~Kecantikan itu tidaklah bersifat hakiki, karena pada dasarnya kehakikian hanya milik Tuhan semata ~
Dua hari setelah kejadian yang cukup menghebohkan, mulai tersebar gosip tentang pernikahan Keisha. Para karyawan juga tidak sungkan untuk langsung menanyakan kebenaran dari ucapan bosnya itu tentang calon suaminya, tapi mereka tidak berani menanyakan perihal pemuda yang melamarnya waktu itu. Karena mereka takut kalau atasannya akan marah, dan memecat mereka. Terlebih pemuda itu telah ditolak secara tegas dihadapan mereka semua.
"Bu Kei, ada Pak Rafi dan Nona Helen di luar," tutur Fina lembut bermaksud meminta izin pada Keisha agar kedua orang tersebut dapat masuk ke ruangannya.
"Biarkan mereka masuk," perintah Keisha singkat.
Fina bergegas membuka pintu dan memanggil Rafi dan Helen untuk masuk ke dalam. Meskipun Fina sudah tahu bahwa kedua orang itu adalah keluarga bosnya. Namun, dia tetap harus menerapkan adab tata krama dalam bekerja, yang mana setiap orang yang hendak bertemu dengan Direktur harus mendapatkan izin terlebih dahulu darinya, meskipun orang itu adalah keluarganya. Hal ini dilakukan semata-mata sebagai rasa profesionalitas dalam pekerjaan.
"Kak Kei, aku sangat merindukanmu," ucap Helen antusias dan langsung menghampiri Kakanya dan memeluknya.
"Kei kau masih sama, terlalu adil. Bahkan kami pun harus menunggu untuk bertemu denganmu. Tidak bisakah kau melonggarkan peraturan perusahaan untuk keluargamu?" Rafi langsung mendudukkan dirinya di Sofa menempatkan dirinya senyaman mungkin.
"Peraturan di buat untuk ditaati, bukan dilanggar. Kalau aku memberikan hak istimewa untuk keluargaku, itu tidak adil bagi karyawanku. Apa yang aku lakukan, akan menjadi contoh bagi mereka. Jika atasannya tidak benar, maka karyawannya juga tidak benar." Sanggah Keisha pada sepupunya, Rafi sudah sering berkunjung ke kantornya dan dia selalu membujuk Keisha akan hal ini. Karena laki-laki itu tidak sabaran kalau harus menunggu terlebih dahulu.
"Iya, iya, aku tahu. Sudah jangan berceramah lagi. Aku sudah bosan mendengarnya," Ujar Rafi malas, dia mulai melihat-lihat ruangan itu.
Keisha melirik Rafi dan Helen sesaat, mencoba menerka-nerka maksud kedatangan kedua orang tersebut ke kantornya. Perempuan itu segera menyudahi aktivitasnya meninjau berkas-berkas dan beberapa lembar desain perhiasan yang rencananya akan menjadi model baru untuk perhiasannya.
"Fin tolong buatkan minum untuk mereka," perintah Keisha pada sekertarisnya yang sedari tadi hanya berdiri di ujung pintu.
Fina mengangguk dan mulai membuka daun pintu, namun niatnya diurungkan setelah mendengar ucapan dari Rafi.
"Tidak perlu Kei, setelah ini kita akan pergi keluar." Rafi beranjak dari duduknya seraya merapikan dasinya.
"Iya Kak, maksud kedatangan kami kemari untuk mengajak Kakak memilih gaun pengantin," jelas Helen dengan senyum di bibirnya.
"Paman Heru tadi memintaku untuk menemani kalian berdua belanja, kebetulan aku juga sedang tidak sibuk. Lagi pula aku tidak tega membiarkan kedua sepupuku ini harus pergi sendirian," timpal Rafi memperjelas penjelasan Helen.
"Kau sudah tahu kabar pernikahanku?" tanya Keisha sedikit memicingkan matanya.
"Tentu saja, aku tahu. Doni juga rekan bisnisku, meskipun kami berbeda bidang. Tapi aku menanam investasi cukup besar di perusahaannya." Jawab lelaki itu santai.
Keisha hanya memandang Rafi dan Helen secara bergantian, memastikan apakah dia harus benar-benar ikut dengan mereka untuk membeli gaun pengantin. Karena bagi perempuan itu, apa pun baju yang sudah dibelikan untuknya dia akan memakainya. Lagi pula dia tidak tertarik pada belanja, yang menurutnya hanya membuang-buang waktu.
"Kau harus ikut Kak," rengek Helen seraya memajukan bibirnya ke depan memasang wajah cemberut.
Pada akhirnya Keisha tidak bisa menolak, dia menyerahkan sisa pekerjaannya pada Fina. Dia juga berpesan pada Fina untuk meminta Ferdian asistennya mewakili dirinya rapat hari ini. Karena Keisha tahu bahwa pemilihan gaun pengantin akan memakan waktu yang cukup lama. Jadi dia tidak mau membuat para pekerjanya harus menunda pekerjaannya karena dirinya tidak ada.
Mereka bertiga keluar dari kantor secara bersamaan. Rafi memaksa Keisha untuk masuk ke dalam mobilnya bersama Helen, karena dia yang akan menyetir. Untuk masalah mobil sepupunya, pria itu menyarankan pada Keisha agar mobilnya tetap ditinggalkan di kantor dan menitipkannya pada penjaga keamanan. Karena setelah pemilihan baju pengantin, Paman Heru telah berpesan padanya untuk mengajak dua anaknya menghadiri makan malam bersama keluarga besar.
Sesampainya di toko butik yang menjual berbagai macam baju pengantin, kedua perempuan itu bergegas keluar dari mobil sepupunya. Sementara Rafi memarkirkan mobilnya terlebih dahulu di tempat parkir yang sudah tersedia. Sambil menunggu Rafi memarkirkan mobil, kedua perempuan itu duduk di meja depan ruang tunggu yang sudah disiapkan oleh pemilik butik untuk para pengunjung.
Begitu Rafi sudah sampai ketiga orang itu langsung memasuki butik yang bernama "Beauty Marriage Day" yang merupakan salah satu butik yang cukup terkenal dalam merancang gaun pengantin para pejabat pemerintah, pengusaha, atau pun selebriti papan atas.
"Selamat datang Tuan dan Nona, suatu kehormatan bagi kami untuk menjadi orang kepercayaan Anda dalam menyiapkan gaun pengantin untuk kalian," sapa seorang perempuan yang tidak lain adalah pekerja di butik itu.
"Tunjukkan pada kami rancangan gaun pengantin terbaru dan paling bagus di butik ini untuk Kakakku," ucap Helen bersemangat seraya menunjuk Keisha. Memberikan isyarat kepada penjaga toko itu bahwa yang akan menikah adalah perempuan di sebelahnya.
"Baik Nona, mari ikut saya." Tutur pegawai butik itu seraya tersenyum ramah kepada kedua perempuan tersebut.
Sementara kedua sepupunya tengah asik memilih gaun pengantin, Rafi hanya memainkan ponselnya sambil duduk di kursi tunggu. Pria itu tengah disibukkan dengan beberapa e-mail yang masuk dari sekertarisnya yang melaporkan beberapa pekerjaannya di kantor. Sampai tiba-tiba penjaga toko itu berbalik dan menghampiri dirinya.
"Tuan, tidak menemani calon istri Tuan untuk memilih baju pengantin?"
Mendengar pertanyaan dari pegawai toko itu, Rafi seketika terkesiap dan memicingkan matanya. "Apa aku terlihat sebagai calon pengantin pria? Dia salah paham terhadapku," gumamnya dalam hati. Pria itu kemudian menatap wajah pegawai itu dengan perasaan tidak enak dan berkata. "Maaf saya bukan calon mempelai pria, saya hanya mengantarkan sepupu saya untuk memilih gaun pengantin," jelas Rafi padanya.
Pegawai butik itu langsung tersenyum malu, dia kemudian meminta maaf kepada Rafi dan berlalu meninggalkannya dengan kembali kepada dua perempuan tadi. Dia menawarkan Keisha untuk mencoba gaun pengantin yang sudah dipilih tadi. Helen menyambut hangat saran dari pegawai butik itu, dan langsung menyuruh Kakaknya untuk berganti pakaian di ruang ganti.
"Kak Kei, apa kamu perlu bantuan?" tawar Helen saat mendapati Keisha terlalu lama di ruang ganti. Dia begitu tidak sabar ingin segera melihat penampilan Kakaknya dengan gaun pengantin yang barusan mereka pilih.
"Tunggu sebentar aku sudah selesai," jawab Keisha seraya membuka kenop pintu.
Saat Keisha sudah keluar dari ruang ganti, bersamaan itu juga Doni memasuki butik yang sudah diberitahukan alamatnya oleh Rafi. Seketika Keisha langsung terkejut saat mendapati calon suaminya itu sudah berdiri di sana bersama sepupunya.
"Kak Doni, bagaimana penampilan calon istri Kakak? Apakah cantik?" tanya Helen antusias seraya memandang wajah Doni yang kelihatan tertegun.
"I-ya____" ucap Doni terbata-bata.
"Sudah ku bilang sepupuku memang yang terbaik. Kau akan sangat beruntung memilikinya," puji Rafi sembari memukul-mukul pundak lelaki itu.
Doni kembali tersadar dari keterkejutannya, dia menyunggingkan senyum manis dibibirnya, namun tidak dalam hatinya. "Dia tidak terlalu cantik, dan tidak juga menarik. Gaun itu terlihat tidak cocok dipakainya. Tapi ya sudahlah. Aku harus menerimanya, karena sebentar lagi dia akan menjadi istriku." Suara Doni dalam hati seraya berjalan ke arah Keisha dan mencoba mencium punggung tangannya. Namun, perempuan itu bergegas menarik tangannya sebelum bibir Doni menyentuh punggung tangannya.
"Maaf, aku belum bisa membiarkanmu menyentuhku." Ucap Keisha secara halus bermaksud menolak perbuatan calon suaminya.
"Tidak masalah, kita bisa melakukannya saat kita sudah resmi menikah." Timpal Doni seraya menunjukkan senyum terbaiknya.
Tidak terima dengan penolakan Keisha tadi, Doni secara sengaja memandang lekat-lekat wajah perempuan itu. Hingga membuat calon istrinya itu sedikit gelisah. Keisha yang dipandang demikian langsung mengalihkan tatapannya ke sembarang arah, dan untungnya sebuah notif pesan masuk di ponselnya sehingga dia bisa mempunyai alasan untuk segera pergi dari sana.
Nyonya Keisha, maafkan atas sikap saya yang telah membuat Nyonya malu dihadapan karyawan Nyonya. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Namun, saya tidak dapat berjanji untuk tidak melamar Nyonya lagi. Sebagai tanda permintaan maaf saya, saya memberikan Nyonya sedikit hadiah. Mohon Nyonya menerimanya. Saya menitipkan hadiah tersebut pada sekertaris Nyonya, karena Nyonya sedang tidak ada di kantor.
Dua hari ini saya ada urusan, jadi tidak sempat menemui Nyonya lagi. Setelah urusan saya selesai, saya akan menemui Nyonya lagi dan melamar kembali Nyonya untuk menjadi istri saya. Saya berharap Tuhan berpihak pada saya, sehingga Nyonya tidak akan menolak saya untuk yang ketiga kalinya.
Salam Angga Adiputra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Nelly Noor
keysya ini pasrah saja, atas perbuatan keluarganya
2021-06-26
0
Feni 🐊
semangat Angga ...Pepet teros😂
2021-05-14
0
Cireng Pedas
waktunya semakin pendek, apskah kejahatan Doni akan terbongkar saat hari pernikahannya dan langsug digantiksn oleh Angga?
2021-05-14
1