Sebuah kegelapan yang terlihat. Dalam kegelapan itu, ada sesuatu yang bersinar. Saat mendekati cahaya itu, terlihat sebuah rekam kejadian. Namun semakin dimasuki, semakin redup cahaya itu hingga akhirnya menjadi buram dan hampir tidak menampakkan pemandangan apapun kecuali kegelapan lain yang mulai terlihat.
Terdengar suara dari kegelapan di dalam rekam kejadian itu, yang terdengar begitu jelas. Semakin didekati, suara itu berubah menjadi suara tangisan dari seseorang.
“Kumohon bangunlah! Kita sudah berjanji untuk bersama. Apa gunanya keluar dari tempat ini jika tidak bisa bersamamu! Hiks… hiks…”
Tangisan seseorang namun tidak terlihat seperti apa rupa orang itu. Berkali-kali suara itu mengulangi kata-kata yang sama. Tiba-tiba terdengar suara ledakan besar dari dalam rekam kejadian itu diikuti oleh cahaya terang yang sangat menyilaukan.
***
“Haaah!!!!!!”
Di atas kasur, terlihat Kaito yang terbangun dari tidurnya bermandikan keringat yang sangat deras. Sekujur tubuhnya gemetar dan mengeluarkan keringat. Bahkan pakaian yang dikenakannya juga terlihat basah. Wajahnya begitu pucat dan terlihat dia mengatur napasnya yang terengah-engah.
“Haa…haa…haa…”
Sambil mencoba mendapatkan ritme napasnya kembali, dia melihat ke arah samping kanannya. Terlihat kedua orang di sampingnya masih tertidur tanpa bergerak. Setelah bernapas lega, Kaito melihat jam sakunya dan sudah menunjukkan waktu jam 03.30, bisa diartikan jam setengah empat sore karena mereka masing di ‘dunia siang’.
Dengan muka masam, Kaito melihat jamnya ‘lagi-lagi mimpi itu….’
Setelah mencoba tenang selama kurang lebih lima menit, akhirnya dia memutuskan untuk membangunkan kedua kakak beradik itu pelan-pelan.
“Kino, Ryou. Bangunlah….”
Menggoyang-goyangkan badan keduanya perlahan, Kino langsung membuka matanya perlahan.
“…Uum…Kaito…-san?” setelah pandangannya mulai jelas, Kino mulai bangun perlahan dan duduk “Kaito-san, selamat datang. Apa Kaito-san baru saja kembali?”
“Tidak. Aku baru bangun tidur sepertimu. Aku kembali ke sini jam 10.30 dan melihat kalian berdua sudah tidur jadi aku menggunakan waktu yang ada untuk beristirahat juga”
“Begitu…” Kino melihat kerah pakaian Kaito tampak basah dengan keringat “apa kamu bermimpi buruk, Kaito-san?”
“Hmm? Kenapa bertanya seperti itu?”
“Aku melihat bajumu basah dengan keringat. Apa kamu baik-baik saja?”
Melihat wajah Kino yang cemas, dia tau bahwa remaja itu terlalu peka pada perasaan orang lain. Dia bisa dengan mudah memenangkan hati sang adik yang bertindak tanpa berpikir, juga seakan bisa membaca apa yang terjadi pada orang di hadapannya. Bisa dibilang jenis orang seperti Kino adalah ‘musuh alami’-nya. Kaito hanya bisa mengelak untuk menghilangkan kecemasan di wajah pemuda itu.
“Tidak, aku tidak bermimpi buruk. Ini basah karena aku dari luar tadi”
“Begitu rupanya. Kupikir Kaito-san habis melihat mimpi buruk. Syukurlah kalau begitu”
Ruangan itu sebenarnya cukup nyaman dan sejuk meskipun kaca jendela tertutup. Kalau saja Kino mengamati dengan baik, pembelaan yang dilakukan oleh Kaito itu sudah bisa dipastikan 100% kebohongan. Tapi beruntung dia tidak melakukannya karena pertanyaan Kino itu murni kekhawatirannya terhadap Kaito.
Kaito melihat ke arah Ryou yang masih tidur lelap
“Adikmu masih belum bangun. Aku sudah membangunkannya juga tapi dia bahkan tidak bergerak. Apa dia masih hidup?”
“Ahahaha… dia masih hidup. Jangan khawatir. Ryou memang memiliki kebiasaan tidur yang buruk. Biar aku yang bangunkan”
Kino mendekati tempat tidur Ryou dan menepuk pipi sang adik pelan-pelan
“Ryou, ayo bangun”
“……Mmmm” berguling dan menutup tubuhnya dengan selimut sambil berubah menjadi bola kain
“Ryou… ayo bangun, Kaito-san sudah kembali…”
“……Lima menit lagi, Kino….”
Tidak kehabisan akal, akhirnya Kino membisikkan sesuatu ditelingan Ryou
“Ryou, coba kamu lihat ini, aku berhasil mendapatkan karakter ‘Zhong Li’ dan ‘Mona’ di [Genshin Impact]. Kamu tidak mau memainkannya?”
Siapa yang menyangka, tidak lama Ryou langsung duduk dan memegang kedua pundak Kino
“Kau jenius kakakku!!! Sekarang aku bisa….Eh tunggu dulu–” menengok ke kanan-kiri dan baru menyadari kalau semua itu hanya akal-akalan sang kakak untuk membangunkannya
"K–kau berbohong padaku ya!! Kau kan kutu buku yang bahkan tidak tau kegunaan setiap tombol pada joystick Play Station, mana mungkin bisa memainkan game itu”
Kata-kata kejam dari seseorang yang baru saja bangun dari tidurnya. Jika Kino bukan kakak yang sabar, sudah bisa ditebak mulut pedasnya itu akan langsung terkena tamparan darinya. Beruntung Kino tidak seperti itu.
“Selamat pagi. Sudah bangun sekarang?”
“Uh….sudah, aku sudah bangun” Ryou mengatakannya meskipun matanya masih terlihat mengantuk
“Baguslah. Terakhir kali aku membangunkanmu tiga kali dengan cara ini, Ryou tidak bergerak sama sekali. Aku senang kali ini berhasil. Kaito-san sudah datang”
“Oh… Yo, selamat datang” memberikan salam seadanya, wajah Ryou masih dalam keadaan setengah sadar.
“……”
Kaito hanya terdiam sesaat sambil melihat pemandangan itu tanpa ekspresi. Sekarang dia yakin, tipe orang seperti Kino memang ‘musuh alami’ dirinya dalam beberapa kondisi.
Kino mengambil jam saku miliknya dan dia melihat waktu yang ditunjukkan jam tersebut.
“Sudah se-sore ini?. Kaito-san–”
“Tidak masalah. Kalian baru saja menghadapi kejadian yang tidak biasa dalam hidup kalian jadi wajar saja jika kalian kelelahan secara fisik dan mental. Aku membangunkan kalian untuk memberitaukan sesuatu”
“Sesuatu?” Kino menyadari pedang milik Kaito yang dibawanya tidak ada di ruangan “Dimana pedang dan jubahmu itu, Kaito-san?”
“Kau membawa pedang dan jubah itu bersamamu kan, Kaito? Kemana semua benda itu sekarang?”
Kaito memberitau alasan kemana kedua benda itu hilang. Mendengar itu, mereka berdua menjadi semakin panik.
“Oi, tunggu sebentar Kaito. Jika kau menjadikan itu sebagai jaminan, berarti kau tidak punya uang untuk membayar semua itu kan? Kaito, apa itu tidak berbahaya? Bagaimana caranya kau mendapatkan uang untuk mengambil semua benda milikmu dan membayar barang yang sudah kau pesan?”
“Itu berbahaya Kaito-san. Itu satu-satunya senjata yang dimiliki olehmu, bukan? Matahari sebentar lagi terbenam, hanya tinggal beberapa jam lagi sebelum kita semua akan memasuki ‘dunia malam’ itu”
Kaito tetap tenang dan berkata “jangan khawatir” pada mereka tapi tetap tidak merubah kepanikkan di wajah mereka. Namun, semua yang dilakukan Kaito adalah sebuah rencana. Jadi, tentu itu sudah dipikirkan secara matang olehnya sebelum bertindak.
“Aku tidak akan merelakan senjataku begitu saja tanpa tau resiko. Selain itu, hal yang kulakukan juga adalah upaya untuk membuat kalian dapat melindungi diri kalian sendiri”
“Melindungi diri kami sendiri?” Kino menatap mata Kaito dengan tatapan penuh tanya
“Kau yang memintaku, apa kau ingat Kino?”
Kino mencoba mengingat apa yang dikatakannya pada Kaito sebelum dia pergi keluar.
[Kaito-san, apakah ada cara agar aku dan adikku memiliki senjata untuk bertarung?]
“Mungkinkah–”
“Intinya aku sudah mempersiapkan semua hal yang terbaik yang bisa kulakukan. Setelah ini, tergantung pada kemampuan dan keberuntungan kita masing-masing. Aku tidak ingin kalian terseret dalam masalahku dan akan lebih baik jika kalian bisa kembali ke dunia asal kalian secepatnya”
“……”
“Karena itu, kalian harus belajar melindungi diri kalian sendiri. Tapi, jangan khawatir. Kalian adalah orang yang menyelamatkan hidupku, jadi sebisa mungkin aku juga akan melakukan yang terbaik agar bisa melindungi kalian”
“……”
“Dan tentu saja, sudah ada beberapa rencana untuk menghadapi ‘kejutan’ malam ini”
‘Kejutan?’
Perkataan Kaito tentu membuat hati keduanya bertanya-tanya. Apa maksudnya kejutan itu? Tubuh kedua kakak beradik itu gemetar. Jantung Ryou saat itu juga berdetak dengan sangat cepat seperti habis berlari. Kaito tidak mengatakan hal lain selain itu.
-Tok tok tok
“Permisi, tuan. Makan siang sudah siap” sambil mengetuk pintu, pelayan kedai itu memanggil karena telah menyiapkan makanan
Kaito melihat jam saku miliknya dan waktu sudah menunjukkan pukul 04.05 saat itu. Sebelum keluar, Kaito mengeluarkan cermin yang ada di lemari pakaian kayu yang dia simpan dan melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan seorang penyewa kamar.
-CRAASH
“Oooooiii!!!!!” Ryou teriak melihat hal yang dilakukan Kaito
“Ka–Kaito-san?! Kenapa kamu memecahkan barang itu?! I-itu tidak baik. Mereka akan memarahi kita!”
“Jangan khawatir. Aku akan mengganti kerusakannya. Cermin ini juga akan kubutuhkan untuk persiapan kalau ada kemungkinan terburuk. Aku tidak mau bertemu makhluk aneh tanpa senjata seperti semalam”
“Kau saja menjadikan pedang dan jubahmu sebagai jaminan!. Bagaimana kau mengganti kerusakan ini, dasar bodoh!”
Kaito tidak mau ambil pusing dengan ocehan Ryou. Dia meminta kedua orang itu juga mengambil bagian-bagian cermin yang ukurannya dapat masuk ke dalam saku mereka. Meskipun awalnya enggan, tapi mereka bisa menebak kegunaan pecahan cermin ini. Sama seperti yang terjadi di altar, pecahan cermin ini mungkin bisa menjadi senjata untuk mereka.
Setelah selesai mengambil pecahan cermin, mereka bertiga keluar dari ruangan dan turun ke bawah untuk makan. Cukup mengagetkan ternyata makanan yang datang sangat banyak, bahkan bila dikalkulasikan seperti porsi untuk delapan orang atau lebih. Kaito langsung duduk dan menyantap hidangannya sedangkan kedua kakak beradik itu mematung tak bergerak.
‘Yang benar saja Kaito!!! Sebelumnya kau bilang kau yang akan membayar semuanya, tapi apanya yang jangan khawatir soal uang!! Kau mau kami ikut berhutang juga? Dasar sialan’
‘Siapa yang mau menghabiskan semua masakan Prancis ini? Kaito-san…ternyata memiliki nafsu makan yang diluar dugaan’
“……Jadi, kalian mau makan atau tidak?”
Dengan santainya, Kaito bertanya sambil menyantap makanan di meja. Padahal terlihat dengan jelas wajah memerah Ryou dan wajah pucat Kino yang membiru, tapi dia pura-pura tidak melihat itu dan mengunyah makanan dengan tenang dan elegan.
Mau tak mau, kedua saudara itu ikut duduk dan makan. Lagipula, bohong kalau mereka tidak lapar. Aroma masakan Prancis yang menggoda tidak mungkin bisa ditolak. Hanya orang bodoh yang akan menolak semua makanan di meja itu. Pada akhirnya, kedua kakak beradik itu menikmati makanan itu dengan lahap.
Di tengah waktu makan itu, tiba-tiba dia meletakkan pisau dan garpu yang dipegangnya sambil mengatakan kalimat dengan pandangan dan nada serius.
“Makanlah sepuasnya. Anggaplah ini adalah hari terakhir yang bisa kalian gunakan untuk makan. Besok kalian mungkin belum tentu masih hidup”
“……Uhuk!!!!”
Kedua remaja itu langsung tersedak mendengar omongan itu. Mereka melirik ke arah Kaito dan apa yang mereka lihat adalah pandangan serius seperti seseorang yang sedang bersiap untuk pergi ke medan perang. Mereka meletakkan alat makan kembali dan diam sesaat.
“Aku selalu mengatakan hal itu pada diriku sendiri sejak tau apa yang kuhadapi di tempat ini. Karena tidak pernah ada jaminan untukku bisa hidup sampai menemukan kepingan ingatanku. Jadi, aku berusaha menikmati apa yang ada dan apa yang kudapatkan di tempat ini”
“……”
“Tapi, yah…bukan berarti aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk berhasil. Aku percaya aku tetap akan hidup, begitupun dengan kalian. Jadi, jangan dipikirkan. Ayo, kita makan lagi”
“……”
Kaito memiliki bakat terpendam dalam menghancurkan suasana. Tidak ada orang normal yang akan baik-baik saja mendengar ucapan seperti itu apalagi disaat makan. Tentu saja itu sudah menurunkan semua semangat dan nafsu makan Yuki bersaudara. Terima kasih kepada Kaito yang sudah membuat mereka menyelesaikan waktu makan mereka lebih cepat.
Waktu makan yang ‘tenang’ telah berakhir. Kaito melihat jam sakunya dan sudah pukul 05.30. Hanya tinggal tiga puluh menit lagi sampai matahari terbenam. Kaito berdiri dan pergi ke arah pelayan. Setelah itu, mereka segera keluar dari kedai. Mereka berjalan menuju toko tempat Kaito memesan barang-barang yang diperlukannya.
Sepanjang jalan, Ryou sedikit penasaran dengan kebiasan Kaito di kedai makanan.
“Oi, Kaito! Apa ada sesuatu yang kau lakukan dengan pelayan di kedai?”
“Tidak ada. Hanya urusan kecil. Bukan apa-apa”
“Urusan kecil? Tapi, kenapa dia tidak pernah meminta bayaran pada semua yang kau pesan?”
“Karena aku mengatakan akan membayarnya”
“Hah!! Ini bukan waktunya bercanda!”
“Tidak apa-apa, bukan hal yang penting. Lagipula, nanti kalian akan tau alasannya”
“……” Ryou menyerah untuk bertanya kembali dan memilih untuk diam
Akhirnya mereka sampai di toko tempat Kaito memesan senjata.
Pemilik toko menyambut mereka dan tersenyum saat melihat Kaito datang. Dia langsung meninggalkan meja kasir dan menghampiri Kaito dengan wajah senang.
“Oh, selamat datang tuan. Saya senang anda benar-benar datang. Saya pikir anda tidak akan kembali lagi untuk mengambil pesanan anda”
“Sudah kubilang aku akan kembali untuk mengambil pesananku. Apa semua benda yang kuminta sudah disiapkan?”
“Tentu. Semua sudah di meja kasir termasuk pedang indah milik anda. Perisainya juga sudah saya siapkan. Silahkan lewat sini”
Mereka bertiga berjalan ke meja kasir dan apa yang ada disana mengejutkan. Terdapat beberapa senjata unik dan terlihat kuat. Dua pedang bermata ganda termasuk milik Kaito sebelumnya, satu perisai dengan batu berwarna ungu, satu set busur dan tiga puluh anak panah di tempatnya serta lima dagger. Kino berbisik pada Kaito dan bertanya tentang semua senjata ini.
Senyuman di bibir Kaito menghiasi wajahnya dan berkata, “Ini adalah usaha terbaik yang bisa kulakukan untukmu dan adikmu”.
Ryou terlihat berbinar-binar dengan semua senjata tersebut. Dia memegang dan menyentuh semua senjata di atas meja kasir itu dengan perasaan senang.
“Ini panah dan dagger sungguhan! Kino, lihat. Ini bukan di dunia game. Woo hoo… kita bisa coba menggunakan ini semua. Ini seperti mimpi, hebat sekali!!”
Rasa kesal dari sebelum-sebelum ini akhirnya lenyap tak tersisa. Ryou sepertinya lupa bahwa Kaito belum membayar semua senjata di depannya itu.
Kaito melihat jam saku miliknya kembali dan wajahnya berubah gelap. Sementara Ryou masih merasa senang dengan melihat dan memegang semua senjata di atas meja, Kaito membisikkan sesuatu pada Ryou dan setelah mendengar itu, reaksinya berubah.
‘Jangan keluar dari toko ini. Tetaplah diam dan jangan bertanya apapun. Aku akan kembali lagi’
Ryou terdiam dan menganguk dengan sorot mata tajam.
Kaito meminta ijin keluar sebentar kepada pemilik toko dengan alasan salah satu teman yang dibawanya masih ingin melihat-lihat barang yang terdapat di toko tersebut dan teman lainnya ingin pergi ke toko obat. Pemilik toko tersenyum dan menunjukkan beberapa senjata lain kepada Ryou yang saat ini tetap di sana.
Kaito mengajak Kino ikut dengannya pergi ke toko terakhir, yaitu toko obat. Pelayan wanita toko tersebut menyambut Kaito dengan senyuman yang sama seperti yang ditunjukkan oleh pemilik toko sebelumnya.
“Selamat datang tuan. Senang sekali anda kembali. Saya mulai cemas anda lupa dengan pesanan anda”
“Aku datang untuk memeriksa pesanan yang kuminta. Apakah sudah disiapkan?”
“Sudah. Saya sudah memasukkan semua ke dalam kantong kain ini sesuai instruksi tuan. Silahkan diperiksa kembali pesanannya. Dan ini jubah mahal anda”
“Terima kasih. Sebelum transaksinya selesai aku akan memeriksanya dahulu. Kino, tolong bantu menghitung semuanya”
Kino tampak bingung namun dia menjawab “aku mengerti” dan mulai membuka ketiga kantong kain tersebut.
Kantong-kantong itu berisi banyak botol kecil dengan cairan di dalamnya. Warna cairan itu adalah obat luka dengan warna hijau, racun dengan warna merah dan penawar racun dengan warna biru. Semua ada dalam kantong yang berbeda. Kino menghitung jumlahnya satu per satu.
Selagi Kino menghitung, Kaito kembali melihat jam sakunya dan kali ini dia benar-benar terlihat serius.
“Kaito-san, aku sudah menghitung semuanya. Semua berjumlah dua puluh untuk masing-masing kantong jadi total seluruhnya ada enam puluh buah”
“Begitu. Terima kasih banyak”
Setelah memastikan Kino selesai memasukkan kembali semua botol kecil itu, langit menjadi gelap tanda bahwa sebentar lagi matahari akan terbenam. Kaito membisikkan sesuatu pada Kino.
"Pegang semua kantong itu"
Kino terdiam. Kaito mengambil kembali jubah tersebut dan memakainya kembali. Pelayan itu dengan senyuman berkaya padanya.
“Tuan, pesanannya sudah selesai. Untuk pembayarannya semua berjumlah–”
-TENG…TENG…TENG…
Tiba-tiba suara lonceng terdengar begitu keras dan seketika semua menjadi gelap. Bersamaan dengan terbenamnya matahari, semua aura kehidupan dan cahaya lenyap.
Pelayan toko beserta semua barang-barang yang ada di sana lenyap seakan tidak ada apapun, kecuali meja dengan benda-benda yang dipegang Kino di atasnya. Dua kantong dibawa oleh Kaito dengan satu tangan dan tangan lainnya menggandeng tangan Kino sambil berteriak, “Kino, pegang kantong itu dengan erat. Kita akan pergi dari sini dan menjemput adikmu!!!”
Sambil memegang sebuah kantong di tangan yang satu, Kino berlari dengan tangan lain yang digandeng erat oleh Kaito. Mereka berlari sekencang mungkin. Meskipun jarak tempat Ryou berada hanya tiga toko dari posisi mereka saat ini, tapi sekarang bukan waktunya untuk bersantai.
Mereka akhirnya masuk ke dalam ‘dunia malam’. Mulai dari waktu ini sampai dua belas jam ke depan adalah taruhan mereka untuk bertahan hidup dalam keadaan hidup dan mati.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 671 Episodes
Comments
Kav
Adik laknat. Sama kayak adikku yang seneng ngeledekin kakaknya
2023-10-12
1
Kav
Penggemar Genshin rupanya
2023-10-12
2
Kav
Itu bukan pikiranmu. Itu nyata. Firasatmu gak salah
2023-10-12
2