~Membagi beban hidup bukan berarti kamu lemah, tapi justru itu menandakan dirimu tegar dalam menghadapi masalah ~
Matahari sudah kembali di peraduannya, langit jingga yang kuning kemerahan menemani sore hari perempuan yang sedang termenung memandang padatnya kota Jakarta dari balik layar jendela ruang kerjanya. Sesekali perempuan itu menghela napas panjang untuk menenangkan isi kepalanya yang sudah penuh dengan berbagai macam beban yang ada.
"Permisi Bu Kei, saya membawa berkas laporan dari devisi pemasaran," ucap Fina yang tidak lain adalah sekertaris pribadinya.
"Letakkan saja di meja. Nanti saya akan memeriksanya," kata Keisha ramah seraya tetap memandang ke luar jendela.
Beberapa menit setelah kepergian Fina sekertarisnya, datang seorang pria yang mengenakan kemeja putih dan setumpuk berkas di tangannya. "Kei, apa kamu ada masalah?" tanya pria itu sembari meletakkan tumpukan kertas dan map di meja kerja atasannya.
Mendengar pertanyaan dari sahabatnya Ferdian yang sekaligus juga asistennya, Keisha membalikkan badannya dan sedikit tersenyum tipis. "Aku tidak apa-apa Fer, hanya suasana hatiku sedang tidak baik saja." Keisha melangkah mendekati meja kerjanya dan mulai mendudukkan dirinya di kursi direktur.
"Baiklah, jika kamu tidak siap cerita tidak apa-apa. Tapi jangan memendam masalah terlalu dalam, dan jangan menyimpan semuanya sendiri. Sekali-kali ceritalah padaku." Pungkas pria itu.
Dia mengerti benar bahwa wanita di hadapannya ini sangat tertutup. Meski mereka sudah bersahabat selama kurang lebih 12 tahun tapi Keisha masih sulit terbuka untuknya. Bukan karena dia tidak percaya pada dirinya. Namun, memang sudah sifat sahabatnya yang selalu menghadapi masalah seorang diri.
"Terimakasih Fer. Tapi aku bisa menyelesaikannya sendiri. Lagi pula, aku ingin bertanya tentang kabar Kakak Ipar. Apa dia baik-baik saja?", tanya Keisha dengan sedikit senyum terukir di wajahnya.
"Istriku baik-baik saja. Dia melahirkan secara normal. Aku sangat bersyukur putri kami terlahir dengan selamat." Jawab Ferdian sembari mendudukkan dirinya di kursi depan meja Keisha.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya. Akhirnya kamu sudah menjadi Ayah. Aku bisa bernapas dengan tenang sekarang, setidaknya Kakak Ipar sudah mengikatmu dengan si kecil. Jadi kamu tidak bisa lagi mencari wanita lain di luar sana."
Keisah tahu benar watak sahabatnya sejak mereka masih kuliah, Ferdian yang dulu merupakan kakak seniornya adalah seorang player. Dia sering mempermainkan hati wanita. Namun, setelah bertemu dengan Jia perempuan rumahan yang sekarang menjadi istrinya dan merupakan seorang dokter spesialis anak, tingkah laku Ferdian sedikit berubah. Meskipun pernikahan mereka terjadi karena dijodohkan oleh orang tuanya, akan tetapi hubungan mereka harmonis. Dengan sikap Jia yang penyabar dan tidak menyerah akhirnya dia dapat meluluhkan hati Ferdian, dan membuat pria itu jatuh cinta padanya.
"Aku tidak akan melakukan itu Kei, aku sangat mencintai istriku," bantah Ferdian tidak terima dengan tudingan dari sahabatnya itu.
"Aku tahu, kamu sangat mencintainya. Jadi, kapan aku boleh berkunjung?"
"Mungkin tiga hari lagi, dokter bilang istriku boleh pulang setelah kondisinya pulih kembali."
"Oke, aku mengerti."
Ferdian menatap sahabatnya lekat-lekat, matanya mencoba menilisik kerisauan dari Keisha, tapi dia tidak menemukannya. Setelah menerima telepon dari Tuan Heru Ayah Keisha dua jam yang lalu pikiran pemuda itu sedikit cemas. Pasalnya Tuan Heru memberitahukan padanya untuk mengawasi Keisha di kantor dan jangan membuat putrinya bekerja terlalu keras agar dia tidak kelelahan. Karena beberapa lagi mereka sekeluarga akan mengadakan acara penting.
"Fer kamu kenapa? Apa ada yang salah dengan penampilanku?", tanya Keisha curiga setelah mendapati asistennya menatapnya terlalu lama.
"Ehm, Kei, apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?" kata Ferdian sedikit ragu-ragu.
"Iya, tanyakan saja. Memangnya aku pernah melarangmu bertanya sesuatu padaku?" Ucap Keisha sedikit ketus sembari memeriksa beberapa berkas yang dibawa Ferdian dan Fina tadi.
"Begini, sebenarnya aku tidak ingin ikut campur dengan masalah pribadimu. Tapi, tadi Tuan Heru menelponku dan menitipkan dirimu dalam pengawasanku. Katanya akan ada acara besar beberapa hari ini. Pada awalnya aku tidak ingin menanyakan ini. Tapi setelah melihat dirimu yang melamun tadi sambil memandang keluar jendela, aku merasa kondisimu dalam keadaan tidak baik," jelas Ferdian tenang. Dia menarik napas kembali dan mulai berbicara lagi dengan hati-hati agar tidak menyakiti hati sahabat baiknya.
"Lalu aku memperhatikan dirimu, wajahmu yang tanpa ekspresi dan tidak menunjukkan rasa kecemasan sedikitpun. Membuatku yakin bahwa memang sedang ada masalah di keluargamu, aku sudah hafal dengan sikapmu yang demikian Kei. Setiap ada masalah kau akan selalu berdiri di jendela dan menatap langit. Karena kau merindukan Ibumu." Ucap lelaki itu sembari memegang tangan Keisha.
"Hah, kamu sangat peka Fer. Kau paham betul akan diriku. Baiklah aku tidak bisa menutupi ini semua darimu." Keisha menarik napas kasar dan melepaskan genggaman tangan Ferdian.
Keisha menceritakan kejadian tiga jam yang lalu ketika dia menghadiri undangan makan siang Ayahnya yang justru berubah menjadi acara perjodohan dirinya dengan pria bernama Doni. Sikap Doni yang baik pada keluarganya membuat Keisha pada awalnya berasumsi bahwa pria itu adalah pria yang baik dan tepat untuk menjadi pendamping hidupnya.
Akan tetapi setelah mengobrol sedikit dengannya, itu justru membuat hati Keisha ragu. Karena dalam setiap obrolannya Doni selalu membahas bisnisnya bukan tentang keluarga ataupun putrinya. Terlebih ketika Doni mengajukan syarat padanya untuk tidak bekerja lagi setelah menikah dan hanya menjadi Ibu rumah tangga. Selain itu, Doni juga terkesan memaksanya untuk memberikan perusahaan ini untuk dia kelola.
Disaat Keisha masih ragu atas pernikahannya dengan Doni, Ayahnya justru sudah memutuskan akan mengadakan pernikahannya pekan depan. Hal itu yang membuat Keisha semakin bingung dan menambah beban pikirannya. Dia tidak dapat menolak keinginan Ayahnya untuk menikah dengan Doni.
Karena memang sudah lama Ayahnya mengharapkan pernikahannya. Apalagi Keisha juga tidak bisa mengelak dengan fakta bahwa mungkin Doni akan menerima kekurangannya yang sulit memberikan keturunan. Karena Doni sudah memiliki anak dari almarhum istrinya, dan dia juga dengan senang hati akan menjadi Ibu sambung untuk anak itu.
Setelah mencerna penjelasan dari Keisha, Ferdian mulai mengerti akan permasalahan yang dihadapi sahabat sekaligus atasannya tersebut. Dia merasa bahkan jika dirinya dihadapkan pada posisi itu, dia juga sulit untuk mengatasinya. Terlebih mengingat bahwa sahabatnya adalah wanita berumur yang memang sudah saatnya untuk berumah tangga. Di sisi lain Ferdian merasa senang akan kabar bahwa perempuan itu pada akhirnya tidak akan sendirian lagi.
Tapi di sisi lain, dia juga khawatir pada Keisha setelah mengetahui bahwa calon suaminnya sepertinya memiliki sifat ambisius untuk menguasai perusahaannya, dan juga terlalu mengekang kebebasan dirinya. Bahkan dirinya saja tidak pernah melarang Jia untuk tidak lagi bekerja, walaupun dirinya tahu bahwa pekerjaan sebagai dokter spesialis anak cukup memiliki jadwal yang sibuk.
"Kei kurasa untuk sekarang kamu turuti saja apa permintaan Ayahmu. Tapi, kamu juga jangan terlalu percaya pada calon suamimu. Masih ada waktu satu pekan, aku akan membantumu mencari tahu informasi tentang pria itu," ujar Ferdian mencoba menenangkan hati Keisha.
"Aku tahu, aku mengandalkanmu Fer." Keisha membalas niat baik sahabatnya itu dengan senyum lebar di bibirnya.
Mereka menghabiskan sore hari itu dengan berbincang-bincang ringan dan mengingat kembali masa-masa mereka masih kuliah, yang dipenuhi dengan tingkah menyebalkan Ferdian dan justru membuat dirinya bersahabat dengan pria itu sekarang. Keisha dulu merupakan salah satu target Ferdian untuk dia kencani dan dipermainkan, tapi bukan mengencani perempuan itu. Dia justru menjalin ikatan persahabatan dengannya.
Brak!
Suara pintu dibuka secara tiba-tiba membuat dua orang di ruangan itu langsung melihat ke sumber suara.
"Fin tolong yang sopan, kalau membuka pintu." Tegur Ferdian sedikit emosi pada rekan kerjanya yang tidak menunjukkan rasa hormat saat memasuki ruang kerja sahabatnya.
"Tidak apa Fer, tenanglah sedikit. Tidak bisanya Fina berperilaku tidak sopan seperti itu. Pasti ada hal penting yang ingin dia sampaikan," sela Keisha mencoba untuk menghentikan amarah Ferdian pada sekertarisnya.
"Bu Kei, tolong maafkan saya. Pemuda yang kemarin datang ke kantor untuk menemui Ibu kembali membuat keributan di lobby utama, dan mencoba menerobos masuk ke ruang kerja Ibu," kata Fina tanpa mempedulikan tatapan tajam dari pria yang berstatus sebagai asisten bosnya, yang ada dipikirkannya saat ini adalah mencegah kekacauan yang besar akan terjadi lagi seperti kemarin akibat ulah pemuda gila itu.
"Pemuda itu datang lagi?" tanya Keisha tidak percaya. Pemuda yang mengiriminya pesan tadi malan dan mengajukan lamaran untuknya dua hari yang lalu benar-benar menepati ucapannya untuk menemuinya besok di kantor.
"Iya Bu." Jawab Fina mempertegas pernyataannya tadi.
"Siapa Kei? Apakah dia temanmu?" tanya Ferdian penasaran.
Keisha bangkit dari duduknya dan diikuti oleh Ferdian. Perempuan itu mempercepat langkah menuju ke lobby utama.
"Kei, kamu belum menjawab pertanyaanku." Kata Ferdian lagi sedikit memaksa.
"Dia bukan siapa-siapa, hanya orang asing yang secara kebetulan datang ke kantorku," jawab Keisha ketus.
"Apa tujuannya datang kemari? Kenapa dia mencoba menerobos masuk ke ruang kerjamu?" tanya Ferdian lagi.
Keisha mulai merasa kesal dengan pertanyaan Ferdian yang beruntun dan tidak sabaran.
"Dia ingin melamarku," kata Keisha singkat, jelas, dan padat.
"APA?" Teriak Ferdian dan Fina secara bersamaan setelah mendengar jawaban dari Keisha.
Ferdian mematung sesaat dengan mulut ternganga. Masih mencoba mencerna perkataan Keisha barusan. "Ini gila, di satu sisi Keisha dijodohkan oleh Ayahnya. Di sisi lain ada seorang pemuda yang melamarnya. Bagaimana bisa Tuhan begitu baik langsung mengirim dua lelaki untuk sahabatku ini." Ujar Ferdian dalam hati dengan sedikit rasa senang yang disembunyikan.
Sementara itu, Fina hanya terkejut sesaat dan terus mengikuti Keisha menuju lift untuk turun ke lantai bawah, dan meninggalkan Ferdian rekan kerjanya yang masih mematung di ruang kerja bosnya.
.
.
.
○~•~•~•~•~•~•~•●○●•~•~•~•~•~•~•~○
HALLO READER...
Terimakasih masih setia membaca cerita My Old Wife..
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like + komen + rate + Favorit + dan Vote (kalau berkenan)
Biar Author semangatt nulisnya😉
Salam sayang
~ As-Sana~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Cireng Pedas
dengan Angga saja, si om jerapah😁😁
2021-05-14
0
Nitizen
Doni baru pendekatan udah sibuk minta perusahaan nya Keysa,, bapaknya juga seakan takut anaknya nga kebagian laki"
2021-03-24
0
Neng Alifa
aku udh hampir 37 thn tp muka kaya 20an donk. perawatannya cukup minum air kunyit asam aja 😆😆
2020-12-27
1