Kaito hanya diam mendengarkan semua penjelasan yang dikatakan oleh Kino. Tidak ada satu pun kalimat yang keluar dari mulutnya, begitu pula dengan raut wajahnya. Ekspresinya tidak mengalami perubahan apapun hingga akhir penjelasannya. Kino menyelesaikan semua penjelasannya itu sampai akhir dengan beberapa bagian yang tidak diceritakan. Tidak mungkin dia akan mengatakan niat jahat adiknya itu di depan calon korban.
Dengan melirikkan matanya ke arah Kino, Ryou melihatnya seakan berkata, ‘kenapa tidak sekalian saja kau bilang kalau aku serius akan menamparnya setelah ini, Kino?’
Kino menyadari tatapan mata Ryou dan mengacuhknya seakan tidak melihat apapun dan melihat ke arah Kaito kembali.
“Apakah semua yang kukatakan itu benar, Kaito-san?”
“…Haaaah…” Kaito menghela napas sesaat dan membuka mulutnya, “aku tau aku bisa mempercayaimu, Kino”
“Kalau begitu kau tidak menyangkal apa yang Kino katakan?” Ryou mulai mengeluarkan nada sedikit meninggi tanda dia mulai kesal
“Aku tidak akan menyangkal apapun. Itu semua benar. Tapi, perlu kalian ketahui bahwa hal tersebut juga baru aku sadari beberapa waktu sebelumnya. Karena terlalu lama terjebak di ‘dunia malam’ tanpa menemukan petunjuk apapun, aku sendiri jadi sering sekali mendatangi banyak tempat saat berada di ‘dunia siang’. Bangunan altar besar tempat kita bersembunyi saat pertama kali bertemu adalah salah satu tempat yang paling sering kudatangi saat itu”
“Karena itu terdapat pintu besar, pengganjal pintu kayu besar dan juga jendela di sana. Kaito-san menyentuh itu semua sebelumnya”
“Benar. Aku menyentuh semua yang ada di tempat itu termasuk kursi dan altarnya. Itu juga kulakukan tidak dalam waktu satu atau dua hari. Seperti yang kalian tau bahwa aku sudah lama terjebak di tempat ini tanpa tau petunjuk bagaimana nemukan kepingan ingatanku atau bagaimana caraku untuk keluar dari sini”
Kaito mulai mengatakan hal yang tidak pernah diceritakannya sejak awal kepada mereka.
“Saat pertama kali masuk ke ‘dunia malam’ ini, hal yang kutau adalah aku bertarung dengan makhluk sejenis monster yang terus berdatangan sampai matahari terbit. Awalnya aku tidak mengerti kenapa aku bisa terjebak dalam situasi seperti dua alam jadi satu begini. Yang aku tau adalah jam saku milikku ini akan membawaku pergi ke tempat dimana kepingan ingatanku berada”
Apa yang dikatakan Kaito bukanlah kebohongan. Sejak awal dia memang tidak bermaksud memberitaukan seluruh informasi pada mereka. Akan tetapi dari penjelasan pertama mengenai tempat ini sampai sekarang, semuanya adalah kejujuran. Tidak ada kebohongan dalam semua penjelasannya itu dan itulah kebenarannya.
“Keanehan muncul setelah beberapa saat aku di ‘dunia siang’ dan aku mulai menyadarinya perlahan. Altar itu adalah tempat pertama yang kudatangi. Jujur saja alasan aku memilih tempat itu sebagai tempat pertama yang kudatangi adalah karena…aku pergi untuk mencuri uang dan benda berharga yang ada di sana untuk bertahan hidup…”
Kaito adalah anak yang sangat baik sampai-sampai mau jujur bahwa dia berniat ingin mencuri uang dari jamaah yang berdoa di sana. Dia pasti memiliki nilai agamis yang tulus dan sempurna. Mengharukan sekali, jika dilihat dari sisi kebalikannya.
“Dasar gila!!! Kau bisa dikutuk kalau mencuri persembahan dari penduduk yang berdoa di sana, dasar bodoh!! Sudah kuduga ada yang salah dengan otakmu itu!!” Ryou langsung berdiri dan berteriak kesal sambil menunjuk wajah Kaito dengan jari telunjuknya lagi
“Ka–kamu tidak serius kan, Kaito-san? Mencuri itu tidak baik, kamu tau itu kan?” Kino hanya bisa berkata dua kalimat sambil diam mematung dengan ekspresi wajah syok
“……” Kaito merasa kalau mereka berdua mulai menatapnya dengan tatapan jijik dan mulai bergumam dalam hati
‘Sudah kuduga aku tidak harus menceritakan semuanya pada mereka. Aku menyesal mulutku tidak berbohong pada mereka sejak awal sekarang. Dasar remaja dunia lain yang tidak sopan’
Kaito menutup wajahnya dengan satu tangannya sambil menghela napas sebelum bicara lagi.
“… Haaaah…Berhenti mengomentariku. Kalian pikir aku mau melakukannya. Aku terpaksa melakukannya karena tidak tau apa yang harus kulakukan saat itu. Tidak ada petunjuk saat itu dan aku hanya seorang diri”
“Kaito, Jangan bilang kau melakukan tindakan kriminal itu berulang kali setiap kembali ke ‘dunia siang’?”
“……” Kaito diam sambil mengangguk tanda dia membenarkan perkataan Ryou
“Ka–Kaito-san….” Kino dengan wajah pucat dan tatapan kecewa
“Aku tau kau itu memang gila!! Kau dikutuk. Benar-benar sudah dikutuk!! Karena itu kau tidak pernah menemukan petunjuk yang kau cari karena kau sudah melakukan tindak kriminal!! Dasar gila!. Tidak punya hati!. Sosiopat!” dan lagi-lagi mulut pedas Ryou tidak berhenti memakinya seperti tidak punya rem
“…… Sudah kubilang berhenti mengomentariku. Dan hentikan cacian dari mulut cerewetmu itu, Ryou. Kau membuat telingaku sakit mendengarnya”
“Dasar…” sebelum selesai menyelesaikan caciannya kembali, Kino memegang lengan Ryou dan memintanya berhenti.
“Berhenti mengatakan kalimat kasar pada Kaito-san, Ryou. Aku…sedikit terkejut juga mendengarnya. Tapi, jika aku jadi Kaito-san aku mungkin akan melakukan semua yang kubisa untuk bertahan hidup di tengah kondisi sulit seperti itu”
“Kau mau jadi pencuri uang jamaah juga, Kino? Kau yakin?” Ryou menatap tajam mata kakaknya itu
“Ku-kurasa aku tidak akan melakukan sampai sejauh itu” dan Kino memang tidak bisa mengelak pandangan tajam sang adik saat ditanya tentang contoh buruk yang dilakukan Kaito di masa lalu
“Cukup. Kembali ke topik dimana aku sedang cerita. Jangan ada komentar lagi dari kalian atau aku akan berhenti”
Kaito sudah merasa jengkel dengan kedua kakak beradik itu. Terutama pada Ryou yang tidak bisa mengatakan hal bagus untuk semua ceritanya. Kedua remaja itu akhirnya diam meskipun Ryou masih sangat jengkel dan mendengarkan kelanjutan cerita Kaito.
“Intinya aku memang melakukannya. Karena aku mencuri banyak sekali uang dari orang-orang di sana saat itu, jadi tentu saja aku menyentuh hampir semua benda di altar termasuk pintu besar dan kaca jendelanya”
“……”
“Aku melakukan pendekatan dengan mereka, mulai dari menyapa mereka, duduk bersama, bersikap seolah aku berdoa di sana juga, membantu mereka melakukan tugas bersih-bersih, pura-pura tersesat dan sandiwara lain untuk mengambil kesempatan”
Ryou memang tidak membuka mulutnya, tapi hatinya mulai berkomentar lagi.
‘Astaga, dia benar-benar sosiopat kelas akut!!. Kurasa kemampuan bertarungnya yang hebat juga karena dia memiliki kombinasi antara sifat sosiopat dan psikopat di saat bersamaan’
Lalu, dia kembali mendengarkan cerita Kaito kembali.
“Semua uang itu kugunakan untuk mencari tempat menginap hingga akhirnya aku menyewa sebuah kamar di kedai makan ini sambil menunggu matahari terbenam kembali dan membawaku ke ‘dunia malam’. Itulah kenapa bangunan altar di malam itu tidak kosong seperti tempat lainnya”
“Ok. Sekarang kami sudah tau alasannya. Tapi, apakah memang dari awal ‘dunia malam’seperti ini? Maksudku, hanya ada bangunan tanpa isi dengan makhluk mengerikan yang berdatangan. Kau juga bilang kalau tidak pernah melihat manusia lain selain dirimu di ‘dunia malam’ ketika bertemu kami saat pertama kali”
Ryou mulai bisa diajak bicara serius dan tidak memikirkan kalimat cacian lagi untuk Kaito. Atau mungkin ditunda sementara waktu sampai pembicaraan serius ini selesai.
“Saat itu, aku mulai menyadari bahwa bangunan di ‘dunia malam’ ini kosong. Semuanya memang memiliki struktur dan bentuk yang sama seperti saat di ‘dunia siang’. Hanya saja, tanda toko dan semua benda lain di dalamnya lenyap seakan memang tidak pernah ada”
“Lalu, bagaimana Kaito-san tau benda yang disentuh olehmu saat di ‘dunia siang’ itu ternyata masih ada ketika Kaito-san berada di ‘dunia malam’?”
“Itu karena aku pergi ke sana saat pertarunganku di ‘dunia malam’ untuk ketiga kalinya sejak terjebak di tempat ini. Aku bertarung melawan makhluk bernama Centaurus saat itu”
“Centaurus?! Makhluk setengah manusia setengah kuda itu pernah muncul di ‘dunia malam’ ini?” Ryou kaget mendengar kata-kata Kaito
“Benar. Pada saat itu hanya lima ekor, namun karena aku tidak pernah melawan makhluk itu sebelumnya membuatku kesulitan membunuh mereka dan berada dalam kondisi terdesak. Aku tidak tau dimana tempat perlindungan yang aman dan hanya bisa berlari untuk menghindari pertarungan berbahaya saat itu”
Di ‘dunia malam’ ini, Kaito sudah tau sejak awal bahwa tidak ada tempat yang bisa kau sebut sebagai tempat berlindung dan hanya bisa berlari sampai batas waktu habis untuk bisa hidup.
“Hingga aku sampai di depan altar itu dan aku menyadari hanya tempat itu yang memiliki pintu besar seperti pada pagi hari. Saat masuk dan mengunci pintunya dengan penghalang pintu di sana, aku sangat kaget bahwa isi di dalamnya tidak kosong. Tidak semua ada di sana tapi setidaknya aku ingat semua benda yang kusentuh di pagi hari dan benda-benda itu berada di dalamnya. Dan ternyata itu juga berlaku sebaliknya”
Kino terdiam. Tidak pernah disangka olehnya ternyata teorinya itu tepat. Hanya dengan menyentuh objek saat di ‘dunia siang’ bisa tetap mempertahankan objek tersebut di ‘dunia malam’. Begitu pula sebaliknya. Tidak ada yang menyangka semua itu.
“Kau tidak lupa dengan pecahan kaca yang kemarin kau gunakan untuk melawan dark wolf juga kan, Ryou? Saat kau memasuki ‘dunia siang’, apa yang terjadi dengan kacanya?”
Kaito bertanya dengan mata tajam ke arah Ryou. Ryou menelan ludah dan syok mengingatnya.
“Kacanya… masih ada di tanganku. Tentu saja aku membuangnya begitu sampai di luar altar. Tapi, sisa pecahannya menghilang seperti tidak pernah terjadi apapun”
“Dan itu adalah pecahan yang tidak terkena sentuhan tangan kau dan aku pada saat itu”
“Yang benar saja….” Ryou syok sambil menutup mulutnya dengan satu tangan
“Sekarang sudah jelas semuanya kan? Kenapa benda-benda di sini masih lengkap dan semua senjata juga kantong kain itu masih ada. Semua yang dikatakan Kino itu benar. Aku tidak menyangkal apapun. Itu semua kenyataan dan tidak ada yang kusembunyikan dari pernyataan itu”
Terdiam sesaat, kedua kakak beradik itu masih mencoba untuk tenang. Tapi, tetap ada celah yang tipis dari semua itu dan membuat Kino kembali penasaran.
“Kaito-san, aku bisa paham jika itu hanya Kaito-san yang menyentuhnya. Tapi, aku tidak mengerti kenapa kami berdua juga bisa melakukan hal itu?. Kenapa benda yang kami sentuh juga masih ada di sini?”
“Kurasa karena jam saku kalian” Kaito menunjuk ke arah kantong celana Kino tempat jam sakunya disimpan
Kino mengeluarkan jam saku itu dan melihatnya. Dia masih belum sepenuhnya tenang.
“Aku pernah katakan juga pada kalian bahwa aku merasa jam saku itu ada hubungannya denganku. Sampai saat ini, aku masih belum menyerah tentang pikiran itu meski masih belum menemukan alasan kenapa aku begitu yakin. Tapi bentuk dan kesamaan yang dimiliki jam saku itu dengan jam saku yang kubawa membuatku yakin”
“……”
“Dan kurasa itu ada hubunganya dengan pertanyaanmu, Kino. Maafkan aku, lebih dari ini aku tidak tau harus menjawab apa lagi. Karena hanya satu kemungkinan itu saja yang ada dipikiranku. Terserah kau mau menerima jawaban itu atau tidak, tapi aku yakin cepat atau lambat kau akan menemukan jawaban yang kau cari”
“Tidak apa-apa Kaito-san. Terima kasih sudah memberitau semua pada kami”
Kino melihat jam saku di tangannya dengan tatapan sendu. Tidak bisa menyembunyikan hal itu dari sorot matanya. Kaito melihat itu tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena dia memang tidak memiliki jawaban lain yang bisa digunakan. Suasana menjadi hening. Ketiga orang di ruangan itu terdiam sesaat sampai seseorang bisa membuat suasana hening itu berubah kembali.
“Tunggu sebentar, tunggu sebentar…. Belum semua kan, Kaito? Kau belum mengatakan semuanya, kan?”
Kino melihat ke arah Ryou, “Apa maksudmu Ryou?”
Ryou menunjuk ke arah senjata yang tersimpan di belakangnya, di dekat meja kayu itu
“Semua itu, semua senjata yang disentuh sore tadi sekarang ada di sini. Jika kembali ke ‘dunia siang’ berarti benda-benda itu tidak akan menghilang dan akan terus berada di tangan kita. Benar begitu kan?”
Ryou bertanya dengan nada tegas. Nada yang digunakan dalam kalimat tanya itu seperti dia sedang menginterogasi tahanan daripada bertanya. Kaito hanya menjawab dengan santai.
“Seperti yang kukatakan tadi. Itu benar”
Kino tidak mengerti arah pembicaraan Ryou. Dia hanya bisa menatap adiknya dengan tatapan bingung.
“Ryou?”
“Tunggu, Kino. Biarkan aku pastikan sesuatu sebelum aku melakukan apa yang kukatakan padamu beberapa waktu lalu” Ryou menahan Kino yang berusaha memegang tangannya untuk membuatnya tenang seperti yang biasa sang kakak lakukan padanya
Dia bertanya kembali pada Kaito.
“Ketika ‘dunia siang’ kembali datang besok, semua akan kembali seperti semula. Apakah itu juga berarti semua yang terjadi kemarin sore saat di ‘dunia siang’ akan terulang juga besok dari nol?”
“Sejauh ini begitu. Tidak akan ada satupun penduduk yang ingat pernah bertemu denganmu. Karena itu aku bisa mencuri…Ahem, maksudku… melakukan tindakan tidak terpuji itu berkali-kali. Sekalipun ada yang mengenalku di ‘dunia siang’ hari itu, saat ‘dunia siang’ esoknya datang semua akan kembali seperti baru pertama terjadi. Setidaknya itu terbukti dari luka parah yang kualami kemarin malam”
“Oh ho… begitu ya. Jadi, aku bisa menyimpulkan bahwa pelayan kedai makan dan toko obat serta pemilik toko senjata itu tidak akan mengingat wajahmu dan wajah kami. Iya, kan?”
“Benar sekali Seperti yang kubilang kalau semuanya akan kembali semula. Sejak saat itu aku tidak lagi mencuri apapun dan menunggu sampai ‘kedua dunia’ saling berganti”
Ryou menjadi merah dan berusaha menahan meteran emosi di hatinya.
“Artinya, mereka tidak akan ingat kalau kau belum membayar semua pesanan ini termasuk biaya makan dan menginap di tempat ini. Aku benar, iya kan Kaito?”
“Aa….”
Kaito menutup mulutnya dengan satu tangan dan memperlihatkan wajah jengkel sambil berkata dalam hati.
‘Gawat. Aku tau apa yang akan dia katakan padaku setelah ini’
Dengan kedua tangannya, Kaito menutup telinganya rapat-rapat. Dan itu adalah pertahan terkuatnya. Ryou berdiri dan mendekati Kaito sambil memegang kedua pundaknya dengan kuat.
“Itu sama saja dengan menipu, dasar tidak waras!!!! Usaha terbaik yang kau bisa katamu!! Kau benar benar memanfaatkan keganjilan yang ada dengan baik ya, tuan yang hebat!! Bisa-bisanya kau mengatakan tidak perlu khawatir soal uang dan bilang akan membayar semua yang kau pesan!! Sejak awal kau memang tidak mau membayar semuanya dan memanfaatkan keganjilan diantara ‘kedua dunia’ ini! Dasar licik, tidak bermoral, penipu!!”
“Ryou!! Tenang Ryou, jangan mengeluarkan kalimat kasar lagi. Tahan emosimu Ryou! Dengarkan aku…” Kino dengan cepat berdiri dan mencoba menarik adiknya untuk kembali duduk
Setelah usaha yang memakan waktu beberapa menit karena sang adik menolak untuk berhenti mengeluarkan kalimat ‘pujian’ pada Kaito, Kino berhasil membuatnya duduk.
Sambil melihat ke arah Ryou, Kaito akhirnya bisa membuka telinganya kembali dan seperti melihat bayangan anak kucing yang berusaha mencakar penjahat sambil mendesis.
Dia bahkan bisa mendengar suara desisan itu dari suatu tempat di pikirannya.
‘Entah kenapa aku bisa melihat ada anak kucing yang mulai menggila dan mendesis di hadapanku. Kurasa aku akan mulai takut pada anak kucing dan terkena ailurophobia setelah melihat dia’.
Sungguh pikiran yang ‘manis sekali’ dari Kaito terhadap wajah emosi Ryou hingga membuatnya menoleh ke samping seakan tidak mau melihat wajah merah itu.
“Aku memang mencoba memanfaatkan situasi ini dengan baik. Aku tidak berbohong saat aku bilang aku mencoba melakukan yang terbaik untuk kalian. Aku tidak ingin melibatkan kalian dalam masalahku. Tapi aku juga sadar itu tidak mungkin. Apalagi kalian juga masih belum memiliki petunjuk apapun untuk kembali ke tempat asal kalian.”
“Kaito-san…” Kino menjadi sedikit murung dan melihat Ryou
Mengetahui adiknya tidak bisa ditenangkan dengan mudah, Kino kembali mencoba meyakinnya.
“Ryou… Kaito-san melakukan semua yang dia bisa. Selain itu, dia juga melakukannya untuk bagian kita”
“… Cih…”
“Meskipun mungkin kau benar kalau aku sudah menipu, tapi ‘para korban’ tidak akan ingat dengan apa yang sudah kulakukan pada mereka keesokan harinya. Semua kembali dari awal lagi. Bukankah itu tidak bisa disebut menipu?”
“Terus apa sebutan yang benar versi milikmu itu, hah!!”
“Mendapatkan semua itu secara ‘gratis’ dengan cara ‘tidak normal’, kurasa sebutan yang tepat” dengan santainya Kaito tersenyum
“Dasar penjahat!!”
“Haaaah… kumohon kalian berdua hentikan ini. Aku hanya ingin memastikan teoriku pada Kaito-san. Selebihnya, kita pikirkan cara untuk bertahan dari kelompok goblin di luar sana. Mengerti maksudku?”
Kino sudah lelah secara mental menghadapi adik laki-lakinya yang emosian dan Kaito yang sepertinya senang bersikap biasa saja namun terlihat seperti memprovokasi.
Kaito terdiam dan Ryou hanya bisa melihat sang kakak yang terus menghela napas beberapa kali. Ryou mendekati wajahnya ke telinga kakaknya dan membisikkan sesuatu padanya. Dan seketika wajah Kino berubah menjadi putih pucat seperti mayat dan mengeluarkan keringat dari keningnya.
Dia memegang tangan Ryou dengan kedua tangannya dengan kuat dan melarangnya berdiri untuk kesekian kalinya.
“Jangan…coba-coba melakukannya, Ryou. Apapun yang terjadi jangan coba-coba melakukannya. Aku mohon…”
“Aku sudah bilang padamu kalau aku akan melakukannya sekali. Jangan menghentikanku. Diam di sini” Ryou mencoba menyingkirkan tangan Kino
“R–Ryou, kalau kamu melakukannya aku tidak akan bicara padamu lagi. Kumohon jangan lakukan–”
“Itu urusan nanti. Aku harus menyadarkan sudut pandang orang gila ini” Ryou berhasil melepaskan tangan Kino dan berdiri lagi di hadapan Kaito
Kaito melihat ke wajah Ryou dengan kepalanya yang sedikit ke atas. Tepat setelah itu, sebuah tamparan mendarat di pipi kirinya.
-Plaak
“Ryou!!! Bukankah sudah kubilang hentikan!!” Kino terkejut dan berteriak sambil berdiri memegang tangan kanan Ryou dengan gemetar
Sambil memegang pipi kirinya, Kaito bertanya dengan nada datar kepada Ryou.
“Jadi, apa ini ucapan terima kasih karena aku sudah berkata jujur atau karena aku sudah menyelamatkan nyawa kalian berdua?”
“Ini adalah apresiasi terbesarku untuk orang yang berkata bahwa dia percaya pada kedua remaja yang baru ditemuinya!!”
“Begitu”
“Kau buka telingamu baik-baik, Kaito!! Aku dan kakakku sudah memutuskan untuk percaya padamu walaupun ini pertama kalinya kita bertemu!! Sejak kau adalah orang pertama yang kami temui, orang pertama yang dengan baik hati meminta kami mengikutimu dan memberi kami tempat berlindung. Kau orang lain pertama yang mau mendengarkan permintaan Kino dan orang pertama yang mencoba melindungi kami dari makhluk buas mengerikan di tempat ini. Atas dasar semua itulah, aku dan kakakku tidak pernah sekalipun meragukan perkataanmu”
“......”
“Dan atas dasar semua itu, kami memutuskan untuk berjuang bersamamu. Dari pandangan normal, mustahil bagi orang asing percaya pada orang asing lain di tempat begini. Tapi Kino bersikeras untuk percaya padamu dan aku tidak mau meragukanmu juga”
“Lalu, apa yang mau kau katakan sebenarnya padaku Ryou?”
“Aku mau bilang aku sedikit kecewa padamu karena kau tidak bisa sepenuhnya menaruh kepercayaan seperti yang kami lakukan padamu. Itu membuatku kesal dan ingin sekali melakukan ini!”
Kaito tidak terlihat marah, justru senyuman tipis terlihat di bibirnya.
“Melakukan ini? Maksudnya menamparku seperti yang kau lakukan ini?”
“Tadinya aku ingin meninju wajahmu lalu menamparmu setelahnya. Tapi karena wajah Kino memelas jadi aku ringankan menjadi satu tamparan ke wajahmu”
“Ahaha…. Baik. Terima kasih banyak karena sudah meringankannya untukku”
Kaito tertawa mendengar itu. Kino hanya bisa minta maaf atas kelakuan arogan adiknya pada Kaito namun Kaito hanya bisa tertawa dan tersenyum.
“Tidak apa-apa. Aku yang salah karena berpikir bahwa kalian tidak perlu mengetahui semuanya sampai sejauh ini. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi. Sejujurnya, ini pertama kalinya aku senang bertemu orang lain sejak perjalanan mencari kepingan ingatanku. Aku senang aku bertemu kalian”
“Kaito-san, kami juga sangat senang. Aku selalu merasa kami akan selalu aman bersamamu dan perasaan ini tidak berubah sampai sekarang”
“Jadi, omong kosongnya sudah berhenti dan tidak ada lagi yang mau dikatakan olehmu kan? Berarti sudah tidak perlu ada tamparan lagi untukmu. Yosha!! Aku lega sekali”
Ryou terlihat senang meskipun Kino sudah mulai berada di titik terbawah mentalnya.
“Sebenarnya, masih ada hal lain yang belum kukatakan pada kalian karena aku memang tidak pernah memberikan petunjuk yang bisa disadari oleh Kino. Mau dengar tidak?”
“……”
Wajah senang Ryou langsung berubah merah kembali dan kedua tangan Kino segera memegang tubuh adiknya dengan kuat. Kali ini Ryou membulatkan tekadnya.
‘Aku akan memberikan dia satu tinju dengan tamparan lagi sebagai bonus’
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 671 Episodes
Comments
Loly 💃
sumpah aku jadi ngakak sendiri 😕😭😭😭😭😭😭😭
2024-10-19
1
Loly 💃
akhirnya kino juga mulai mengerti dengan karakter Kaito
2024-10-19
1
Loly 💃
dasar ryou lambe Tura 😛😛😛
2024-10-19
1