My Old Wife
~Terkadang cinta itu seperti kopi yang manis dan pahit di waktu bersamaan ~
Ketika semua teman perempuannya sedang sibuk membicarakan anak dan suaminya wanita itu justru memandangi layar handphone-nya yang dipenuhi dengan e-mail yang masuk dari perusahaan.
Sesekali dia menyesap kopi hangat yang dia pesan beberapa saat lalu setelah dia tiba di restoran makanan Sea Food milik salah satu koleganya.
"Kei! Apa kamu tidak bisa meletakkan handphone-mu sebentar?"
"Apa itu mengganggu kalian?" ujar Keisha seraya menggeser layar handphone-nya kembali dan bersikap tidak peduli.
"Tidak, kami hanya merasa kita berkumpul untuk mengobrol, bukan memainkan ponsel," ucap Helen dengan nada rendah tapi sedikit menekan.
"Kalau begitu aku keluar," sela Keisha dengan cepat beranjak dari tempat duduknya seraya mengambil tasnya dari punggung kursi.
"Hei Kei! Apa maksudmu dengan keluar? Cepat kembali! Atau kami akan benar-benar marah!," tukas Anisa tajam. Dia merupakan salah satu teman Keisha dari departemen bisnis waktu dia masih duduk dibangku kuliah.
"Kalian tetap bisa di sini, aku sudah membayar semua pesanan kalian. Nikamtilah waktu kalian bersama. Aku pergi dulu." Keisha mengambil kartu kreditnya dan menyodorkannya pada penjaga kasir, setelah itu dia melenggang pergi keluar dari restoran.
"Anak itu tetap saja sama! Selalu bertindak kurang ajar, pantas saja sampai sekarang dia masih melajang. Mana ada pria yang mau dengan wanita sepertinya," gerutu Anisa tidak senang.
"Kau seperti tidak mengenalnya saja Nis! Dia kan memang seperti itu, bertindak seenaknya sendiri. Apa dia pikir hanya dengan dia selalu membayar makanan setiap kita kumpul, dia bisa bertingkah sombong seperti itu! Aku tidak bisa mengerti dengan jalan pikirannya." ucap Susan menyambung perkataan Anisa.
"Len, apa Kakakmu juga bertingkah seperti itu dengan keluarganya?" tanya Anisa pada Helen, perempuan yang tidak lain adalah saudara sambung dari Keisha.
"Kak Kei memang selalu seperti itu, dia tidak senang dengan hal-hal semacam ini. Tapi dia bukan orang yang jahat, dia adalah orang yang baik." Helen berkata dengan senyum manis di bibirnya.
"Kau itu terlalu baik untuk menjadi saudara Keisha, tidak pernah sekalipun kau menghina atau marah pada kakakmu. Keisha sungguh beruntung memiliki adik sepertimu," ucap Anisa tulus seraya meminum Jus Alpukat yang sudah dia pesan tadi.
"Kau benar, kalau bukan karena menghormati Helen aku juga tidak akan mengundang Keisha kemari," sambung Susan.
Pembicaraan mereka tentang Keisha tidak ada hentinya sampai Kevin salah satu senior mereka duduk dan ikut bergabung bersama mereka di meja makan. Kevin datang ke restoran tersebut dengan maksud untuk menjemput istrinya Helen.
~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
Di sisi lain Keisha tengah disibukkan dengan beberapa berkas kontrak kerja yang perlu dia tinjau kembali, sampai sebuah panggilan dari ayahnya mengganggu konsentrasinya. Dia meletakkan file-file tersebut kembali pada foldernya dan memerintahkan sekertarisnya untuk melanjutkan pekerjaannya tadi.
"Halo Ayah, kenapa Ayah memanggilku di saat jam kerja? Apa ada hal penting?"
"Ayah ingin kamu pulang malam ini sayang, di rumah sedang ada acara keluarga. Paman Bibimu juga datang, apa kau tidak ingin menemui mereka?"
"Aku sibuk Ayah, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku. Asistenku juga sedang mengambil cuti, jadi tidak ada yang bisa menghandel perusahaan selain aku."
"Jangan membuat alasan Kei, Ayah tahu kamu sedang berbohong. Ayah janji tidak akan menyinggung soal pernikahan di depanmu, jadi kamu harus pulang. Jika tidak, kamu tahu apa yang akan Ayah lakukan?"
"Aku tahu, aku akan pulang."
Keisha langsung mematikan poselnya, dia menarik napas dalam untuk menenangkan pikirannya. Dia menyandarkan punggungnya di kursi sembari memandang langit-langit ruangan. "Aku sudah lelah menghadapi semua ini," gumamnya dalam hati. Keisha mengambil telepon kantor dan menekan angka 1 yang mengarah pada ruang resepsionis.
"Tolong jangan izinkan siapapun untuk masuk ke ruanganku, aku sedang tidak ingin
diganggu."
Selesai memberikan perintah pada bawahannya, Keisha kembali memandang laptopnya yang sudah dipenuhi dengan desain perhiasan yang dia rancang.
Perusahaannya termasuk perusahaan yang cukup maju dalam bidang bisnis perhiasan terutama permata, emas, dan perak. Dia memiliki sedikit cabang toko perhiasan yang besar di Indonesia.
Dia sudah merintis usahanya sejak dia lulus S2 Jewelry Design di NSCAD University Kanada, dan bekerja di beberapa sektor industri yang berkaitan dengan perhiasan.
Dari berbagai macam pengalaman yang dia dapatkan dan sedikit modal dari tabungan serta pinjaman dari bank, Keisha pada akhirnya dapat mendirikan perusahaannya sendiri.
Namun meskipun sudah menjadi wanita sukses, Keisha masih merasa kurang dalam karirnya. Jadi dia terus mengembangkan usahanya sampai kancah internasional. Sehingga dirinya tercatat sebagai salah satu pebisnis muda di Asia.
Baru beberapa saat Keisha memejamkan matanya di ruang istirahat yang terletak di ruang kerjanya, suara sekertarisnya yang meminta izin masuk dari luar terdengar. Keisha merasa bahwa perintahnya tidak didengar, jadi dia bergegas membuka pintu dengan wajah merah padam.
"Bukankah aku sudah berkata bahwa aku sedang tidak ingin diganggu?"
"Mohon maaf Bu Kei, tapi pemuda ini terus saja mencoba menerobos masuk dan membuat kerusuhan di luar gedung hingga Pak Satpam pun kesulitan menahannya," jelas Fina sekertarisnya.
Mata Keisha beralih memandang ke tempat yang ditunjuk Fina, di sana terlihat dua orang satpam yang sedang mencekal seorang pemuda berpakaian hoodie hitam dan celana jeans yang bagian lututnya terlihat compang camping akibat sayatan benda tajam.
"Bu Kei, mohon maaf Bu karena kami gagal menahan pemuda ini untuk tidak masuk," ucap Pak Hasan yang merupakan kepala keamanan di sini.
"Hei ku bilang lepaskan aku, aku ingin menemui Nyonya Keisha. Aku ada perlu dengannya," tukas pemuda itu tajam seraya terus memberontak.
"Tidak apa-apa Pak, tolong lepaskan dia. Biar saya dengarkan, hal penting apa sampai membuat pemuda ini ingin menemui saya? Fina tolong bawa dia ke ruang tamu," pinta Keisha tegas.
Fina mengantar pemuda itu ke ruang tunggu yang sudah dimaksud oleh Keisha, sementara wanita itu kembali ke ruang kerjanya untuk mengambil kacamatanya yang belum sempat dia pakai tadi karena terburu-buru.
Saat Keisha sudah tiba di ruang tamu, dia meminta Fina untuk menunggunya di luar dan memerintahkan petugas kebersihan untuk membuatkan segelas minuman untuk tamunya.
"Jadi ada perlu apa Anda dengan saya?"
"Sebelum itu biarkan saya memperkenalkan diri Nyonya. Nama saya adalah Angga Adiputra, saya adalah seorang mahasiswa semester enam dan sedang pengajuan dalam proposal skripsi. Saya adalah anak dari Ibu Susi wanita yang pernah Nyonya tolong di masa lalu. Saya kemari ingin memenuhi apa yang Ibu saya amanahkan sebelum meninggal."
Angga memberhentikan ucapannya dan meminum sedikit Lemon Tea yang telah disiapkan petugas tadi untuknya.
"Nyonya, maksud kedatangan saya kemari adalah untuk melamar Nyonya menjadi istri saya."
"APA?" Teriak Keisha terkejut dan secara refleks langsung beranjak dari kursinya.
Keisha kembali menenangkan dirinya dan kembali duduk di kursi. Dia memperbaiki posisi duduknya, untuk tetap bersikap berwibawa. Keisha memandang mata pemuda itu lekat-lekat, terlihat keseriusan di matanya tanpa ada keraguan sedikitpun.
"Ehm, Apa saya tidak salah dengar? Anda melamar saya menjadi istri Anda? Bukankah Anda masih terlalu muda untuk menikah? Dan Anda masih seorang mahasiswa, saya tidak bisa menerima lamaran tersebut."
"Saya sudah tahu Nyonya pasti menolak saya. Tapi, saya tidak akan mundur. Saya tahu kalau usia kita terpaud sangat jauh, mungkin sekitar sepuluh tahunan, tapi saya tidak peduli. Saya tetap akan melamar Nyonya menjadi istri saya."
"Tapi______"
Sebelum Keisha menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba pemuda itu bangkit dari duduknya dan hendak pergi setelah dia membaca pesan singkat dari ponselnya.
"Maaf Nyonya, sepertinya saya harus pergi. Besok saya akan kemari lagi untuk melamar Nyonya. Saya pamit undur diri, tolong jaga diri Nyonya dengan baik. Permisi," ucap Angga seraya membungkuk untuk berpamitan keluar.
Keisha hanya dapat menatap punggung pemuda itu yang menghilang dibalik daun pintu, pikirannya masih berkecamuk dengan ucapan pemuda tadi."Masalah apalagi ini?" tanyanya dalam hati.
.
.
.
Baca Novel Sana yang lain
Sequel My Old Wife (Harmoni Cinta Melisa /Tamat)
Suamiku Tunanetra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
mieUl😴
sepertinya seru, pemuda pemberani 🤔
2021-12-31
0
Todoroki ショート
nice, aku pembaca barumu thor
2021-07-04
0
⚘DewPck🌱Sqd🐛🌽🦃⃝⃡ℱ
menarik
2021-07-02
0