~Tidak akan ada yang bertahan lama di dunia ini, karena semua akan segera digantikan oleh waktu ~
Ruangan itu begitu ramai, semua pria dan wanita berjas duduk rapi melingkar di meja bundar itu. Mata mereka semua kini sedang menatap lurus kepada sang pemilik kekuasaan tertinggi di sana, Tuan Heru Prawijaya.
"Tuan, berita tentang putri Anda, Nona Keisha telah membuat beberapa saham kita di pasaran menurun. Kami juga baru mengetahui bahwa Anda beberapa minggu yang lalu, sempat memindah namakan sebagian besar aset perusahaan untuk putra pemilik Anston H.A, Tuan Doni Anggara." Tutur salah satu petinggi perusahaan yang memegang salah satu cabang milik Heru.
"Kalian semua tenang saja, menantuku Kevin akan mengurus semuanya. Untuk masalah saham yang aku alih namakan menjadi kepemilikan Doni akan aku tarik kembali, dan tetap menjadi milik perusahaan kita. Sekertarisku yang akan mengurusnya." Jelas Heru pada para pimpinan cabang perusahaannya.
"Tapi Tuan, pihak media terus berdatangan dan meminta klarifikasi. Apa Tuan akan membiarkan para media meliput dan menyiarkan kebenaran dari kejadian yang sesungguhnya? Jika mereka tahu bahwa Tuan sendiri yang memang menawarkan putri Tuan untuk dinikahkan dengan Tuan Doni, dan justru Tuan yang memberikan harta pada pihak mereka. Bukankah itu akan merusak reputasi Nona Keisha dan Tuan sendiri? Mereka akan mulai berpandangan bahwa Nona Keisha seperti perempuan rendahan, makanya Ayahnya sampai menawarkannya pada para lelaki," ucap pimpinan cabang yang lain.
"JAGA UCAPANMU! Putriku tidak seperti itu! Jika kamu berani mengatakan hal buruk lagi tentang putriku. Aku akan menurunkan posisimu dan menggantikanmu dengan orang lain!" Ancam Heru dengan muka merah padam karena menahan geram.
Pria paruh baya itu baru saja mendapatkan telepon dari seorang lelaki yang mengaku sebagai kekasih putrinya bahkan suaminya, tentu itu membuatnya sedikit terhina. Pasalnya semua pria yang mendekati Keisha selama ini merupakan pria tidak tahu diri yang hanya mencari keuntungan dari putrinya.
Jadi saat lelaki itu mengaku sebagai kekasihnya dia sedikit marah dan takut kalau putrinya akan dimanfaatkan lagi. Dan sekarang bahkan pekerjanya mengatakan bahwa putrinya perempuan rendahan, bagaimana bisa dia tidak marah? Tentu dia sangat marah saat ini.
"Ayah tenanglah, jangan terbawa emosi." Ujar Kevin lembut mencoba menenangkan kemarahan mertuanya sembari mengelus punggungnya.
"Kevin, tolong kamu tangani rapat ini. Aku akan ke rumah sakit untuk menjenguk putriku," ucapnya pelan dengan sedikit mengatur napasnya agar dapat mengontrol emosinya yang sudah tidak dapat terbendung lagi.
Sejak pagi Heru telah dihadapkan dengan berbagai macam gunjingan tentang putrinya, baik dari media cetak, internet, televisi, bahkan pegawai kantornya sendiri. Hari ini dia sudah memecat tiga puluh orang karyawan hanya karena amarah. Jika bukan karena menantunya yang selalu mengingatkannya, mungkin sudah hampir setengah dari total karyawannya akan kehilangan pekerjaan mereka saat ini.
Saat pria paruh baya itu hendak keluar ruangan, Nina sekertarisnya memberitahukan informasi yang cukup mengejutkan, bahwa semua berita dalam media massa telah hilang seperti ditelan bumi. Ribuan berita yang tadi pagi menjadi momok masyarakat, sekarang tidak ada jejaknya sama sekali,
seperti angin musim yang hanya datang sebentar dan berlalu pergi.
Pria paruh baya itu tidak jadi meninggalkan ruangan, dia kembali melanjutkan rapatnya. Sungguh keberuntungan macam apa yang sekarang tiba-tiba datang ke perusahaannya. Meskipun, hawa dari panasnya berita itu masih akan terasa, tapi itu akan segera dapat ditutupi dengan cepat oleh perusahaannya.
"Tuan Heru, sepertinya Tuhan berpihak pada kita. Semua artikel dan berita lain di internet yang pada awalnya tidak dapat kita bungkam mereka dengan uang perusahaan, justru mereka sekarang menutup berita itu tanpa kita mengeluarkan biaya sedikitpun. Bukankah itu namanya beruntung?" Tutur pimpinan cabang perusahaan tadi yang sempat ia bentak dan hampir dia turunkan jabatannya.
"Tapi ini aneh Tuan, saya takut justru akan ada hal lain yang datang lebih besar dari ini. Saya tahu betul untuk menutup mulut media itu sedikit susah, karena bagi mereka berita yang panas dari orang ternama seperti Anda akan sangat menarik untuk diliput, lalu kenapa mereka tiba-tiba menarik berita yang justru menguntungkan pihak mereka? Bukankah itu hal yang patut dicurigai Tuan?" Tutur salah satu koleganya yang memiliki sebagian besar sahamnya di wilayah ibu kota.
"Aku tahu kekhawatiran kalian semua, baiklah Nina kau cepat segera selidiki masalah ini. Aku tidak ingin ada pihak yang mendapatkan keuntungan dari kondisi kita saat ini." Perintah Heru dengan tegas.
"Baik Tuan, saya akan segera mengurusnya," jawab wanita itu seraya menundukkan kepalanya dengan hormat sebagai tanda persetujuan.
Setelah mengambil keputusan untuk mengatasi semua masalah perusahaannya. Heru segera mengakhiri rapat tersebut, dan saat ini hanya tersisa dirinya dan Kevin di sana sedang duduk di sampingnya.
"Kevin, setelah ini tolong kamu urus perusahaan sebentar. Aku harus segera ke rumah sakit, aku sudah menunda waktu cukup lama untuk menjenguk putriku. Aku takut pria itu akan mengambil manfaat dari putriku saat aku tidak di sana." Tutur Heru sedikit penuh penekanan.
"Ayah jangan khawatirkan perusahaan, aku akan mengurusnya dengan baik. Kalau boleh tahu, siapa pria yang Ayah maksud?" Tanya Kevin sedikit penasaran.
"Ada seorang pria yang mengaku menjadi kekasih putriku, bahkan dia juga berkata bahwa dia calon suaminya. Kenapa aku tidak tahu kalau putriku sudah mempunyai calon? Jika iya, maka aku tidak akan menjodohkannya dengan Doni", ujar lelaki paruh baya itu sedikit pelan, matanya kembali sendu mengingat kesalahan yang telah dia buat untuk Keisha.
"Mungkinkah itu Brian Ayah," jawab Kevin sedikit ragu.
"Brian? Apa hubungan putriku dengannya?" Tanya Heru kembali dengan mengerutkan keningnya. Pembicaraan tentang Brian membuatnya sedikit terusik, nama itu seolah tidak asing baginya.
"Aku mendengar Kakak Ipar sempat menyebut namanya di rumah sakit malam itu. Dia terlihat cukup cemas. Mungkin saja pria yang mengaku sebagai kekasih Kakak Ipar adalah dirinya," ucap Kevin sembari mengingat memori saat dia tidak sengaja mendengar nama "Brian" diucapkan oleh Keisha pada suster saat meminta data pasien.
"Siapa pun pria itu? Aku tetap tidak akan membiarkannya begitu saja. Dia mungkin akan mengambil keuntungan dari putriku!" Tukas Heru tajam dengan menatap mata menantunya.
Kevin yang ditatap demikian merasa sedikit tidak enak, dia mengalihkan matanya tidak berani menatap Heru. Pandangan dari pria paruh baya itu benar-benar membuatnya seperti dikuliti hidup-hidup. Hal ini sama dengan saat pertama dia meminang Helen untuk menjadi istrinya.
"Lebih baik Ayah segera ke rumah sakit, tidak baik menunda lagi," tawar Kevin mencoba keluar dari suasana yang begitu menegangkan ini.
"Kau benar, aku harus segera pergi. Sebelum pria itu meloloskan diri dariku," tukas Heru sembari bangkit dari duduknya dan bergegas keluar dari ruangan.
Di lain tempat pemuda yang sedari tadi menjadi perbincangan kedua pria dewasa tersebut kini sedang bersin-bersin di ruang rawat. Dia duduk di tepi ranjang seraya memandangi wajah Keisha, dia berharap bahwa calon istrinya akan segera sadar.
"Kenapa aku bersin dari tadi? Padahal hidungku tidak terasa gatal, apa aku mulai terserang flu? Apa aku tertular penyakit dari Nyonya Keisha? Tidak, tidak, calon istriku tidak setega itu menulariku penyakit," ucap Angga dalam hati seraya menyunggingkan senyum tiada henti.
○~•~•~•~•~•~●○●~•~•~•~•~•~○
HALLO READER!!..
Saya senang kalian masih setia membaca My Old Wife...
"Terimakasih" Bagi kalian yang sudah memberi dukungan kepada Author dengan Like + Vote + Komen 😁
Hari ini karena lagi senang Author update 2 chapter...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Suherni 123
pak Heru ga sadar diri ya,, yang di omongin orang itu benar dengan memberikan saham buat Doni agar bisa nikahin Keisha itu kesannya ngejual anak
2023-10-06
0
suci retno sari
hadir di 2021
2021-06-15
0
aisya_
kayanya angga org pentiing deh
2021-05-20
1