~ Sebuah perjumpaan merupakan awal dari terjalinnya sebuah ikatan ~
Ketika mata pemuda itu tengah menikmati pemandangan wajah perempuan yang terbaring di depannya, dia tidak henti-hentinya menarik sudut bibirnya ke atas. Seolah sedang melihat sesuatu yang indah di sana.
"Tuan berhentilah untuk terus tersenyum, Anda akan menakuti pasien lain di sini," tegur dokter yang memasuki ruangan tersebut dan berencana untuk memeriksan kondisi Keisha
"Maaf saya terlalu senang Dokter, sebab baru kali ini saya dapat menatap wajah calon istri saya begitu lama," jawab Angga polos sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
"Memang Anda jarang bertemu dengan calon istri Anda?" tanya dokter itu sembari memeriksa denyut nadi Keisha.
"Emm, iya. Saya jarang bertemu dengan calon istri saya. Karena ada orang yang selalu menghalangi saya untuk menemuinya," jawab Angga senyum ramah.
"Karena Pak Satpam dan Pegawai Resepsionis itu tidak pernah mengizinkanku menumui Nyonya Keisha, jika saja tidak ada mereka ,maka saya akan selalu mengunjungi calon istriku ini setiap waktu," pikir Angga dalam benaknya.
Mendengar jawaban dari Angga, wanita berjas putih itu hanya tersenyum simpul. Dia tidak ingin menanyakan lagi hal yang terlalu dalam tentang pasiennya, karena itu bersifat pribadi. "Mungkin orang tua mereka tidak merestui mereka untuk menikah, apalagi pemuda ini terlalu muda untuk Nona ini," batin dokter itu dalam hati. Dia menduga bahwa orang yang menghalangi Angga bertemu dengan Keisha adalah orang tua mereka.
"Demamnya sudah mulai turun, dalam waktu dekat calon istri Tuan akan segera sadar," tutur dokter itu dengan senyum manis di bibirnya.
Angga menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia menggenggam tangan kanan Keisha dengan lembut, pemuda itu menghapus keringat di dahi Keisha dengan sapu tangannya. "Anda akan baik-baik saja Nyonya," ucapnya dalam hati. Setelah membasuh keringat di dahi Keisha, pemuda itu juga menyingkirkan helaian rambut yang mulai menutupi mata Keisha.
"Saya permisi Tuan, saya akan memeriksa pasien yang lain." Pamit dokter itu sembari melangkah menjauhi ranjang Keisha.
Saat perempuan berjas putih itu sudah mencapai muka pintu, daun pintu terbuka dengan seorang pria paruh baya berjas abu-abu gelap dan kemeja hitam di hadapannya. "Tuan sedang mencari siapa?" tanya dokter itu saat melihat mata pria di hadapannya kini sedang menjelajah ke penjuru ruangan.
"Saya mencari putri saya, Keisha Prawijaya." Ucapnya datar dan tegas.
"Nona Keisha berada di ranjang nomor 023A Tuan, dia sedang ditemani calon suaminya." Kata wanita itu seraya menunjuk ranjang yang hanya dibatasi kain hijau tipis sebagai pembatas tembok.
"Terimakasih," ucapnya datar.
Tanpa menunggu lagi Heru langsung menuju ranjang yang ditunjuk sang dokter, matanya membola saat melihat seorang pemuda tengah duduk di tepi ranjang itu dengan santainya memegang tangan putrinya, dan mendekatkan wajahnya ke arah Keisha.
"Jangan coba-coba mencium putri saya! atau saya akan membunuhmu!" Ancam Heru saat melihat wajah pemuda itu begitu dekat dengan putrinya.
Angga sontak membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah pria paruh baya yang berdiri dengan tegap dan memandangnya dengan tatapan tajam seolah-olah ingin memakannya hidup-hidup.
"Salam Tuan, saya tidak bermaksud untuk mencium putri Tuan. Saya hanya ingin mengambil sapu tangan saya yang terjatuh di samping kepala Nyonya Keisha saat saya mengelap keringatnya tadi," jawab Angga tanpa rasa takut sedikitpun.
"Hampir saja aku jantungan, Ayah mertuaku ini mudah sekali naik pitam," pikir Angga dalam benaknya seraya memasang senyum semanis mungkin ke arah Heru.
"Saya tidak terima alasan apa pun itu, kamu tetap bersalah di mata saya. Cepat lepaskan pegangan tanganmu pada putri saya, dan ikuti saya sekarang juga," titah Heru seperti atasan yang memerintah bawahannya.
"Baiklah Tuan, tapi biarkan saya melakukan satu hal," pinta Angga dengan masih setia menyunggingkan senyum dibibirnya.
Sebelum Heru menjawab permintaannya, Angga sudah lebih dulu mengelus rambut putrinya dan membisikkan sesuatu pada putrinya. "Semoga Anda lekas sembuh Nyonya. Setelah Anda keluar dari rumah sakit ini, saya akan segera menikahi Nyonya. Namun, sebelum itu saya akan memenangkan hati Ayah mertua terlebih dahulu," bisiknya tepat di telinga Keisha.
Suara Angga yang meskipun memiliki volume kecil, namun masih dapat didengar oleh Heru. "Pemuda ini! Dia berani menyentuh putriku, walaupun aku sedang melihatnya. Jika ini bukan kamar rawat umum, aku akan menghabisinya di ruangan ini sekarang juga. Tanpa harus menunggunya keluar ruangan," gumam Heru dalam hati seraya mengatupkan rahangnya karena menahan amarah.
"Sekarang ikuti aku," perintah Heru mutlak.
Mereka berdua keluar ruangan dan meninggalkan ruang rawat umum. Sekarang mereka berada di luar ruangan dan berjalan ke arah lorong yang sepi, tepatnya di sebelah ruang khusus untuk mayat agar tidak ada yang mengganggunya selama meluapkan kekesalannya pada pemuda berkulit putih tan itu.
"Kenapa kamu mengaku sebagai calon suami putriku? Dan apa alasanmu melakukannya? Apa karena uang?" tanya Heru penuh penekanan dan sedikit emosi.
"Seburuk itukah Ayah mertua menilaiku," pikir Angga dalam hati seraya menyipitkan matanya.
"Tenang Tuan, saya akan menjawab pertanyaan Tuan satu-satu," ucap Angga seraya sedikit tersenyum.
"Pertama, saya adalah orang yang menyukai putri Tuan dan berniat menjadikannya istri saya. Saya juga sudah melamar Nyonya Keisha beberapa kali, bisa dibilang kami sudah cukup dekat," jelas Angga seraya mengukir senyum tipis di wajahnya.
"Alasan saya ingin menikahi putri Tuan bukan karena uang, tapi karena keinginan dari Ibu saya sebelum meninggal." Sambung Angga lagi dengan senyum yang masih menggantung di bibirnya.
Heru menatap tak percaya pemuda dihadapannya, pasalnya apa yang dikatakan pemuda itu sulit untuk dipercaya. Bagaimana seorang pemuda yang usianya jauh lebih muda dari putrinya menyukainya bahkan melamarnya menjadi istri. Dan tentang amanah Ibunya, dia tidak mengerti kenapa pemuda ini begitu kukuhnya untuk memenuhi permintaan orang yang sudah meninggal. Padahal jika dia tidak memenuhinya pun Ibunya tidak akan menuntutnya karena dia sudah tidak ada lagi di dunia ini.
"Apa kamu tidak berbohong padaku?" tanya Heru sedikit curiga.
"Saya tidak berbohong Tuan, saya mengatakan yang sebenarnya," jawab Angga lagi dengan sikap yang tenang.
Saat Heru ingin menanyai pemuda itu lagi, ponselnya berdering. Ternyata Nina sekertarisnya sedang menelepon. Dia buru-buru mengangkat panggilan itu dan membiarkan sekertarisnya itu menyampaikan apa yang ingin disampaikan padanya.
"Hallo Tuan Heru, mohon maaf mengganggu waktunya sebentar," kata Nina ramah.
"Iya, tidak apa-apa Nina. Apa yang kamu ingin sampaikan?" tanya Heru langsung, dia tidak ingin membuang banyak waktu dengan pekerjaan, karena dia harus mengurus pemuda yang berdiri dihadapannya ini.
"Kami sudah mengetahui siapa yang menghapus berita Nona Keisha di media massa Tuan."
"Siapa orangnya?"
"Dia pemilik dari Flow.X. Entertainment Industrie Tuan, Nona Anggie Nicolin."
"Apa kamu tahu alasan dibalik mereka menutup berita putriku?"
"Saya tidak tahu Tuan, kami tidak menemukan motif apa pun dari tindakan mereka Tuan."
"Jika demikian tolong kamu undang Nona Anggie Nicolin besok ke perusahaan, saya ingin mengucapkan terimakasih."
"Baik Tuan, akan segera saya agendakan."
Setelah perbincangan mereka selesai, Heru menutup teleponnya, dan memasukkan kembali ponselnya ke saku celananya.
"Kenapa kau terus tersenyum?" tanyanya pada Angga yang sedari tadi menunjukkan senyum lebar di bibirnya.
"Karena saya akan segera menjadi menantu Tuan," celetuk Angga sekenanya.
"Akhirnya aku akan segera mendapatkan Nyonya Keisha, ternyata menerima tawaran Nona Anggie tidak seburuk itu." Batin Angga dalam hati merasa senang saat tadi tanpa sengaja Heru menyebut nama Anggie Nicolin. Sementara Angga sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Heru justru sedang berpikiran aneh tentang pemuda itu. "Pemuda ini sedikit gila," batinnya dalam hati.
_______________________________
HALLO READER.. sesuai apa yang saya bilang tadi untuk Up 2 Chapter.. Dan ini adalah Chapter ke-2 hari ini...
Jangan lupa tetap berikan dukungan pada Author dengan Like + Komen + Vote + Rate bintang Lima :D
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Siha Tsany
tega sekali anda calon mertua. masak calon menantunya di katain sedikit gila🤣🤣🤣
2022-10-02
0
Neng Alifa
Napa dah harus disamping kamar mayat 🤣🤣
2020-12-27
0
Hajjah Bariah
aduh camer itu bukan gila tpi baik tauu
2020-11-26
0