Ryou telah berlari cukup jauh dari tempat dimana dia meninggalkan mayat giant orc itu di belakangnya. Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berlari di jalan yang berlubang dan penuh dengan akar besar sambil berteriak memanggil nama Kino dan Kaito. Meskipun sudah berteriak berkali-kali namun tidak ada tanda-tanda mereka menjawab. Suara bergema yang terdengar samar-samar memantul dari sisi dinding bangunan yang masih tersisa.
Suasana di ‘dunia malam’ kali ini benar-benar tidak begitu bagus.
“Ini dua kali… tidak, lima kali lipat lebih menyusahkan dibandingkan bertemu kelompok goblin. Kurasa akan lebih buruk jika aku bertemu dengan hal lain. Asalkan bukan anjing liar seperti kemarin malam, aku rasa aku masih bisa melakukan sesuatu”
Ryou mulai memahami sesuatu mengenai hutan itu. Dari semua yang terjadi padanya, dia bisa memikirkan sebuah kemungkinan.
‘Tempatku berada beberapa waktu lalu dengan tempat dimana aku menemukan mayat giant orc itu sangat jauh. Tidak mungkin hanya dengan berlari beberapa menit aku bisa sampai di lokasi yang berbeda dalam waktu singkat. Sepertinya hutan ini memiliki kemampuan untuk memindahkan lokasi kami semua. Hutan ini juga seakan-akan muncul untuk memisahkan aku dengan mereka berdua’
Hanya kemungkinan itu yang bisa disimpulkan oleh Ryou. Namun, terlepas dari semua hal yang terpikirkan olehnya, dia masih memegang prioritas utamanya yaitu melindungi sang kakak. Dia terus berpikir untuk menemukan Kino terlebih dahulu.
“Aku harus menemukan Kino sebelum dia terluka. Akan lebih bagus lagi jika aku bisa bertemu Kaito juga setelah melewati jalan ini. Apapun itu, kuharap mereka tidak terluka”
Langkah Ryou terhenti karena melihat tanaman merambat yang membentuk sebuah dinding di depannya . Dari celah-celah dinding tanaman itu, dia bisa melihat sebuah jalan di sana. Meskipun hancur tapi dia jelas melihat itu adalah jalan seperti sebuah gang. Saat dia memotong tanaman merambat yang membentuk sebuah dinding tersebut, dia dibuat syok dengan pemandangan sebenarnya di balik itu hingga tidak bisa berkata apa-apa.
“Apa…apa yang terjadi? Bagaimana…bisa…”
Pemandangan yang memang tidak asing dilihatnya tapi bagaimana mungkin bisa ada di sana, itulah yang dia pikirkan. Siapa yang menyangka bahwa setelah semua tanaman merambat dipotong, jalan yang dia lihat itu bukanlah jalan menuju sebuah gang. Jalan itu dipenuhi mayat kelompok goblin yang sebagian sudah hancur tertimpa akar besar, ada juga yang tertutup tanaman merambat membentuk semak belukar.
Saat dia menengok ke sisi kanan tempat dia berdiri, dia melihat bangunan yang tidak asing. Bangunan dengan pintu yang hancur namun bagian depan bangunan itu sudah ditumbuhi tanaman merambat juga. Dia menengok
sedikit ke dalamnya dan melihat sebuah meja yang terbelah dua karena tertimpa akar pada bagian tengahnya. Di dalam sana juga terdapat sekitar sepuluh atau sebelas mayat goblin yang terikat tanaman merambat dan akar pohon.
“Ini seperti labirin yang ada di game. Siapa yang mengira selama lima belas tahun aku hidup, aku akan mengalami hal seperti dunia game begini…”
Ryou tentu tidak asing dengan bangunan itu. Itu adalah toko senjata di ‘dunia siang’ yang dia kunjungi sore ini dan menjadi tempat persembunyian pertama saat ‘dunia malam’ muncul. Meja dan mayat kelompok goblin yang ada di dalamnya adalah buktinya. Itu mayat goblin yang dibunuh oleh Kaito saat mereka menemukan Ryou dan teman-temannya bersembunyi di balik meja.
Setelah melihat kurang dari dua menit, Ryou memutuskan untuk keluar dan terdiam beberapa saat di tempat itu. Dia memasukkan pedangnya kembali dan hanya memegang pisau dagger di tangannya.
‘Sekarang semua jelas. Hutan ini seperti memiliki kekuatan magis dan bisa dengan mudah berubah-ubah. Semakin aku mencoba mencari, semakin jauh aku tersesat. Ini hanya akan membuang waktu. Selain itu, sekalipun kami bisa bertemu lagi setelah ‘dunia malam’ ini selesai dan menunggu ‘dunia siang’ datang, tidak ada jaminan kami akan keluar dalam keadaan tanpa luka’
Ryou sangat bingung dan mulai ragu untuk bergerak dari sana. Hal yang dipikirkannya mulai terasa masuk akal. Jika dia memutuskan untuk pindah dari sana, dia mungkin akan sampai di tempat yang tidak diduga. Berjalan hanya akan membuatnya semakin jauh. Selain itu, jumlah energinya juga terbatas.
“Tidur selama kurang lebih tiga jam cukup membantu mendapatkan tenaga dan perbaikan mental tapi itu masih belum cukup. Hanya masalah waktu sampai keadaan memburuk”
Hanya berselang tidak sampai sepuluh detik setelah selesai bicara, sesuatu datang dari sisi samping kiri Ryou dengan cepat.
******
Kino berjalan melewati jembatan tersebut lalu berhenti untuk melihat ke arah saluran air.
“Saluran air itu masih mengalir meskipun banyak sekali akar dan tanaman merambatnya. Selain itu..”
Kino lihat tanaman merambat itu, menyentuhnya dan memetik beberapa helai daun. Dia memperhatikan beberapa bentuk daun yang tidak asing.
“Daun ini mirip dengan daun dari tanaman bunga [Morning Glory], tapi semua tanaman ini tidak memiliki bunga. Lalu, yang ini mirip dengan [Black-Eyed Susan] seperti di sekolah. Ada beberapa bentuk yang mirip seperti di Jepang. ‘Dunia malam’ kali ini benar-benar penuh kejutan”
Kino tidak langsung pergi setelah selesai melihat dedaunan itu. Dia merobek sedikit pakaian bagian bawahnya dan menyimpan dedaunan tersebut menggunakan sobekan itu. Setelah itu dia melipatnya dengan rapi dan memasukkannya ke dalam saku.
‘Ini mungkin bisa berguna nanti. Sekarang aku harus cepat mencari Ryou dan Kaito-san’
Setelah selesai, Kino berjalan lurus hingga sampai di sebuah jalan yang cukup lebar. Wajahnya berubah menjadi aneh. Dia menatap sekeliling jalan itu. Tampak banyak akar-akar besar dan pohon-pohon yang tumbuh dari bawah bangunan, menghancurkan bangunannya dan akar besar itu membentuk lubang yang menghancurkan jalan.
“Seharusnya bukan jalan ini. Setelah melewati jembatan dan berjalan sedikit, seharusnya aku sampai di kedai itu kembali. Kenapa justru bisa tembus sampai jalan ini?”
Kino berjalan beberapa langkah dan dari kejauhan dia melihat sesuatu. Sesuatu itu tidak begitu terlihat karena sebagian telah tertimpa akar besar dan tertutup. Kino memutuskan untuk berlari sedikit sampai ke tempat benda tersebut. Kali ini dia kaget dengan benda itu. Seekor mayat goblin yang terdapat luka tusukan pedang di dadanya.
“Ini… mayat goblin yang menyerangku dan Ryou saat kami berusaha untuk pergi menuju kedai”
Kino mengingat mayat itu dengan jelas meskipun sebagian besar tubuhnya tertutup akar. Ketika melihat mayat tersebut, hanya tatapan yang begitu syok yang dapat ditunjukkannya. Wajahnya sulit mengekspresikan perasaan lain selain bingung dan terkejut. Bahkan, mulutnya tidak bisa mengatakan apapun lagi. Hanya isi hatinya yang mengungkapkan pikirannya.
‘Seharusnya dia berada di arah sebelum jembatan itu. Kenapa semuanya menjadi berubah seperti ini? Apakah aku yang berpindah setiap kali bergerak tanpa kusadari ataukah hutan ini memang selalu berubah? Tidak benar-benar tidak baik. Aku jadi tidak bisa menemukan Ryou dan Kaito-san’
Kino melihat sekelilingnya tapi tidak menemukan apapun sebagai petunjuk lagi.
“Jika aku bergerak dari sini, kemungkinan besar aku akan kembali ke tempat sebelumnya atau berada di tempat yang tidak aku ketahui. Tapi menunggu sampai salah satu dari mereka datang juga tidak membantuku sama sekali. Bergerak tanpa membuat rencana juga tidak benar. Apa yang harus aku–”
Dari arah depan, Kino melihat sesuatu datang dengan cepat.
******
Kaito sudah bersiap dengan pedangnya. Kolam air mancur dan altar di tempat yang sama itu seperti ilusi karena kedua tempat itu berada berlawanan jika struktur bangunan ‘dunia malam’ disamakan dengan ‘dunia siang’.
Kolam air mancur yang selalu dilihatnya di ‘dunia siang’ memiliki kedalaman sekitar tujuh sampai delapan puluh centimeter. Pada bagian tengah kolamnya terdapat sebuah patung kecil berbentuk malaikat sebagai penghiasnya dan bagian tepi hiasan patung itu terdapat pohon-pohon hias. Dan di depan Kaito saat ini, semua deskripsi itu cocok dengan kolam itu.
“Sejak kapan ‘dunia malam’ yang kutau memiliki selera sebagus ini? Jika memang punya sejak awal, seharusnya mereka memberiku ‘Elf’ atau ‘Dryad’ untuk menjadi lawanku, bukan dark wolf atau troll yang jelas-jelas membuatku hampir mati kemarin”
Kaito berjalan mendekati kolam air mancur itu. Sambil menginjak rerumputan itu, dia melihat di sekelilingnya.
‘Ini tidak benar. Aku sama sekali tidak bisa merasakan kehadiran makhluk lain. Setelah diperhatikan lagi, tidak ada
tanda-tanda monster lain juga yang datang. Aku yakin setelah makhluk sebelumnya dimusnahkan, makhluk berbahaya lainnya pasti akan muncul tidak lama setelah itu. Selama ini begitulah pola yang terjadi padaku ketika berada di ‘dunia malam’ sampai aku hafal dengan pola tersebut’
Benar-benar tidak terjadi apapun sama sekali. Semakin dekat dengan kolam, semakin tinggi Kaito mengangkat pedangnya. Dia berada dalam jarak yang cukup dekat dengan tepi kolam air mancur itu. Dan seperti yang terlihat, sejauh ini tidak terjadi apapun.
Kaito sempat melihat jam saku miliknya, kemudian memasukkannya kembali ke saku dalam jubahnya. Jam tersebut menunjukkan pukul 02.35 dan Kaito merasa waktunya semakin terbuang sia-sia tanpa menemukan petunjuk tentang kepingan ingatannya. Tingkat kewaspadaan Kaito sudah mencapai titik maksimal. Dia mulai berjalan mendekati kolam tersebut sampai akhirnya berhasil berada di tepi kolam dengan tetap mengangkat pedangnya.
Setelah memperhatikan kolam tersebut, dia seperti melihat sebuah titik yang bercahaya di dasar kolam itu. Kaito memasukkan pedangnya kembali dan berjongkok di tepi kolam untuk melihatnya. Sesuatu yang tampak berkilau terlihat di dasar kolam air mancur tersebut. Saat melihatnya, dada Kaito berdetak semakin kencang seperti melihat sesuatu yang begitu dirindukannya. Mata Kaito melebar dan pandangannya tidak bisa berhenti memperhatikan apa yang ada di dasar kolam itu.
“Itu… permata ungu…”
Seakan napasnya berhenti, perasaan aneh mulai menyelimuti dirinya. Tanpa disadarinya, air mata Kaito tiba-tiba menetes. Senyuman lebar terlihat di wajahnya.
“Permata itu… permata yang selama ini aku–”
Saat Kaito masuk ke dalam kolam dan berusaha mengambilnya, tiba-tiba mata patung malaikat kecil itu bersinar dan dalam sekejap tanah di sekitar kolam tersebut bergetar. Dari bawah tanah itu muncul akar-akar yang panjang dan bergerak menjulang ke atas dalam jumlah banyak dan menyerang Kaito dengan gerakan cepat.
“…!!!”
Kaito tidak sempat mengambil permata itu. Gerakannya sedikit terlambat. Tetapi sebelum akar itu melukai tubuhnya, dia menahan serangannya dengan pedang yang dia keluarkan dengan cepat. Akar-akar itu mendorongnya cukup kuat hingga membuatnya terlempar cukup jauh dari Kolam tersebut.
“Kagh….” Kaito mengeluarkan darah dari mulutnya
Keadaan ini tidak begitu baik. Akar-akar tersebut mulai menyebar kembali ke tiap sisi hutan dan dengan kecepatan sangat tinggi mereka menembus tiap bangunan, dinding, menghancurkan akar-akar besar yang telah tumbuh dan akar yang menyebar ke segala arah tersebut juga hampir membunuh Kino dan Ryou di saat bersamaan.
******
Dari sisi samping kiri Ryou, ada sesuatu yang tiba-tiba datang dengan kecepatan. Sesuatu yang sangat berbahaya itu sangat panjang dan gerakan cepatnya membuat akar-akar besar di sekitar tempat itu hancur begitu dilewatinya.
“Apa yang…Gaaah!!” Ryou melihat itu sekilas tetapi dia tidak sempat menghindarinya
Tubuhnya terdorong oleh akar itu dan terhempas cukup jauh dari tempatnya berdiri tadi hingga membuatnya terguling-guling di tanah. Setelah menghempaskan tubuhnya, akar-akar itu hanya terus bergerak ke segala arah.
“Ukh… ini…dari mana asalnya? Akh…” Ryou berusaha untuk bangun.
Pisau dagger miliknya telah hilang akibat serangan kejutan tadi. Ryou mencoba menggerakan tubuhnya untuk bangun tapi dia tidak bisa menggerakannya. Seluruh tubuhnya terasa remuk akibat terhempas dan diserang oleh akar yang tiba-tiba datang.
‘Aku merasa tangan kiriku patah dan tubuhku sakit sekali. Jangankan mencoba berdiri. Aku bahkan tidak bisa menggerakan ujung kelingkingku. Tubuhku ini seperti hancur.’
Ryou hanya bisa menggunakan hatinya untuk bicara, menjelaskan apa yang dirasakan olehnya saat ini.
Sekujur tubuhnya dipenuhi luka, baik yang berupa goresan saja sampai yang mengeluarkan darah cukup banyak. Darah dari luka di kening adalah salah satunya. Dia merasa pusing karenanya, seakan-akan kesadarannya akan hilang. Tapi, dia berusaha untuk menahan sakit dan mencoba bergerak, merangkak perlahan ke arah tembok bangunan di sisi samping. Akar besar itu akhirnya berhenti bergerak. Tapi itu tidak menolong keadaan Ryou yang terluka. Ryou membutuhkan waktu lama hanya untuk pergi ke dinding gedung di sisi samping.
Dengan napas terengah-engah, dia menyandarkan tubuhnya dan mengambil kantong kain yang dibawanya. Dia mencari botol hijau berisi obat untuk mengobati luka. Di dalam kantong itu terdapat enam botol yang dia miliki dan dia mengambil semuanya. Dia berharap obat itu seperti ramuan potion pada game yang secara instan mengobati seluruh lukanya, tapi sekalipun tidak memiliki efek instan, setidaknya dia berharap minimal bisa mengurangi rasa sakit yang dirasakannya sehingga membuatnya mampu untuk bergerak.
‘Aku lupa bertanya pada Kaito tentang cara menggunakan obat ini, apakah diminum atau dioleskan ke luka. Tapi aku sudah tidak mau tau lagi. Jika obat ini seperti pada game, aku akan sangat terbantu’
Setelah botolnya dibuka, dia mencium aroma obat tersebut sebelum meminumnya. Sudah menyerah pada seluruh inderanya karena rasa sakit di tubuhnya semakin terasa hingga membuatnya ingin menangis dan berteriak, dia langsung meneguk obat tersebut tanpa memikirkan cara penggunaannya. Selain itu, bukan hanya satu atau dua botol yang diminumnya, Ryou meminum semua cairan obat itu sekaligus.
“Aku… harus menemukan Kino. Aku… harus…”
Setelah meminum obatnya, kesadaran Ryou terus menghilang. Pandangannya menjadi hitam hingga akhirnya dia kehilangan kesadarannya.
******
Kino melihat sekelilingnya tapi tidak menemukan apapun sebagai petunjuk lagi. Tiba-tiba dari arah depan, Kino melihat sesuatu datang dengan cepat.
“Apa itu?!”
-WOOOOSH
Benda itu datang dengan kecepatan yang tinggi dan Kino tau dia tidak akan mungkin bisa menghindarinya dengan cepat. Saat benda itu sudah hampir mendekat, dia secara reflek menjatuhkan tubuhnya sendiri ke tanah.
-Bruuuuk
Dia menjatuhkan dirinya dengan keras hingga menimbulkan bunyi, tapi yang terpenting dia tidak mengalami luka serius, hanya goresan pada tangannya. Dia sempat melihat ke arah akar tersebut. Akar itu masih terus bergerak dengan cepat, menghancurkan akar besar dan tanaman merambat yang dilewatinya.
“Jika aku sampai terlambat menghindarinya, aku mungkin akan terluka parah. Kenapa tiba-tiba saja akar itu datang? Dari mana asalnya?”
Akar besar itu masih terus bergerak dan Kino tidak bisa melakukan apapun. Dia memperhatikannya sampai akhirnya akar itu berhenti bergerak. Saat akar itu berhenti, dia bangun perlahan-lahan dan memastikan benda itu tidak menyerangnya.
“Sudah tidak bergerak. Apa yang terjadi?”
Dia melihat arah datangnya akar itu.
‘Arahnya dari depan. Apakah mungkin aku bisa pergi ke sumber datangnya akar ini jika pergi ke arah sana?”
Kino melihat akar tersebut dan menyentuhnya. Akar itu tidak begitu kuat seperti akar besar yang mengelilingi kota. Itu terasa lunak dan kemungkinan bisa dipotong dengan pisaunya. Tapi dia tidak melakukannya karena takut akar ini akan menyerangnya. Dengan tatapan ragu, dia melihat ke arah depan dan bermaksud untuk berjalan ke sana.
“Kurasa aku tidak memiliki pilihan lain. Terus disini pun tidak akan membuatku tenang. Selain itu aku takut Ryou terluka. Kuharap Ryou dan Kaito-san baik-baik saja”
Kino mengambil jam saku miliknya dan melihat waktu menunjukkan pukul 02.35. Setelah memasukkannya kembali, dia mulai berlari menuju arah datangnya akar tersebut.
Kino berlari secepat yang dia bisa. Sepanjang jalan, dia melihat banyak bangunan yang sudah tertutup tanaman merambat, bahkan ada tanaman yang muncul dari lubang di jalan. Kino juga masih melihat akar lunak yang diikuti olehnya sampai perhatiannya tertuju pada tongkat kayu besar yang ada di depannya. Dia berhenti sejenak di depan tongkat tersebut dan melihatnya lebih dekat. Kayu besar itu kurang lebih sepanjang dua meter yang telah terlilit tanaman merambat dan akar-akar di sekitarnya. Kino menyentuhnya beberapa kali dan melihat ujung tajam yang menancap di jalan.
“Ini seperti tombak. Dari tingginya tidak mungkin goblin yang mengangkatnya. Selain itu, senjata mereka hanya pedang pendek dan perisai, jadi kemungkinan besar…”
Kino berhenti melanjutkan kalimatnya dan berjalan perlahan ke depan. Tidak jauh dari tempat tombak panjang itu, dia melihat kaki besar yang tertutup tanaman dan akar. Walau agak terkejut, Kino berusaha untuk menarik napas panjang dan melihat makhluk itu sebentar.
“Kurasa… makhluk ini yang disebut giant orc”
Wajahnya terlihat tenang tapi matanya tidak berbohong. Isi hatinya menjelaskan betapa kagetnya dia melihat makhluk itu.
‘Besarnya. Tidak kusangka giant orc memiliki ukuran tubuh sebesar ini. Kaito-san membunuh ini sendirian sebelum pergi ke tempat kami. Aku tidak bisa membayangkan pertarungan seperti apa yang dilalui Kaito-san saat melawannya. Kaito-san bahkan tidak terlihat terluka sama sekali”
Tapi setelah diperhatikan baik-baik, Kino mulai menyadari keanehannya. Dia melihat ke arah belakang tempat dia pertama datang sebelum melihat tombak besar itu. Sekarang wajah Kino menjadi tampak syok.
“Tunggu, kota ini tidak benar. Aku tidak tau harus mengatakannya dari mana tapi ini tidak benar”
Kino mulai berpikir dan mengingat semua yang dia temui sejak kota berubah menjadi hutan.
‘Saat berjalan melewati jembatan, aku yang awalnya berpikir akan sampai ke bangunan kedai sebelum ini justru sampai ke tempat sebelum kami datang ke kedai. Bahkan aku kembali melihat mayat seekor goblin yang menyerang kami ketika kami sedang dalam perjalanan menuju bangunan kedai. Lalu, sekarang aku melihat tombak besar dan mayat gianto orc. Kaito-san mengatakan bahwa dia melawannya sebelum sampai ke kedai. Itu artinya, giant orc ini berada di tempat sebelumnya, tepat di belakang kami’
Kino mendapatkan kesimpulan dari semua itu.
“Seakan sebenarnya aku sedang berjalan kembali ke tempat di belakangku sebelum ini”
Struktur bangunan telah berubah sejak menjadi hutan belantara. Banyak bangunan dan jalan yang hancur membuat semuanya tampak asing dan berbeda, wajar saja mereka tidak bisa lagi mengenali arah kemana dan dari
mana mereka datang. Tapi, setelah dipikirkan baik-baik oleh Kino, semua masuk akal. Dia selalu sampai kembali ke tempat sebelumnya. Atas keyakinan dari pemikiran itu, dia akhirnya tau apa yang kira-kira di depannya.
“Jika aku benar, seharusnya aku akan kembali ke tempat saat kami pertama kali datang ke ‘dunia malam’ ini”
Kino dengan keyakinan penuh, akhirnya berlari kembali ke depan mengikuti arah akar lunak itu datang. Hanya menghabiskan beberapa menit saja sampai akhirnya dia melihat banyak mayat goblin di jalan. Mayat itu tentu saja memiliki kondisi yang tidak berbeda dengan giant orc sebelumnya. Berjalan ke depan sambil terus memperhatikan mayat itu, Kino menemukan beberapa anak panah yang patah.
“Jika seandainya benar aku sedang berjalan ke tempat sebelumnya, kemungkinan ini adalah mayat goblin yang Kaito-san bunuh sebelum melawan giant orc. Keenam anak panah ini adalah bukti yang kuat. Itu artinya di depan sana adalah tempatnya. Aku harus segera bergegas”
******
Kaito menghadapi pertarungan serius di sini. Semua akar-akar itu telah berhenti menyebar ke seluruh sisi. Tapi, sekarang itu terlihat seperti sebuah jaring tanaman yang menghalangi jalannya untuk kembali ke air mancur.
Kaito langsung mengambil obat dalam kantong kain di sabuk pengikatnya dan meminum satu botol. Setelah itu dengan cepat dia langsung melompat dan memotong akar pohon itu. Walaupun akar lunak itu sudah dipotong berkali-kali namun dia akan langsung tumbuh kembali.
“Minggir!! Aku tidak akan melepaskannya. Akhirnya…akhirnya aku menemukan ‘benda’ itu. Setelah terjebak dalam tempat ini, aku tidak akan membiarkan ‘dunia’ ini membawanya pergi lagi dari!!”
Dengan tatapan marah dan emosi, dia terus memotong akar-akar lunak itu walaupun dia tau akar itu akan kembali tumbuh dan langsung menutupi jalan kembali tidak lama setelah dipotong, tapi dia tidak menyerah.
‘Ini tidak ada habisnya! Kalau seperti ini, matahari akan terbit dan aku akan kehilangan permata itu. Aku tidak tau apakah aku akan menemukannya lagi nanti malam. Aku tidak mau itu terjadi. Aku sudah muak dengan ‘dunia malam’ ini!!’
Dia mulai kehabisan banyak waktu. Semua serangan itu percuma, tidak bisa membuka jalannya. Lalu, dia menyadari akar-akar itu berasal dari dalam tanah. Mungkin jika bisa melakukan sesuatu dengan sumber akar lunak
itu, dia bisa menerobos jaring-jaring tanaman ini. Jaring-jaring ini juga tidak sepenuhnya rapat sehingga dia bisa melihat bagian akar yang tumbuh dari tanah. Kaito mengambil botol kecil berwarna merah dari kantong kain yang dibawahnya.
“Ini mungkin tidak akan seperti yang kuharapkan. Tapi racun tetaplah racun, dan akar itu tetaplah makhluk hidup. Jadi pantas untuk dicoba”
Kaito langsung melempar botol kecil itu melewati celah jaring akar tersebut. Botol itu jatuh tepat di sebelah akar yang muncul dari tanah dan pecah. Cairan racun itu masuk dan diserap oleh akar tersebut. Setelah melempar botol itu, Kaito tetap melakukan serangannya kembali tanpa menunggu reaksi dari racunnya. Ini dilakukan karena dia tidak ingin membuang setiap detiknya yang berharga. Tapi, tidak lama setelah serangan dilakukannya terjadi hal yang tidak disangka olehnya dan itu membuat keadaannya berubah.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 671 Episodes
Comments
Loly 💃
malah mengaitkan sama game 😂
2024-10-20
1
Loly 💃
dyard itu toh pohon yah
2024-10-20
1
🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
oohh bener diminum rupanya 😅😅
2024-04-04
2