya.
Setelah cukup puas memandang beberapa foto masa lalu ketika dia masih duduk di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SD (Sekolah Dasar) yang ditemani Ayah dan Ibunya, Keisha kembali merasa pilu.
Jam dinding telah menunjukkan pukul 00.30 tepat, yang menandakan bahwa dia harus bergegas menyelesaikan pekerjaannya. Keisha membasuh muka sesaat di kamar mandi dan langsung menuju ke ruang kerja Ayahnya di lantai bawah untuk mempersiapkan semua berkas untuk meeting-nya besok.
"Nona Keisha mau Bi Asih buatkan apa Non?" tawar Bi Asih sopan saat melihat Keisha membuka daun pintu ruang kerja tuannya.
"Teh hangat saja Bi, jangan terlalu manis." Ucap Keisha lembut seraya memasuki ruangan minimalis tersebut.
Di ruang tersebut sudah tertata rapi beberapa tumpukan dokumen di almari dan laptop di atas meja. Tidak lupa juga kursi kerja yang empuk dan nyaman untuk duduk.
Keisha melangkahkan kakinya mendekati meja kerja, dia mendudukkan dirinya di kursi dan mulai menyalakan laptop serta membuka korden agar cahaya rembulan dapat masuk dan menerangi ruangan tersebut.
Sepuluh menit kemudian Bi Asih juga datang dan meletakkan teh hangat pesanannya tadi di sudut kiri meja. Suasana yang sepi dan tenang membuat Keisha lebih bersemangat menyelesaikan tugas-tugasnya.
"Kei bangun Kei, ini sudah pagi." Ujar Heru membangunkan putrinya yang terlihat tertidur pulas dengan kepala bersandar di atas meja.
Heru bermaksud untuk melihat keadaan Keisha di kamarnya, tapi nyatanya putrinya itu tidak ada di sana. Oleh karena itu, Heru bergegas ke ruang kerjanya, dan benar putrinya tertidur di ruang kerjannya.
"Sudah jam berapa Ayah?" Tanya Keisha samar-samar masih mencoba mengembalikan kesadarannya.
"Ini sudah pukul 05.30 tepat, bersihkan dirimu dulu dan ikutlah bergabung di meja makan untuk sarapan pagi. Ayah akan meminta Bi Asih untuk menyiapkan pakaianmu, kau ada meeting jam 08.00 bukan?". Ucap Heru seraya mengambil beberapa berkas dari brangkasnya.
"Iya, Kei akan segera bersiap-siap."
Keisha langsung melangkahkan kaki ke kamarnya untuk mandi dan membersihkan diri. Tepat pukul 06.30 Keisha sudah turun dari tangga dan ikut bergabung di meja makan.
"Pagi sayang, apa tidurmu nyenyak tadi malam?" sapa wanita paruh baya yang tengah sibuk menata piring dan sendok makan di meja bersama Bi Asih. Keisha hanya mengangguk menanggapi sapaan Ibu sambungnya.
"Kei, apa kamu bisa membantu Ibu mengambilkan susu di dapur?" pinta Ibunya pelan.
Tanpa pikir panjang Keisha langsung menuju dapur untuk melakukan apa yang diperintahkan Ibunya. Namun saat sampai di dapur, Keisha dikejutkan oleh pemandangan yang tidak diduganya.
Dia melihat Kevin dan Helen sedang asyik bercumbu di sana. Tanpa menghiraukan mereka Keisha langsung mengambil secangkir susu dan membawanya pergi.
"Maaf Kak, kami tidak tahu kalau Kak Kei ada di sini," Kata Helen terlihat polos.
Keisha hanya tersenyum dan berlalu pergi dari sana dengan perasaan yang tidak dapat dikatakan.
_______^_^_______
Hallo!
Para Reader jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya dengan like + komen + vote agar Sana semangat nulisnya.. 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Mboh Kono Sak Karepku
bagus saya suka tulisanmu as-sana.
2022-10-15
0
Siha Tsany
jangan-jangan ibunya sengaja tuh😤😤
2022-10-02
0
mieUl😴
hmmm, sepertinya sengaja itu ibu tiri buat manasin Keysha,
2021-12-31
0