Kino dan Ryou berlari mengikuti sumber dari akar yang terputus itu menuju pohon tinggi di depan mereka. Mulai dari area tempat mereka sekarang sampai jalanan di depan mereka, yang terlihat di setiap sisinya hanyalah akar dan tanaman merambat dengan sedikit daun, berbeda dengan pemandangan sebelum area ini. Mereka tidak begitu memperhatikan hal itu karena memang tidak ada yang penting. Fokus utama mereka adalah untuk secepatnya
menuju ke pohon di depan mereka, tetapi entah kenapa mereka membutuhkan waktu yang lebih lama.
“Apa yang terjadi?! Aku merasa bahwa kita sama sekali tidak bergerak dari sini. Setiap kali kita berlari, pohon besar itu tampak tidak berubah dari kejauhan. Ini sudah lebih dari sepuluh menit kan? Kenapa bisa begini?” Ryou mengeluh sambil berlari
“Aku tidak tau. Padahal sebelumnya aku bisa menemukan Ryou dengan mudah hanya dengan mengikuti sumber dari mana akar ini berasal. Tapi sekarang entah kenapa sejak akar ini putus, aku merasa kita sama sekali tidak mendekat ke arah pohon itu sama sekali”
“Kalau begini terus tidak akan bisa sampai. Aku benar-benar merasakan firasat buruk tentang pohon itu”
Mereka terus berlari sampai mereka kehabisan napas karena lelah. Ini benar-benar lebih buruk dari yang mereka pikirkan karena tepat setelah akar lunak itu terputus, mereka jadi seakan hanya berlari ke tempat yang sama berulang-ulang. Terputusnya akar tersebut seperti memutuskan petunjuk satu-satunya bagi mereka untuk sampai ke pohon besar itu.
“Sial!! Di saat seperti ini sama sekali tidak bisa melakukan apapun! Kalau begini jangankan petunjuk untuk menemukan cara kembali ke Jepang, kita sendiri tidak memiliki kemungkinan untuk bertemu Kaito dalam keadaan baik-baik saja!! Kino, apa tidak ada yang kau temukan saat masih mengikuti akar ini?”
“Aku sudah mencarinya tapi tidak ada yang aku temukan kecuali daun di dekat jembatan”
“Daun?”
“Iya, karena kupikir mungkin akan berguna jadi aku mengambilnya beberapa. Aku membawanya bersamaku”
“Kau menemukan daun dan membawanya? Untuk apa gunanya daun di saat begini, kakakku yang jenius? Ah…aku sudah tidak tau harus bilang apa padamu…” Ryou terlihat begitu depresi
Tapi ekspresi itu berubah.
“Tunggu dulu. Kino, coba perlihatkan daunnya”
Kino mengeluarkan kain yang membungkus dedaunan itu dan memperlihatkannya pada Ryou.
“Aku menggunakan sobekan dari pakaianku untuk membungkusnya. Alasanku mengambilnya karena beberapa dedaunan terlihat mirip dengan daun bunga yang ada di tempat asal kita. Kupikir sangat aneh jadi…”
“Maaf Kino, biarkan aku berpikir sebentar”
Ryou mengambil kain berisi dedaunan itu sambil menengok ke sekitarnya untuk melihat tanaman merambat di sekeliling tempat itu.
Sebagian tanaman merambat di bangunan, jalan dan yang melilit akar-akar tanaman memang memiliki daun dengan bentuk unik. Hal yang sudah tidak aneh sejak kemunculan mereka yang berhasil merubah kota menjadi hutan.Tapi semakin mereka berlari, jalan tempat mereka berlari semakin rusak dengan banyaknya akar besar, tanaman merambatnya juga semakin banyak namun memiliki lebih sedikit daun.
Ryou tidak yakin dengan pikiran anehnya itu. Hanya saja dalam kondisi yang sudah bisa dikatakan tidak normal ini, sekecil apapun yang terjadi di sana bisa saja menjadi sebuah petunjuk.
“Apa kau berpikir ini ada hubungannya dengan alasan kita belum juga sampai ke sana, Kino?”
“Apa maksudmu Ryou?”
“Coba lihat tempat ini. Bukankah semakin aneh?”
Kino masih tidak begitu memahami perkataan sang adik. Dia mencoba untuk memperhatikan tempat itu. Sekilas memang tidak ada yang berubah. Tapi melihat wajah Ryou, Kino merasa dia harus membuat semua kemungkinan aneh menjadi masuk akal. Hal kecil di tempat itu adalah petunjuk, terdengar seperti kata-kata detektif di anime tapi dengan keadaan tidak normal mereka, hal itu mungkin saja benar.
Setelah beberapa lama, dia mulai menyadari maksud dari kalimat itu.
“Tanaman merambatnya…mulai memiliki sedikit daun.”
Ryou mengangguk tanda setuju. Kino mulai mengulang semua hal yang terjadi. Tanaman merambat yang ditemukan olehnya di hampir semua jalan memiliki daun yang sangat banyak. Namun, sejak dia mengikuti akar lunak yang terputus dia melihat jumlah daun di sekitarnya semakin sedikit.
“Ryou benar. Ini sedikit aneh. Tapi, apakah itu artinya kita sudah tidak di jalan yang tepat atau sebaliknya?”
“Menurutku ini bukan jalan yang tepat. Kita sudah tidak bisa lagi mengandalkan akar ini. Mungkin akan memakan waktu dan tidak akan bisa dengan mudah menemukan jalan yang tepat, tapi itu jauh lebih baik dibandingkan menghabiskan tenaga untuk berlari berputar-putar seperti ini”
“Kalau begitu menurut Ryou, sebaiknya kemana kita harus pergi?”
Mereka menengok ke sana. Di sana hanya ada jalan lurus tanpa belokan sama sekali. Karena hanya bisa memilih antara kembali ke belakang atau maju ke depan, mereka tetap memilih untuk berlari ke depan. Menurut mereka, berbalik arah dan kembali ke tempat sebelumnya juga tidak membantu. Kino melihat jam saku di tangannya dan waktu menunjukkan pukul 03.15. Hanya tinggal beberapa jam lagi sampai matahari terbit. Ryou menyimpan bungkus berisi daun tersebut dalam sakunya dan mereka memutuskan untuk berlari lurus ke depan.
Selama mereka berlari, mereka belum menemukan belokan apapun. Tidak lama setelah itu, mereka melihat sebuah gang.
“Ini…”
“Ini satu-satunya belokan yang kita temukan di sini. Aku sudah tidak percaya dengan jalan lurus itu sejak kita sama sekali tidak mendekat ke arah pohon besar itu. Aku merasa kita harus belok ke sini. Bagaimana, Kino?”
“Aku mengerti. Kita ambil jalan ini”
Di gang sempit itu, tanaman merambat di sekitar tempat itu mulai terlihat berbeda dengan sebelumnya. Terlihat beberapa dari mereka mulai menampakkan dedaunan yang banyak seperti tempat-tempat sebelum tadi.
“Sudah ku duga jalan yang tadi itu tidak normal” Ryou bicara dengan percaya diri
“Tapi bukankah mengambil jalan ini juga belum tentu benar? Maksudku, pohon tinggi itu jadi ada di arah sebelah ki–”
“……!!!”
Langkah mereka terhenti. Mereka berhenti dengan wajah syok dan pucat.
“Ryou, bagaimana bisa ini…?”
“Pohon besar itu terlihat tepat di arah depan kita sekarang…”
Hutan itu sepertinya memiliki kekuatan magis yang membingungkan. Kali ini, jarak pohon berubah semakin dekat saat mereka berlari mendekatinya. Mereka tidak salah kali ini.
Hanya setelah beberapa langkah, mereka langsung disuguhkan dengan pemandangan tidak biasa dari yang mereka lihat di hutan sebelumnya. Mereka melihat benda tidak biasa di sana.
“Ryou, lihat itu. Banyak sekali bunga”
“Kenapa bisa banyak sekali bunga di tempat ini?”
Ryou berjongkok, mengambil bungkusan kain berisi dedaunan yang diambil kakaknya. Dia memperhatikan bentuk daun itu dan memetik daun dari tanaman merambat bersamaan beberapa bunga dari tanaman merambat, “[White Vine Flower]… dan ada [Morning Glory]”
“Yang ini benar-benar [Black-Eyed Susan]. Di salah satu daun yang kutemukan, aku sempat melihat daun tanaman ini. Bagaimana menurutmu dengan jalan ini Ryou?”
“Hanya tempat ini yang memiliki bunga. Aku rasa kita hampir sampai. Sudah tidak ada waktu memperhatikan daun dan bunga di sini. Kita harus segera pergi Kino”
Selesai dengan ‘acara memetik bunga di kebun’ dan membuang semua hal di tangannya, mereka berlari lagi. Kali ini, bukan pemandangan taman bunga lagi yang dilihatnya. Akar dimana-mana dengan hal lain yang ada di depan sana sebagai tontonan menarik.
“Kino, lihat itu!!” Ryou menunjuk sesuatu di atas akar-akar pohon
“Kaito-san…Itu Kaito-san!!”
“Dia bertarung dengan makhluk aneh. Apa itu? Sejenis monster pohon?”
“Bukan saatnya untuk peduli dengan hal itu, Ryou. Kita harus menolong Kai–”
Belum selesai Kino mengatakan apa yang ingin diucapkannya, mereka melihat Kaito tertusuk oleh cambuk akar panjang di bagian dada kanan dan tidak bisa berdiri untuk melawan. Senjata di tangannya terjatuh. Kedua orang
yang melihat itu langsung berubah panik dan berteriak memanggil namanya, tetapi tidak ada reaksi darinya seakan suara mereka tidak sampai padanya.
“Kaito!!! Oi…Kaito!! Sial, dia benar-benar tidak mendengar kita. Kalau seperti ini, akar terbang yang aneh itu akan menusuknya lagi!”
“Ryou, kita harus menolongnya!! Tetapi, dengan jarak sejauh ini kita tidak mungkin bisa sampai tepat waktu. Apa yang harus kita lakukan?” Kino menjadi pucat dan panik melihat Kaito semakin terpojok
“Ini tidak bisa dibiarkan, Kaito bisa mati jika terus begini. Kino, aku akan berlari ke sana dulu. Kumohon pinjamkan semua pisau dagger itu padaku, sekarang!!”
“Aku mengerti. Pastikan Ryou menolong Kaito-san dan jangan sampai terluka. Perisai ini, bawalah ini juga bersamamu. Aku akan menyusul secepat yang kubisa”
Kino memberikan semua senjata yang dia miliki pada Ryou. Dengan cepat, dia langsung berlari. Dia tidak membutuhkan waktu lama untuk melompati semua akar yang menghalangi jalannya dan menambah kecepatan untuk bisa sampai ke tempat Kaito. Setelah semua aktivitas berlari yang dilakukannya, Ryou masih memiliki tenaga sebesar itu untuk berlari. Kino berusaha untuk mengejarnya namun memang tidak bisa secepat Ryou, karena itu dia yakin adiknya memiliki rencana untuk itu. Sambil berlari,
Kino mengambil dua botol obat yang ada di kantong kainnya sebagai persiapan untuk mengobati Kaito.
Ryou sudah mencoba berlari secepat yang dia bisa tapi ketika jaraknya dengan Kaito berada hanya tinggal beberapa langkah lagi, dia melihat akar itu hendak menyerang Kaito yang tidak berdaya.
“Aku tidak peduli pisau ini mengenai bagian apapun dari akar itu, asalkan bisa menghambat dan menangkisnya… itu tidak masalah!!”
Dengan reflek cepat, dia bertaruh dengan melempar pisau itu dan akurasinya tidak buruk. Pisau itu berhasil menggagalkan serangan cambuk akar itu dan membuatnya berbelok arah.
“Kaito!!!”
“……!!!”
Ryou berteriak memanggil Kaito sambil berlari ke depannya untuk melindunginya. Kaito melihat itu dengan ekspresi terkejut yang tidak bisa disembunyikan lagi, terlihat dari matanya melebar. Tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun, Kaito hanya memandangi sosok punggung di hadapannya yang sudah bersiap dengan pedang dan perisainya. Dari arah belakang, Kino akhirnya sampai dan langsung berjongkok untuk memberikan obat pada Kaito.
“Kaito-san!!.... Kaito-san lukamu begitu parah. Cepat, minumlah ini” Kino memberikan obat itu
Kaito yang masih menahan sakit meminumnya tanpa mengatakan apapun. Darah di dadanya terus mengalir hingga membuat jubah dan pakaiannya menjadi penuh bercak darah. Kino melirik ke bagian samping dan wajahnya berubah pucat saat melihat kantong kain dengan pecahan botol milik Kaito di sana. Kino juga melihat apa yang menunggu di depannya. Ada sembilan monster pohon yang bersiap menyerang mereka kapan saja.
‘Semua obat yang dibawa Kaito-san…semuanya hancur akibat serangan monster itu. Kaito-san bertarung dengan makhluk berbahaya itu sampai terluka separah ini. Ini tidak baik, keadaan kami benar-benar terpojok. Selain itu akar-akar yang bisa memanjang itu adalah masalah lain yang serius’
Apa yang ada dalam pikiran Kino itu benar. Melihat luka yang dialami Kaito membuktikan bahwa sedikit kesalahan bisa berakibat fatal. Jika tidak bisa cepat menghindar sambil berusaha bertahan maka akan bernasib sama dengan Kaito.
Kaito dengan napas terengah-engah dan menahan sakit mendorong dada Kino dan memintanya mundur.
“Jangan terus berada di sini. Ini berbahaya untuk kalian. Kalian berdua… harus segera pergi dari sini”
Ryou yang mendengar itu merasa sangat jengkel dengan sikap Kaito yang dingin.
“Oi! Kami sedang mencoba membantu di sini. Jika terlambat sedikit, kau akan mendapatkan gelar kehormatan berupa kata ‘mendiang’ di depan namamu itu!. Setidaknya ucapkanlah terima kasih pada kami. Kau tidak tau kami sudah berputar-putar tidak jelas di hutan itu, kan!”
Kaito tidak mengatakan apapun, berusaha memegang kembali pedangnya dan berdiri. Dia berjalan perlahan hingga sekarang berganti posisi dengan Ryou. Kini dia kembali berdiri di depan Ryou dan bersiap menyerang.
“Oi!! Sudah kukatakan kami sedang mencoba memban–” Ryou kesal dan bicara dengan Kaito dengan nada tinggi
“Ini tidak ada hubungannya dengan kalian berdua!!!”
Sebelum kata-katanya selesai, Kaito berteriak keras tanpa melihat kedua orang di belakangnya.
“……!!!”
Kino dan Ryou sangat terkejut mendengar itu. Itu tidak seperti Kaito yang mereka tau beberapa waktu lalu. Ryou yang sempat melihat matanya pun jadi berpikir dalam hati, ‘siapa orang yang ada di sampingku sekarang?’. Hal itu bukan tanpa alasan. Sorot matanya seperti pemburu yang berdarah dingin dan haus akan membunuh semua yang ada di depannya. Dia seolah-olah tidak peduli dengan kedua orang di belakangnya.
Kaito membuang busur dan panahnya ke bawah dan berlari tanpa menengok ke arah manapun. Fokusnya hanya pada lawan di depannya.
Kino hanya bisa terdiam tanpa kata karena syok dan Ryou menjadi bertambah jengkel melihat Kaito mengabaikannya. Meskipun kesal, dia tetap berlari untuk membantu Kaito walau kata-kata Kaito sudah cukup membuatnya marah kali ini. Arbre soldat itu terus menyerang menggunakan pedang akarnya, tapi semua itu sudah tidak membuat Kaito khawatir. Dia merasakan dadanya yang terluka mulai membaik sedikit demi sedikit dan itu membuatnya semakin intens menyerang.
Gerakan Kaito sama sekali tidak bisa diimbangi oleh Ryou, seakan-akan Kaito memang bertarung sendiri tanpa membutuhkan bantuan siapapun. Sesekali, Ryou menebas monster pohon itu menggunakan pedangnya dan menghalau serangannya dengan melemparkan pisau dagger di tangannya, namun tetap saja semua serangan itu terus didominasi oleh serangan Kaito pada monster itu hingga jumlah mereka semakin berkurang dan tersisa tiga ekor.
“Minggir dari sana!! Kali ini tidak akan kubiarkan lolos, aku akan mendapatkan permata itu!! Jangan menghalangiku!!”
Kaito berteriak sambil melawan arbre soldat itu tanpa henti. Sebelum mereka menggunakan tangan kiri mereka untuk mengeluarkan cambuk akarnya, Kaito dengan cepat menebasnya dan dilanjutkan dengan membelah mereka menjadi dua bagian. Kino sempat mendengar kalimat yang diteriakkan Kaito dan memperhatikan pohon besar itu.
‘Ada sesuatu yang bercahaya di sana… mungkinkah itu permata yang dicari Kaito-san!’
Kino berteriak ke arah Ryou, “Ryou!! Kumohon bantu Kaito-san mengalihkan serangan monster-monster itu. Kaito-san harus bisa mencapai pohon di depan sana!!”
“Apa katamu barusan?!” Ryou bertanya karena sulit mendengar seluruh kata-kata sang kakak tadi. Itu karena dia masih ditengah bertarung melawan monster pohon itu.
“Di tengah pohon itu ada sesuatu yang bersinar. Benda itu memiliki cahaya berwarna ungu. Itu pasti permata yang dicari oleh Kaito-san. Apapun yang terjadi, bantu dia untuk sampai ke sana!!”
Ryou melihat ke pohon besar itu dan ternyata benar, sesuatu berada di tengahnya. Mirip batu permata dan memiliki cahaya berwarna ungu. Tanpa membuang-buang waktu, Ryou berlari menyusul Kaito. Kaito yang saat itu sedang bertahan dari serangan pedang milik lawannya dikejutkan dengan sebuah pisau yang menancap di kepala monster itu. Dia akhirnya menengok ke belakang.
“Kenapa…” dengan wajah datar dan sorot mata tajam, Kaito menengok ke belakang
Dia melihat Ryou berlari berusaha mengejarnya.
“Itu pisau terakhir yang kumiliki. Sekarang biarkan aku yang mengurus sisanya dan cepat ambil permata itu!!”
“……!!”
“Jangan diam saja, dasar bodoh!!. Itu ingatan yang kau cari kan? Jika sampai matahari terbit dan semua hilang, kau akan membutuhkan waktu sangat lama untuk mendapatkanya kembali!!”
Kaito tidak mengatakan apapun dan pergi ke depan menuju pohon itu. Melihat Ryou dan Kaito berjuang membuat Kino merasa dia juga harus membantu. Kino berdiri dan berlari mengambil busur panah yang dibuang oleh Kaito beberapa waktu lalu. Karena tidak memiliki senjata lain selain ini, mau tak mau dia yang tidak pernah memanah sebelumnya harus bisa mengusahakan sesuatu. Sebelum berlari, Kino melihat jam berapa saat ini dari jam saku
miliknya.
“Tersisa dua jam lagi sampai matahari terbit. Jika Kaito-san berhasil mendapatkan permata itu semua akan baik-baik saja. Kuharap kami berhasil, meskipun entah firasatku mengatakan hal lain akan terjadi”
Monster terakhir dikalahkan oleh Ryou. Dia segera mengikuti Kaito yang sudah berlari jauh di depannya. Hanya tinggal beberapa meter lagi sampai di bagian tengah pohon tempat permata itu berada tapi tetap saja waktu yang tersisa masih ingin belum puas bermain-main dengan mereka dan ingin menikmatinya sedikit lebih lama.
‘Dunia malam’ benar-benar ingin menikmati pertunjukkan menarik lainnya. Kali ini, makhluk yang diundang tidaklah sedikit. Mereka adalah sekelompok kawanan [Scyther Mantis], monster belalang kecil hijau dengan senjata mirip pedang pemotong di kedua lengannya. Selain itu jumlah yang datang muncul mencapai puluhan, bahkan tidak bisa diperkirakan berapa jumlah pasti dari makhluk itu.
“Menyebalkan!! Tempat ini memang benar-benar tidak bisa membiarkan kami semua bernapas lega ya?!” Ryou melihat ke atas sambil mengangkat pedangnya
Kaito benar-benar dikuasai emosi. Tidak bisa mengendalikan emosinya dan hanya menyerang membabi buta tanpa peduli dengan serangan para mantis itu. Luka yang sudah sembuh karena obat itu akhirnya tercipta kembali. Kelompok Mantis itu sama sekali tidak memberikan celah dan melakukan serangan serentak seperti pengeroyokan secara sepihak.
“Kgh!! Jangan menghalangiku!!” Kaito menyerang mereka dengan tatapan tajam
Kino mencoba membantu mereka dengan menembakkan anak panah dari busurnya. Menggunakan senjata yang tidak pernah dia gunakan sebelumnya membuat semua yang dia lakukan terlihat sia-sia. Dia menembakan anak
panahnya sebanyak tiga kali dan tidak ada satupun yang mengenai sasaran. Posisinya yang berada paling belakang tanpa pertahanan adalah yang paling terbuka untuk menjadi sasaran empuk belalang hijau itu dan ternyata memang itulah yang terjadi.
Kino yang telah gagal menembakkan anak panahnya menjadi target serangan sekawanan mantis dengan dua pedang. Mereka yang berada di atas menukik tajam dan menyerangnya. Dia mencoba menghindar dengan
menembakan panahnya kembali secara terburu-buru, berharap serangan acaknya itu mengenai satu dari sekian banyak yang datang. Tapi, serangan mantis itu tidak dapat dihindari.
-SREEET…SLAAASH
“Aakh!!!” Kino berteriak dengan keras
Serangan tersebut mengenai tangan dan bagian pinggangnya serta membuat bekas goresan pada paha dan betisnya. Darah mulai keluar dari setiap luka yang diterima dan tubuhnya jatuh ke tanah akibat kakinya yang sakit dan tidak mampun mempertahankan keseimbangannya. Tidak hanya itu, mantis itu pun berputar tepat di atas kepalanya dan menukik sekali lagi untuk menghabisinya kali ini.
“Kino!!!”
Dari kejauhan, Ryou yang mendengar teriakan Kino dan melihatnya terkena serangan serangga itu berteriak dan berbalik untuk menyerang sekawanan mantis di belakang. Kino yang masih belum bisa bangkit melihat sekawanan mantis itu mulai menukik tajam ke arahnya dan dengan sisa kekuatan sambil menahan rasa sakit yang hebat, dia menarik kembali anak panahnya. Kali ini, dia berhasil mengenai satu ekor. Tapi sisanya masih datang menukik ke arahnya.
Kino hanya bisa pasrah melihat itu sampai dari kejauhan ada dua pisau yang terbang mengenai dua ekor dari mereka dan membuat serangan mantis itu terhenti. Mereka melihat ke belakang dan seketika sebuah tebasan panjang membelah sisa kelompok mantis itu menjadi dua bagian.
“Kino!! Kau tidak apa-apa?! Lukamu… darahnya…” Ryou terlihat pucat hingga dia berbicara terbata-bata saat melihat semua luka Kino
“Aku… baik-baik saja. Kenapa kamu berbalik dan kembali ke sini?. Bukankah…aku memintamu untuk membantu Kaito-san?” Kino juga tidak bisa bicara dengan lancar karena sakit dari lukanya
Sebelumnya, saat Ryou mendengar suara teriakan Kino yang terluka akibat diserang oleh sekawanan mantis, dia berbalik dan berlari sambil menyempatkan diri untuk mengambil dua dagger di mayat monster pohon itu dengan
cepat dan tanpa menunggu langsung melemparnya sebagai serangan pengalihan. Setelah itu, dia langsung berlari lalu melompat dan menebas mereka semua. Dia senang semuanya berhasil. Tapi, dia terlambat mencegah Kino untuk tidak terluka. Wajahnya seketika pucat dan tubuhnya tidak bisa berhenti bergetar karena takut.
“Kaito bisa mengatasinya semua. Tapi lukamu itu sangat serius!! Obat… obatnya masih ada iya kan? Biar aku ambilkan di kantongmu” Ryou mengambil obat luka di kantong kain di sabuk pengikat Kino
Saat mengambilnya, dia tidak bisa menghentikan tangannya yang gemetar. Dia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya dalam hati karena gagal melindungi sang kakak.
‘Ini salahku. Seandainya perisai ini tetap bersama Kino dan aku tidak menerimanya dia tidak akan terluka seperti ini. Apanya yang akan melindungi?. Justru aku membiarkannya terluka!!’
Kino meminum obat yang diberikan oleh Ryou dan menepuk tangannya yang gemetar. Seketika pandangan mata Ryou tertuju ke mata Kino yang menatapnya dengan ekspresi serius.
“Aku memilih untuk bertarung bersama, bukan untuk dilindungi sepihak oleh Ryou. Aku kakakmu dan akulah yang seharusnya melindungi adikku. Jangan seenaknya menyalahkan dirimu sendiri hanya karena aku terluka”
“……”
“Selain itu, di depan sana Kaito-san sudah menemukan hal yang selama ini dia cari. Bukan waktunya untuk berhenti dan mengkhawatirkanku. Jika Kaito-san berhasil mendapatkan ingatannya, kita juga mungkin akan menemukan petunjuk untuk kembali ke Jepang. Jangan membuang waktumu di sini. Aku akan baik-baik saja. Pergilah dan bantu Kaito-san lagi”
“Aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi!!”
“Ryou!!” Kino memanggilnya dengan nada tinggi
“……Kukembalikan perisai ini padamu. Jangan berani menolakku karena kau juga memaksaku untuk melakukan keinginanmu, mengerti!!”
Kino tersenyum dengan wajah yang masih pucat. Ryou tampak ragu tapi dia tidak memiliki pilihan selain kembali ke depan membantu Kaito menghadapi sisa kawanan mantis itu. Sambil sesekali menengok ke belakang, dadanya terasa sakit. Ada sesuatu yang tidak mengenakkan dan itu semakin memburuk, seakan sesuatu yang mengerikan akan menimpanya.
Kino sudah bisa merasakan efek obatnya bekerja dan lukanya mulai menutup sedikit demi sedikit. Dia melihat kantong kainnya dan hanya tersisa dua botol obat di dalamnya, yang lainnya hanya racun dan penawar. Jika seperti ini, hanya tinggal menunggu matahari terbit untuk suatu kesia-siaan atau berjuang sampai mati untuk permata itu.
******
Kaito yang bertarung sengit dengan sekawanan mantis itu tidak bisa terus bertahan. Lukanya sangat banyak dan darahnya tidak berhenti mengalir. Keringat tanda dia menahan sakit juga membasahi wajah dan tubuhnya, tapi dia terus memaksakan diri untuk menyerang dengan sorot matanya yang masih bersemangat untuk menghunuskan pedangnya tidak berhenti. Serangan mantis itu memang sulit di tahan karena kedua tangan mereka yang membentuk pedang. Meskipun begitu, mundur adalah kata yang mustahil akan dilakukan Kaito, terlebih lagi hanya tinggal beberapa meter saja sampai dia bisa mengambil permata ungu itu.
‘Aku menemukannya. Akhirnya aku bisa menemukannya setelah sekian lama mencari. Itu adalah kepingan ingatanku, aku bisa merasakannya. Mereka mencoba mengambilnya dariku. Jika matahari terbit dan aku tidak bisa menyentuhnya, aku hanya bisa menunggu sampai tempat ini tercipta kembali dan aku tidak ingin itu terjadi. Aku muak dengan tempat ini, aku muak dengan ‘dunia malam’ ini. Aku muak mengandalkan keberuntunganku yang tidak pernah memihakku sejak datang ke sini. Aku akan merebutnya kali ini. Apa yang seharusnya menjadi milikku, akan kurebut semua itu!’
Tekadnya sudah bulat. Tapi, seberapa lama dia bisa bertahan itu akan lain ceritanya. Tidak ada manusia normal yang bisa bertahan dari serangan monster serangga dalam jumlah banyak terus menerus. Ketiga orang tersebut bukan karakter overpower yang memiliki sihir penyembuh atau sihir penguat tubuh. Mereka manusia biasa yang terpaksa mengandalkan keberuntungan, senjata yang ada dan kondisi terdesak untuk mengeluarkan potensi tersembunyi dalam diri mereka.
Kawanan mantis yang tersisa di depan Kaito masih sangat banyak seakan tidak pernah habis. Tidak menemukan cara terbaik untuk langsung memusnahkan mereka semua, Kaito hanya mengandalkan tekad kuatnya. Dari
belakang Ryou berhasil menyusulnya kembali dan bersama, mereka terus bertahan sambil melawan kelompok mantis itu.
**
Kino yang sudah bisa berdiri, berjalan perlahan mengambil dagger yang menancap di mayat dua ekor mantis itu. Setidaknya dia memiliki dua jenis senjata dan satu perisai. Dia sadar dia yang paling lemah dalam urusan bertarung. Tapi kalau hanya melempar pisau, dia sudah bisa melakukannya dengan baik.
Perhatian para mantis itu tertuju pada kedua orang di depannya sehingga dia tidak dalam situasi berbahaya. Dia memanfaatkan ini untuk melihat jam sakunya kembali. Jam sakunya menunjukkan pukul 04.25. Waktu terasa begitu lama. Setelah memasukkan jamnya kembali, Kino bergegas lari untuk membantu. Kali ini dia mencoba beradaptasi dengan busur panahnya dan bertekad untuk tidak menjadi penghalang bagi kedua orang di depannya.
Sampai keadaan tiba-tiba mulai berubah.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 671 Episodes
Comments
Loly 💃
detektif Conan kah
2024-10-20
1
🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
berubah bagaimana lagi kira2?
2024-04-21
2
mama zha
bestie setelah tanda tanya harus kah pakai hurup kapital
2023-07-12
1